Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional. Bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, Unilever Indonesia bersama Lembaga Riset IDI kembali menggelar program Indonesia MIRAH (Medical Innovation Research in Health) 2022.
Digelar untuk kedua kalinya, program ini menjaring hampir dua kali lipat submisi riset dalam bentuk proposal penelitian dan karya tulis ilmiah di bidang kesehatan, yang disusun oleh para dokter, tenaga kesehatan, mahasiswa kedokteran dan akademisi di bidang kesehatan lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Total penghargaan senilai Rp250 juta diberikan kepada 5 proposal dan 10 karya tulis ilmiah terpilih, dengan tema besar "Pembangunan Berkelanjutan pada Penanganan di Bidang Kesehatan Pasca Pandemi", dengan menekankan pada urgensi penerapan PHBS di tengah masyarakat. Dalam kata sambutannya Menteri Kesehatan Republik Indonesia , Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU, mengatakan, pandemi Covid-19 membuka pandangan kita semua akan pentingnya PHBS serta menjaga protokol kesehatan.
"Data BPS menunjukkan 1 dari 4 orang Indonesia tidak memiliki akses ke fasilitas cuci tangan dasar, dan hanya separuh fasilitas publik yang memiliki fasilitas CTPS yang berfungsi.. Ini tentunya harus dicari solusinya," ucap Menkes dalam kata sambutannya di diskusi bertajuk *‘Peran Riset Kesehatan dan Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat, Pasca Pandemi’, Sabtu (12/11/2022).
"Di Hari Kesehatan Nasional ke-58 ini mudah-mudahan jadi momentum dan titik perubahan yang sangat besar terjadi di sistem kesehatan nasional Indonesia dan juga Kementerian Kesehatan untuk melakukan transformasi sistem kesehatan nasional," lanjutnya.
Peneliti Kesehatan Masih Sedikit
Menkes Budi Gunadi menambahkan, pemerintah Indonesia telah mengintegrasikan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebagai bagian dari sanitasi total berbasis masyarakat serta GERMAS (Gerakan Masyarakat HIduo Sehat), sebagai salah satu prioritas dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2030. Menkes juga mengapresiasi kerjasama Lembaga Riset IDI (Ikatan Dokter Indonesia) bersama Unilever melalui Indonesia MIRAH, dan berharap program ini dapat mendukung peningkatan ketahanan kesehatan di Indonesia melalui riset dan inovasi.
Pentingnya membangun minat riset dan penelitian khususnya di bidang kesehatan dipertegas oleh Prof. Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, M.Si, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN. "Jumlah peneliti di Indonesia, khususnya terkait kesehatan masih tergolong rendah. Global Innovation Index menempatkan Indonesia di urutan ke 87 dari 132 negara," ungkapnya.
"Padahal, kebutuhan akan riset dan inovasi di bidang kesehatan sangatlah dibutuhkan khususnya dalam membangun ketahanan sektor kesehatan pasca pandemi, mengingat berbagai kebijakan akan tepat diputuskan jika berlandaskan pada suatu penelitian," sambungnya.
Advertisement
Inovasi Bidang Kesehatan
Sementara Ainul Yaqin, Direktur Personal Care Unilever Indonesia menyampaikan, riset dan penelitian yang mendalam menjadi pondasi dari lahirnya berbagai inovasi, tak terkecuali di bidang kesehatan. "Semangat riset dan inovasi menjadi landasan kami dalam menghadirkan rangkaian produk dan inisiatif yang bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," kata Ainul Yaqin.Â
"Hal ini selaras dengan The Unilever Compass - yang merupakan strategi besar kami dalam menjalankan bisnis sekaligus memberi manfaat kepada masyarakat, di tempat dimana kami beroperasi. Kolaborasi Unilever bersama Lembaga Riset IDI melalui Indonesia MIRAH juga menjadi salah satu manifestasi dari strategi tersebut," tambahnya.
Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Indonesia diperingati pertama kali pada 12 November 1964. Dilansir dari berbagai sumber, lahirnya HKN yang diperingati setiap tanggal 12 November berawal dari upaya pemberantasan penyakit Malaria di Indonesia.
Di era 50an, penyakit Malaria mewabah di Indonesia. Penyakit ini menjangkiti hampir semua masyarakat di seluruh negeri. Terdapat ratusan ribu orang yang tewas akibat wabah Malaria tersebut. Akibat banyaknya korban yang jatuh, pemerintah kemudian segera mengambil tindakan dengan melakukan beragam upaya untuk membasmi Malaria.
Sejarah Hari Kesehatan Nasional
Upaya pembasmian penyakit Malaria dimulai tepatnya pada tahun 1959 dengan dibentuknya Dinas Pembasmian Malaria oleh pemerintah. Empat tahun kemudian, yaitu pada 1963, namanya kemudian diganti menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria yang disingkat menjadi KOPEM.
Upaya pembasmian ini dilakukan oleh pemerintah dengan dibantu organisasi kesehatan dunia WHO dan USAID. Dengan dilakukan upaya pemberantasan Malaria tersebut, pemerintah berharap Malaria bisa benar-benar diberantas. Bentuk upaya pemberantasan penyakit Malaria sendiri dilakukan dengan menggunakan obat jenis DDT. Penyemprotan obat ini dilakukan secara massal ke rumah-rumah penduduk yang ada di pulau Jawa, Bali dan Lampung.
Bung Karno yang menjabat sebagai Presiden RI kala itu, melakukan penyemprotan pertama secara simbolis pada 12 November 1959, bertempat di desa Kalasan, Yogyakarta. Lima tahun kemudian, lebih kurang 63 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari penyakit malaria.
Karena itu, pada 12 November 1964, keberhasilan pemberantasan malaria tersebut diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional pertama. Hal inilah yang menjadi titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Advertisement