Sukses

Cerita Akhir Pekan: Produk Ekonomi Kreatif Lokal Pendukung Wellness Tourism di Indonesia

Produk ekonomi kreatif lokal seperti apa yang bisa mengoptimalkan pengembangan wellness tourism di Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan wellness tourism di Indonesia tentu membutuhkan dukungan dalam ragam bentuk. Satu di antaranya yang krusial adalah eksistensi produk-produk ekonomi kreatif lokal yang mendorong dikenalnya jenis pariwisata tersebut.

Ketua Panitia Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF), Agnes Lourda Hutagalung, mengatakan bahwa sejatinya, potensi wellness tourism di Indonesia sangat besar. "Indonesia punya ratusan etnis, puluhan kerajaan yang masing-masing punya budaya wellness," ia menyebut melalui teks pada Liputan6.com, Sabtu, 10 Desember 2022.

Lourda menyambung, "Secara alamiah, indonesia diberi passionate hands oleh Tuhan. Ada begitu banyak tetumbuhan berkhasiat. Keindahan alam Nusantara yang luar biasa memperkuat dampak wellbeing manusia ketika menikmati pelayanan konsep wellness Indonesia."

Narasi ini disepakati Dewanti Subijantoro, General Manager Rumah Atsiri Indonesia. Lewat pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 10 Desember 2022, ia mengatakan, "Budaya Indonesia merupakan percampuran dari budaya-budaya dan kepercayaan lain, termasuk kedokteran tradisional kita."

"Sistem kedokteran asli kita bersifat preventif dan promotif, seperti gaya hidup wellness yang kata kuncinya terletak pada aksi aktif untuk mendapatkan gaya hidup seimbang dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit fisik maupun mental. Jika kita serius mengembangkannya, wellness tourism Indonesia bisa jadi unggulan di skala internasional," imbuhnya.

Mendukung hal itu, Rumah Atsiri Indonesia sebagai destinasi aromatic wellness berupaya terus berinovasi melalui produk-produk turunan minyak atsiri, edu-rekreasi, destinasi, dan outlet untuk mencapai wellness melalui stimulasi aromatik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Edukasi dan Sertifikasi

Dewanti menyebut bahwa semua komponen tadi berfokus pada harmonisasi antara tubuh, pikiran, dan jiwa, sehingga seseorang dapat mencapai "keseimbangan dan sehat secara utuh." "Contohnya, program wellness kami dirancang dengan tujuan-tujuan tersebut sehingga tamu dapat merasakan relaksasi dari fisik dan spiritual yang dapat memanjakan lima pancaindra melalui aroma, terapi, makanan dan nutrisi, kegiatan fisik, serta herbal," ia memaparkan.

Ia menyambung, "Dalam kegiatannya, kami selalu menggunakan produk dari Atsiri Shop yang dipersiapkan dengan penuh kehati-hatian untuk menjaga kualitas manfaat terapi dari minyak maupun tanaman atsiri."

Sementara itu, Lourda mengatakan, edukasi dan sertifikasi dalam pengadaan produk eskonomi kreatif penunjang wellness tourism di Indonesia juga tidak kalah penting. "Ekspor (produk ekonomi kreatif terkait wellness) bisa mendatangkan turis ke Indonesia," sebutnya.

Selain produk makanan, minuman, dan kosmetik, produk ekonomi kreatif lokal terkait wellness tourism juga bisa berupa ragam kerajinan tangan yang merefleksikan budaya Indonesia sebagai elemen interior. "Pengolahan arsitektur Indonesia dalam bangunan-baagunan fasilitas wellness Indonesia," ia berujar.

 

3 dari 4 halaman

Hadir Bukan Tanpa Tantangan

Seperti yang lain, pengadaan produk wellness lokal pun bukan tanpa tantangan. Menurut Lourda, penting untuk kementerian-kementerian terkait bekerja sama dengan industri, bukan malah membuat program kerja sendiri.

"Penghambat lain adalah sertifikasi halal yang menambah kerepotan bagi (pelaku) UKM. UU. no 11 thn 2020 adalah kontradiktif dengan jargon pemerintah mendukung UKM," kritiknya. "Lamanya proses BPOM juga jadi kendala yang luar biasa."

"Presiden RI harus tahu bagaimana UU Cipta Kerja no 11 thn 2020 dan BPOM belum jadi perangkat pendukung usaha wellness di Indonesia," Lourda menyambung.

Sementara bahan baku sudah bisa 100 persen lokal, ia mengatakan sertifikasi organik maupun natural belum sedemikian memadai di dalam negeri. "Padahal sertifikasi ini lebih atau sangat dibutuhkan dibanding sertifikasi halal yang sangat mengada-ada bagi dunia wellness," katanya.

Di sisi lain, Dewanti menyebutkan bahwa awalnya, belum adanya pengganti beberapa bahan baku lokal berkualitas yang lebih terjangkau, namun telah tersertifikasi internasional, seperti sertifikat Ecocert, Cosmos, NaTrue, 100% Natural Origin Content sesuai ISO 16128, Suitable for Halal, Kosher & Vegan formulation, serta readily biodegradable polymer jadi tantangan bagi mereka.

"Namun, trennya sekarang sudah mulai banyak bahan organik maupun natural dari dalam negeri yang sudah tersertifikasi," sebutnya. "Produk kami diformulasikan khusus tanpa bahan pengawet dan pewangi buatan, sebagian besar menggunakan minyak atsiri murni kualitas terbaik, sehingga ketelitian konsumen sangat membantu kami dalam penjualan terkait persaingan dengan produk lain."

4 dari 4 halaman

Jadi Kebanggan Lokal

Dukungan ini, menurut Dewanti, dikombinasikan dengan sentimen nasionalisme, akan sangat membantu pengembangan produk, sehingga jadi kebanggaan lokal: dari Indonesia untuk Indonesia.

Pengembangan wellness tourism di Indonesia perlu kerja keras dari semua pihak yang terlibat, mulai dari pemerintahan, konsumen, pemilik usaha wellness tourism, sampai akademisi yang meneliti tentang praktik wellness tradisional di Indonesia, kata Dewanti.

"Semuanya bersatu padu memajukan wellness tourism agar dapat bersaing di pasar internasional," ucapnya.

Lourda berkata bahwa penting untuk negara hadir dan berdampak dalam mendukung produk wellness di Indonesia. "Sangat dibutuhkan menteri dan wakil menteri yang tidak politis. Bidang ini berpotensi sangat maju bila mempunyai kementerian-kementerian teknis yang paham dan bebas niat politis," ucapnya.

Ia menyambung, "Ada beberapa kementerian teknis terkait, karena bidang-bidang pada wellness ini memang multi-dimensi, multi-disiplin."

Pihaknya pun mendesak peresmian Board Wellness Tourism Indonesia yang telah diproses IWTIF bersama 26 asosiasi terkait. "Board ini mempunyai pembidangan yang 360 derajat, sesuai program-program kerja dalam road map Ethnowellness Nusantara," katanya.

"Di Thailand, pemerintahnya menginisiasi pembentukan board ini untuk mempercepat majunya wellness tourism Thailand," tutup Lourda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.