Sukses

Tak Hanya Memanjakan Mata, Bali Juga Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Kesehatan Terbaik

Bali sedang diproyeksikan untuk menjadi destinasi unggulan untuk wisata kesehatan dan kebugaran.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini terus gencar mendorong pembangunan destinasi wisata kesehatan dan kebugaran atau wellness and health tourism di Bali. Untuk mewujudka rencana tersebut, Kemenparekraf menggandeng sejumlah pihak untuk berkolaborasi, salah satunya dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, tak hanya sebatas memiliki potensi yang besar dari segi pariwisata,. Menurutnya, Bali juga punya potensi yang sangat besar untuk wellness and health tourism.

"Health tourism ini sangat besar potensinya, dan Bali sekarang diproyeksikan untuk menjadi destinasi unggulan untuk health tourism. Kami secara overall mempersiapkan destinasi pariwisata kesehatan dengan logo branding Indonesia health tourism," ungkap Sandiaga Uno, dalam The Weekly Brief with Sandi Uno, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin, 28 November 2022.

"Di forum B20 rencana pengembangan Bali sebagai destinasi berbasis kesehatan telah disosialisasikan dengan beberapa unggulan. Untuk itu, Kemenparekraf terus berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, dan kementerian lembaga lainnya," lanjutnya.

Sandiaga mengungkapkan, untuk merealisasikan wellness and health tourism di Bali, sejauh ini terdapat beberapa fasilitas kesehatan, termasuk beberapa rumah sakit di Bali yang akan dikembangkan.  Indonesia bahkan berencana turut menggandeng institusi internasional dari beberapa negara yang memiliki bidang kesehatan yang maju, beberapa di antaranya yakni Mayo Clinic dan John Hopkins University.

"Ada beberapa fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit yang akan dikembangkan. Bekerja sama dengan institusi-institusi internasional dari beberapa negara yang sudah maju dari bidang kesehatannya, salah satunya yang sering disebut adalah Mayo Clinic dan John Hopkins University," terang pia yang biasa disapa Sandi itu.

Ia berharap, melalui kolaborasi tersebut, Indonesia, khususnya health and wellness tourism di Bali nantinya tak hanya bisa memberikan peluang layanan pariwisata yang memanjakan mata, tapi juga layanan kesehatan yang lebih optimal dan bahkan destinasi wisata kesehatan yang terbaik. Baik itu untuk warga negara Indonesia, maupun warga negara asing yang tengah berlibur di Indonesia.

 

2 dari 4 halaman

Dokter di Luar Negeri

Sandi menambahkan, Kemenkes sendiri berencana turut menggandeng dokter-dokter asal Indonesia yang tengah bertugas di luar negeri untuk kembali ke Tanah Air dalam upaya mendukung program wellness and health tourism di Bali ini. "Ada beberapa terobosan dari bapak Menteri Kesehatan, seperti mengajak Diaspora, khususnya dokter-dokter yang berasal dari Indonesia sedang berpraktek di luar negeri yang memiliki keilmuan yang tinggi untuk kembali ke Indonesia," tutur Sandi.

"Mereka ini bisa juga memberikan kontribusi kepada pariwisata berbasis kesehatan di Indonesia," sambungnya. Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan.

Pemerintah menetapkan lokasi KEK Kesehatan itu berada di Sanur, Denpasar, Bali, dan ditetapkan sebagai KEK Kesehatan pertama di Indonesia. KEK Sanur diharapkan menjadi jawaban atas tantangan saat ini, yakni banyak penduduk Indonesia memilih untuk menjalani perawatan medis ke luar negeri karena keterbatasan fasilitas kesehatan di Indonesia.

PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) yang dikenal dengan Injourney, melalui anak perusahaannya PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bekerja sama dengan PT Pertamina Bina Medika - Indonesia Healthcare Corporation (IHC) tengah membangun KEK Kesehatan dan Pariwisata pertama di Indonesia, berlokasi di Sanur, Bali.

3 dari 4 halaman

KEK Kesehatan dan Pariwisata

Keputusan pemerintah membangun KEK Sanur yang mengintegrasikan sektor kesehatan dengan sektor pariwisata sejalan dengan fokus Presidensi G20 Indonesia, yakni layanan kesehatan inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan. Bali dipilih sebagai lokasi KEK Kesehatan dan Pariwisata untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kelas dunia sekaligus memanfaatkan keindahan Bali sebagai pilihan berwisata.

Pulau Bali memiliki potensi besar untuk menjadi pusat wisata medis di Asia Tenggara.  Sebagai KEK pertama di Indonesia yang menggabungkan sektor kesehatan dan pariwisata, pemerintah berharap KEK Sanur dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

KEK Sanur juga didorong untuk menjadi lokasi investasi baru, sekaligus menyerap tenaga kerja. Diharapkan setelah beroperasi penuh, KEK Sanur dapat menyerap sekitar 43 ribu tenaga kerja. Pada 2045, KEK Sanur diharapkan mampu menambah total perolehan devisa hingga USD 1,28 miliar. Pengembangan KEK Sanur diproyeksikan mampu menyerap sekitar 4 persen hingga 8 persen masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. 

4 dari 4 halaman

Pelayanan Kesehatan Kelas Dunia

Dengan demikian, diharapkan pada tahun 2030, jumlah pasien yang berobat di KEK Sanur mencapai 123.000 hingga 240.000 orang. Data menunjukkan bahwa penduduk Indonesia merupakan penyumbang utama wisata medis di kawasan Asia Tenggara dengan lebih dari 2 juta warga bepergian ke luar negeri pada tahun 2019 untuk mendapatkan layanan kesehatan senilai 6 miliar dolar AS.

Menteri BUMN, Erick Thohir meyakini pengembangan KEK Kesehatan dan Pariwisata Sanur akan mendorong perekonomian baik nasional maupun lokal. "Potensinya cukup besar sehingga bisa menjadi prioritas untuk menghidupkan kembali kegiatan pariwisata di Bali," kata Erick, dilansir dari kanal Bisnis Liputan6.com, 15 Oktober 2022.

Ia menambahkan, intervensi ini harus dilakukan agar masyarakat Indonesia tidak perlu lagi berobat ke luar negeri karena Indonesia telah mampu memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan berkelas dunia. Selain itu, proyeksi peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali diperkirakan mencapai 24,6 persen pada periode 2020-2024, dan pertumbuhan wisata medis di Asia Tenggara diprediksi mencapai sekitar 18 persen pada periode yang sama.