Sukses

Kolaborasi Rumah Duka dan Studio Desain Asal Swedia Hasilkan Guci Kremasi Biodegradable

Saat ini, beberapa pihak makin peduli dengan isu lingkungan. Salah satunya adalah pembuatan guci kremasi biodegradable karya Caesson Koivisto Rune dan Systrarna Ocklind

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa desainer makin memerhatikan isu lingkungan dan berupaya menjaga alam. Salah satu upaya dengan membuat produk biodegradable untuk mengurangi sampah agar dapat terurai di tanah.

Pembuatan produk biodegradable sudah banyak dilakukan mulai dari perabotan rumah tangga hingga perlengkapan pemakaman. Seperti halnya yang dibuat oleh Studio desain Claesson Koivisto Rune dan Systrarna Ocklind, pemilik rumah duka di Swedia.

Kolaborasi mereka membuahkan hasil guci kremasi yang bisa digunakan secara biodegradable. Guci tersebut nantinya akan terurai secara alami di tanah setelah dikubur dalam hitungan bulan.

“Ocke”, nama guci kremasi ini berasal dari desa kecil tempat kakak beradik Ocklind dibesarkan. Menurutnya, tempat tersebut adalah rumah yang hangat penuh dengan orang, tradisi, musik, dan kebersamaan.

Nama ini cocok diberikan pada guci kremasi agar terasa seperti kembali pulang ke rumah. Guci ini dibuat menggunakan bahan utama wol untuk membentuk guci, karena bahan tersebut dinilai memberikan rasa hangat dan perlindungan sekaligus mengurangi dampak produk terhadap lingkungan.

"Wol juga tentunya merupakan serat alami yang telah digunakan untuk menghangatkan manusia sepanjang sejarah, dengan kemampuan unik menahan kehangatan baik saat kering maupun lembab," ujar Marten Claesson, salah satu pendiri studio desain tersebut.

Menurut Claesson, fungsi yang ada dalam Ocke bersifat simbolis yang menghibur, yaitu pada kenyataannya semuanya akan kembali ke bumi 100 persen. Artinya, manusia yang dipercayai lahir dari tanah kemudian kembali lagi ke tanah bersama guci Ocke yang mengandung bahan natural.

 

2 dari 4 halaman

Desain yang Digunakan

Guci Ocke juga menampilkan detail yang terbuat dari kulit samak nabati, yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terurai daripada wol atau karton. Ini termasuk penutup yang dapat dilingkarkan untuk membentuk pegangan dan digunakan untuk menurunkan guci dengan aman ke tanah. Kemudian, pada guci bisa diberikan nama dan tahun orang yang meninggal. 

Melansir dari Deezen pada Kamis, 1 Desember 2022, umumnya di Swedia abu jenazah dikumpulkan di dalam tas dan akan diantar dari krematorium ke rumah duka dalam kotak karton daur ulang. Kemudian, kardus tersebut dibuang sebelum abu dipindahkan ke guci keramik atau kayu sebelum dikubur di dalam tanah.

Namun, sebaliknya Claesson Koivisto Rune mendesain Ocke agar muat di sekitar kardus, bisa dibilang memiliki fungsi seperti kain kafan sehingga dapat memperpanjang masa manfaat produk tersebut. Guci, dikembangkan bersama pabrik industri kayu yang ada di Falkoping, Swedia yang dibuat dari bagian kain wol yang dijahit bersama dengan benang wol.

Lapisan ikatnya dibiarkan terbuka dan berfungsi sebagai fitur dekoratif, menciptakan "efek berpita" yang membuat guci tampak lebih lembut. Menurut studio desain, mengembangkan desain yang lebih lembut dan hangat itu penting karena guci akan disimpan oleh orang yang berduka sebelum dimakamkan.  

  

 

3 dari 4 halaman

Ide Konservatif

Sementara itu, menurut Claesson, desain tersebut bukan hal yang biasa dilakukan desainer seperti pihaknya dalam industri yang konservatif. Dia menyebutkan bahwa kedua saudara perempuan Ocklind memiliki ide yang berani.

"Kedua saudara perempuan ini berani menawarkan alternatif, juga dengan memperkenalkan sebuah guci yang sangat berbeda dari yang pernah dilihat orang sebelumnya dan ini dalam perdagangan di mana Anda tidak mudah melanggar tradisi," katanya.

Pada akun Instagram pribadinya, Ola Rune pendiri studio desain menyebutkan dirinya bangga untuk hasil karya ini. "Saya sangat bangga telah membuat perpisahan terakhir sedikit lebih lembut dan hangat untuk kami yang tertinggal. Guci penguburan ini terbuat dari bahan ekologis seperti wol dan kulit. Terima kasih @systrarnaocklind karena telah berani dan mengundang kami untuk membantu Anda dalam misi yang indah ini. 🙏🏻"

 

4 dari 4 halaman

Pelaksanaan Kremasi

Adapun kremasi juga dikenal dengan sebutan pengabuan atau pembakaran jenazah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kremasi adalah pembakaran mayat hingga menjadi abu.

Pengabuan ini diperbolehkan oleh beberapa agama, seperti Hindu dan Buddha. Pengabuan atau kremasi adalah praktik penghilangan jenazah manusia setelah meninggal dengan cara membakarnya.

Biasanya hal ini dilakukan di sebuah krematorium/pancaka, atau biasa juga di sebuah makam di Bali yang disebut setra atau pasetran. Kremasi adalah proses pembakaran mayat yang dilakukan dengan api bersuhu 800 derajat Celsius atau lebih.

Hasil proses kremasi yang berupa fragmen tulang dan partikel kemudian digiling menjadi debu halus kemudian dimasukkan ke dalam guci dan diserahkan kepada pihak keluarga. Selanjutnya pihak keluarga bisa menebar abu tersebut atau menyimpannya di rumah. 

Selain memiliki alasan teologis, praktik pembakaran mayat ini sering kali dilakukan berdasarkan pertimbangan praktis, yaitu lahan pekuburan yang semakin terbatas di kota-kota besar.