Sukses

Cerita Akhir Pekan: Apa Beda Wellness dan Health Tourism?

Perilaku orang berwisata telah berubah, jika dulu mass tourism berjaya maka kini wisata minat khusus seperti wellness tourism dan health tourism jadi daya pikat baru.

Liputan6.com, Jakarta - Perilaku orang berwisata telah berubah dari masa ke masa. Dulu mass tourism bisa dibilang berjaya tetapi pandemi COVID-19 dan dunia yang berubah ikut membawa arus baru dalam pariwisata.

Salah satunya health tourism dan wellness tourism sebagai bagian dari pariwisata minat khusus, sebenarnya telah jauh berkembang di negara tetangga. Sebutlah Singapura yang saat ini terkenal sebagai tujuan untuk health tourism, tempat orang untuk berobat dan memulihkan diri.

Di Indonesia wisata minat khusus ini pun sebenarnya juga sudah lama, namun belum digarap secara menyeluruh. Perbedaan wellness tourism dengan health tourism juga terkadang masih membingungkan sebagian orang.

Guru Besar Pariwisata Universitas Trisakti, Prof. Azril Azahari mengungkapkan dari sisi ilmiah wellness tourism merupakan bagian dari health tourism. Health tourism atau wisata kesehatan tersebut dibagi menjadi empat yaitu medical tourism pariwisata untuk pengobatan, rehabilitation tourism yang lebih ke penyembuhan diri, kemudian wellness tourism sebagai wisata kebugaran, serta geronto tourism sebagai wisata khusus untuk lansia yang di luar negeri juga sudah banyak dikembangkan

"Wellness tourism masih dalam bagian health tourism, tapi sayang seharusnya dari Kemenkes dilibatkan. Di Jepang (wellness tourism) masuk di Kementerian Kesehatan, makanya mereka kuat sekali," ujar Prof Azril melalui sambungan telepon, Kamis 8 Desember 2022.

Wisata berobat ini sempat digaungkan lantaran beberapa waktu lalu pemerintah berniat untuk membangun rumah sakit yang merupakan bekas hotel di Sanur, Grand Inna Bali Beach. Menurut Prof. Azril hal tersebut belum terkonsep dengan baik, padahal health tourism lebih banyak sisi medisnya.

2 dari 4 halaman

Health Tourism dengan Keramahtamahan

Health tourism yang sudah berkembang di luar negeri merupakan konsep wisata medis yang digarap dari sisi hospitality. Rumah sakit yang dikelola layaknya hotel menurut Prof. Azril sudah lama sekali bahkan sejak sepuluh tahun lalu.

Negara seperti Amerika Serikat, New Zealand, termasuk Eropa, dan yang terdekat dari Indonesia yaitu Singapura sudah mengembangkannya. Dalam pelayanan wisata medis ini biasanya pasien dijemput untuk mendapatkan pelayanan pengobatannya.

Kemudian yang masih bagian dari wisata medis adalah rehabilitation tourism, di mana banyak orang sakit membutuhkan waktu lama untuk pemulihan sehingga diberikan tempat yang sesuai hobi. "Orang yang sedang menjalani rehabilitasi bisa dapat sarana untuk main golf atau hobi lainnya," sebut Prof Azril.

Lebih lanjut Prof Azril mengatakan sebenarnya keahlian ilmu kedokteran Indonesia lebih bagus, bahkan banyak dokter Malaysia yang belajar di Indonesia. Namun ternyata wisata medis ini justru digarap lebih serius oleh orang luar lantaran potensinya besar dan pengeluaran selama wisata medis terbilang lebih besar karena masuk wisata minat khusus.

3 dari 4 halaman

Wellness Tourism Bukan Cuma Spa

Mengenai wellness tourism, Prof. Azril mengatakan bukan hanya terbatas spa saja. Ada banyak kegiatan seperti yoga, silat, taichi, minuman jamu, sebagai pendukung untuk seseorang menjadi bugar lantaran wellness tourism merupakan wisata kebugaran. 

Bahkan bumbu-bumbu, makanan dan minuman sehat juga bagian dari perawatan spa seperti lulur menjadi kesatuan dengan wellness tourism. "Minuman herbal ini di Cina jauh berkembang, padahal di Indonesia asal muasal jamu. Bahkan dulu portugis datang karena (Indonesia) jalur rempah dan V.O.C datang untuk mengambil rempah yang mendunia," tukasnya lagi.

Hal senada diungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Pariwisata di Universitas Udayana Bali, Prof I Gede Pitana. Mantan salah satu deputi di Kementerian Pariwisata ini mengungkapkan wellness tourism sudah lama di Indonesia namun pelaku pariwisata tidak menyadari bahwa hal yang sedang dilakukannya masuk dalam wisata kebugaran.

"Wellness tourism sudah lama jadi bagian pariwisata, terbukti Bali berkali-kali jadi destinasi spa terbaik dunia," sebutnya saat dihubungi lewat sambungan telepon, Jumat 9 Desember 2022.

Perkembangan terakhir masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya termasuk wellness tourism di dalamnya. Tapi masing-masing daerah punya ciri khasnya tersendiri, seperti Jawa dengan tradisi minum jamu. Wellness tourism ini bisa dikombinasikan dengan aspek pariwisata lainnya yang sekaligus untuk melestarikan budaya misalnya menggabungkan yoga dengan minum jamu.

"Segmen pasarnya kita bisa golongkan wellness tourism dengan pariwisata minat khusus karena tidak semua orang ikut. Pariwisata partisipatif, artinya wisatawan ikut aktif melakukan kegiatan," paparnya. 

Lebih lanjut menurutnya segmen dari wellness tourism tidak terlalu kuat dibandingkan dengan mass tourism. Tetapi orang yang melakukan wisata minat khusus ini mengeluarkan uang lebih besar dalam dari sisi kualitas kunjungan.

4 dari 4 halaman

Potensi Geronto Tourism

Di sisi lain, tak hanya wellness tourism, Prof Azril menyebut sedang mengembangkan geronto tourism. Berasal dari ilmu gerontologi, secara etimologis gerontologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang orang lanjut usia atau lansia.

Ilmu ini penting untuk dipelajari lantaran banyak orang tua yang memerlukan perhatian khusus untuk kesehatannya. Selain itu, populasi penduduk orang tua secara global akan terus meningkat. Jenis wisata ini juga sudah banyak dikembangkan negara luar, di mana biasanya lansia di akhir masa tuanya juga menghabiskan waktu untuk berwisata.

Hal ini sudah dikembangkan di Jepang yang lebih memfokuskan pada hobi, wisata kapal pesiar dan kunjungan lebih lama untuk mengeksplorasi sebuah tempat. "Harusnya kita kembangkan, di Jepang ini sudah sangat kuat, di kita belum," katanya lagi. 

Lebih lanjut Prof Azril menyarankan agar pemerintah lebih mengembangkan lagi sisi wisata minat khusus seperti salah satunya wellness tourism. Dari sisi kualitas turis akan menghabiskan waktu kunjungan dan menghabiskan uang lebih banyak dibandingkan mass tourism.

Apalagi perilaku berwisata saat ini telah berubah, bukan lagi wisata masal yang mengharuskan pergi dengan satu bis. Kini orang lebih senang wisata dalam kelompok kecil, maupun wisata minat khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan turis.

 

 

Video Terkini