Liputan6.com, Jakarta - Mengubah nama bagi sebagian orang terutama di dunia hiburan adalah hal yang biasa. Mereka yang memutuskan untuk mengganti namanya tentu punya alasan khusus menurut versi mereka.
Begitu pula dengan aktor Hollywood Rainn Wilson. Pria yang dikenal lewat perannya sebagai Dwight Schrute di serial komedi "The Office" versi Amerika Serikat (AS) telah mengubah namanya menjadi "Rainnfall Heat Wave Extreme Winter Wilson" yang artinya curah hujan gelombang panas musim dingin ekstrem.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengaku melakukan perubahan nama yang drastis untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan, krisis perubahan iklim dan pemanasan yang cepat di wilayah Arktik. Melansir Fox News, 11 November 2022, Wilson membuat perubahan untuk mendukung kampanye yang dijalankan oleh badan kesadaran perubahan iklim Arctic Basecamp, di mana dia adalah anggota dewan, bertepatan dengan pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT COP27 PBB yang saat ini sedang berlangsung di Mesir.
"Dengan bantuan teman-teman ilmuwan saya di Basecamp Arktik, saya mengubah nama saya menjadi Rainnfall Heat Wave Extreme Winter Wilson," ucapnya. "Ini bukan lelucon, saya sama seriusnya dengan pencairan Arktik, yang memperbesar risiko global termasuk peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia," lanjutnya dalam video yang diunggah di sejumlah platform media sosial oleh Arctic Basecamp.
Rainn berharap, perubahan nama ini membawa perhatian pada isu yang berkembang tersebut. "Kami membutuhkan para pemimpin dunia di COP27 untuk memperhatikan dan mengambil tindakan. Kutub Utara mencair dengan kecepatan jutaan liter per detik, namun masalah ini tampaknya tidak dapat dikenali dengan sendirinya, jadi terserah pada kita untuk membuat nama untuk itu," tuturnya.
Â
190 Negara
Wilson mendorong orang-orang untuk juga mengubah nama mereka demi menarik perhatian pada masalah ini, "Setidaknya Anda bisa menggunakan "pengubah nama" Arctic Basecamp di situs web ArcticRiskName.org, dan kemudian mengubah profil media sosial Anda dengan hasil nama yang keluar," jelasnya.
"Jika cukup banyak dari kita yang melakukan ini, maka mungkin COP27 akan menjadi tempat para pemimpin dunia kita duduk dan memperhatikan risiko Arktik dan memperkenalkan solusi," sambungnya. Lebih dari 90 kepala negara dan perwakilan dari 190 negara akan menghadiri edisi terbaru Konferensi Perubahan Iklim PBB tahunan, COP27.
Konferensi ini akan berlangsung pada 6-18 November di, Sharm El Sheikh, Mesir. Konferensi Perubahan Iklim PBB itu telah diadakan sejak 1995. KTT dua minggu ini merupakan ruang penting bagi para pemimpin dunia, politisi, pakar, dan banyak orang lainnya untuk membahas iklim krisis di tingkat global.
Konferensi tahunan menyatukan orang-orang yang menandatangani Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) - sebuah perjanjian lingkungan internasional yang menangani perubahan iklim - 30 tahun yang lalu.
Â
Advertisement
Bencana Iklim
Setiap negara anggota PBB adalah penandatangan UNFCCC, serta Palestina, Kepulauan Cook, dan Niue. Secara efektif setiap bangsa, negara, atau negara bagian di dunia terlibat, memberikan total 197 penandatangan."Pekerjaan ke depan sangat besar. Sama besarnya dengan dampak iklim yang kita lihat di seluruh dunia," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pertemuan pra-COP baru-baru ini dikutip dari euronews, Minggu, (6/11/2022).
Ia menambahkan bahwa di AS, Badai Ian telah menyampaikan pengingat brutal bahwa tidak ada negara dan ekonomi yang kebal dari krisis iklim. Gencarnya bencana iklim pada 2022 hanya menyisakan sedikit ruang bernapas bagi masyarakat internasional untuk merespons.
Indonesia yang juga mengikuti konferensi tersebut diwakili oleh Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin. Ia memberikan pernyataan nasional, pada Senin, 7 November 2022. Indonesia menyampaikan tiga poin usulan yang perlu dilakukan secara bersama oleh negara-negara di dunia dalam mengatasi krisis iklim. Pertama, Wapres menegaskan bahwa KTT COP27 harus menjadi implementasi kesepakatan-kesepakatan yang akan dihasilkan dan yang telah dihasilkan dari KTT terdahulu.
Langkah Indonesia
"Satu tahun pasca-Glasgow, belum ada kemajuan global signifikan. Untuk itu, COP27 harus dimanfaatkan tidak hanya untuk majukan ambisi, namun juga implementasi, termasuk pemenuhan dukungan dari negara maju kepada negara berkembang," kata Ma'ruf dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Poin berikutnya adalah proses implementasi kesepakatan hendaknya dilakukan sesuai dengan kapasitas dan keunggulan masing-masing negara. Ia beralasan setiap negara memiliki potensi berbeda dan potensi tersebut bila dimaksimalkan dapat membawa hasil yang terbaik, bahkan dapat membantu negara lain yang memiliki keunggulan berbeda.
Ketiga, Wapres pun memaparkan langkah-langkah konkret yang telah dilakukan Indonesia dalam upaya menurunkan emisi, di antaranya investasi untuk transisi energi, pendanaan untuk aksi iklim, dan meningkatkan target penurunan emisi. Ke depan, Wapres menekankan langkah nyata seperti ini akan terus dilanjutkan, khususnya dalam keketuaan Indonesia pada KTT G20 dan ASEAN 2023.
Wapres juga menyinggung soal tiga krisis planet yang dihadapi dunia saat ini, yakni perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Ketiganya saling terkait dan sangat mendesak untuk diatasi.
Advertisement