Liputan6.com, Jakarta - Kapten sepak bola dari tujuh tim Eropa semula akan mengenakan ban lengan pelangi, One Love, selama Piala Dunia Qatar 2022. Itu merupakan ikon promosi pesan inklusi LGBTQ di negara tuan rumah yang menetapkan bahwa homoseksualitas adalah ilegal.
Tapi, melansir TIME, Selasa (22/11/2022), setelah menghadapi tekanan dari FIFA, tidak ada dari mereka yang akan memakai ban lengan tersebut. Kampanye One Love diprakarsai Asosiasi Sepak Bola Belanda pada awal musim sepak bola 2020.
Advertisement
Baca Juga
Ini dilakukan dalam upaya "mengungkap dukungan mereka untuk penyatuan semua orang" dan mengutuk segala bentuk diskriminasi. Pada September 2022, diumumkan bahwa sembilan negara lain, termasuk Norwegia, Swedia, dan Prancis, akan mengadopsi kampanye untuk berbagai pertandingan mendatan, termasuk Piala Dunia Qatar dan UEFA Nations League tahun depan.
Kapten tim setuju memakai ban lengan pelangi, yang bertuliskan "OneLove" di atasnya dan menampilkan nomor satu di dalam simbol hati. Meski tidak secara langsung menyebutkan penyebab atau diskriminasi LGBTQ, bendera pelangi adalah simbol hak LGBTQ yang diakui secara global.
Dalam sebuah pernyataan tahun 2020, kapten Belanda Virgil van Dijk mengatakan, "Ini adalah pesan penting yang sesuai dengan permainan sepak bola: di lapangan semua orang sama dan ini harus terjadi di setiap tempat di masyarakat. Dengan ban lengan OneLovem kami menyampaikan pesan ini."
Hubungan sesama jenis dikriminalisasi di Qatar dan anggota komunitas LGBTQ telah ditangkap dan dianiaya pihak berwenang pada September lalu, menurut Human Rights Watch. Berdasarkan catatan ini, ban lengan OneLove semula akan bertindak sebagai bentuk protes sunyi.
Â
Â
Penolakan
Manajer Inggris Gareth Southgate menegaskan bahwa Three Lions, sebutan untuk tim sepak bola Inggris, akan mempertahankan tradisi ini selama turnamen sebulan penuh. "Kami telah membahasnya dan kami merasa kami harus melakukannya," katanya. "Itulah yang kami perjuangkan sebagai sebuah tim, dan kami telah melakukannya untuk jangka waktu yang lama."
Sebelumnya, Kapten Inggris Harry Kane bersikeras bahwa ia ingin mengenakan ban kapten. Skuad Inggris, yang menampilkan sejumlah pemain bintang dari latar belakang etnis dan ras minoritas, sering dipuji karena pesannya yang progresif secara sosial dan politik, termasuk secara eksplisit mengutuk rasisme.
Jadi, tidak mengherankan ketika mereka awalnya menolak mundur dari mengenakan ban lengan. Namun, dalam sebuah pernyataan, Senin, 21 November 2022, badan sepak bola Inggris Football Association dan Welsh bergabung dengan Belanda, Swiss, Jerman, Denmark, serta Belgia mengonfirmasi bahwa ancaman sanksi dari FIFA membuat mereka tidak punya pilihan, selain meninggalkan gerakan kampanye One Love.
"Sebagai federasi nasional, kami tidak bisa membiarkan pemain kami menghadapi sanksi olahraga, termasuk kartu kuning, jadi kami telah meminta kapten kami untuk tidak mengenakan ban kapten di pertandingan Piala Dunia FIFA," bunyi pernyataan bersama mereka.
Â
Advertisement
Frustasi dengan FIFA
Pihaknya menambahkan bahwa mereka siap menghadapi denda karena melanggar peraturan seragam, tapi tidak akan membiarkan pemain menerima kartu kuning atau dipaksa meninggalkan lapangan. Pernyataan itu juga mengatakan tim "sangat frustrasi dengan FIFA, dan percaya ini belum pernah terjadi sebelumnya."
Pada Sabtu, 19 November 2022, FIFA mengumumkan inisiatif ban lengannya sendiri, menyarankan para pemain mengenakan ban lengan yang berbeda untuk setiap pertandingan. Itu menampilkan apa yang para kritikus anggap sebagai slogan milquetoast seperti "Sepak bola menyatukan dunia," "Berbagi makanan," dan "Bawa semangat gerakannya."
Sebelum ini, Virgin Atlantic juga telah menanggalkan sementara kebijakan seragam netral gender untuk timnya yang menerbangkan skuad Inggris ke Piala Dunia Qatar 2022. Maskapai itu mengatakan khawatir awak mereka akan dianiaya otoritas Qatar yang ketat jika kedapatan mengenakan pakaian ramah LGBT, seperti dilansir dari Daily Mail.
Virgin sebelumnya telah mengumumkan pendekatan cair untuk seragam awak mereka pada September 2022. Saat itu, pihaknya mengatakan, staf dapat memilih pakaian apa yang mereka kenakan "tidak peduli jenis kelamin mereka."
Penilaian Risiko
Seorang juru bicara maskapai mengatakan bahwa awak kabin pada penerbangan Selasa, 15 November 2022, waktu Inggris, tidak memiliki pilihan pada seragam mereka setelah penilaian risiko. "Keselamatan dan keamanan kru dan pelanggan kami selalu jadi prioritas utama kami," kata pejabat itu pada MailOnline.
"Sebagai bagian dari kebijakan kami, kami menyelesaikan penilaian risiko di semua negara tujuan kami, dengan mempertimbangkan hukum dan sikap terhadap komunitas LGBTQ+ dan ekspresi identitas berdasarkan kasus per kasus," tuturnya.
Ia menyambung, "Mengikuti penilaian risiko, direkomendasikan kebijakan itu tidak diterapkan pada penerbangan charter hari ini (ke Qatar) untuk memastikan keselamatan kru kami."
Qatar telah menghadapi rentetan kritik atas caranya memperlakukan komunitas LGBT. Menanggapi hal itu, negara tersebut bersikeras bahwa semua penggemar akan disambut "tanpa diskriminasi."
Qatar juga disebut memiliki undang-undang homofobia paling ketat di dunia. Adalah ilegal untuk jadi homoseksual di negara tersebut, dengan hubungan sesama jenis dapat dihukum mati. Virgin Atlantic mengatakan, Qatar bukan salah satu tujuan normalnya dan secara khusus dipetakan untuk menerbangkan tim Inggris.
Advertisement