Sukses

Hakim Ziyech Donasikan Semua Bayaran untuk Fakir Miskin Selama Bela Timnas Maroko di Piala Dunia

Di Piala Dunia 2022, Hakim Ziyech sudah mengumpulkan bonus miliaran rupiah selama memperkuat timnas Maroko.

Liputan6.com, Jakarta - Keberhasilan Maroko untuk lolos ke semifinal Piala Dunia Qatar 2022 membuat para pemainnya mendapatkan sorotan dari berbagai media. Salah satunya adalah Hakim Ziyech. Nama Ziyech sudah dikenal luas di dunia sepak bola.

Ia memperkuat klub asal Inggris, Chelsea, dan termasuk pemain terpopuler di tim nasional (timnas) Maroko.  Bermain di klub papan atas Liga Primer Inggris sepertinya membuat pemikiran Hakim Ziyech cukup berbeda dari pemain timnas Maroko lainnya.

Pemain berusia 29 tahun itu ternyata tak pernah menikmati uang dari hasil membela negaranya. Bayaran dari hasil membela Timnas Maroko, seperti bonus yang didapatkan, langsung ia berikan kepada orang lain, termasuk staf tim dan fakir miskin yang berada di negaranya.

Hal itu diungkapkan akun Instagram dan Twitter bercentang biru @KhaledBeydoun. Khaled adalah seorang profesor di bidang hukum di Wayne Street University di Detroit, Amerika Serikat. Ia juga dikenal sebagai pemerhati sepak bola internasional.

Akun tersebut mengungkapkan uang yang diterima Ziyech selalu disumbangkan ke fakir miskin sejak 2015 lalu. "Bintang Maroko Hakim Ziyech tidak pernah mengambil satu dolar pun saat bermain untuk negaranya . Dia menyumbangkan semuanya untuk staf tim dan keluarga kurang mampu di negara asalnya Maroko," tulis akun @KhaledBeydoun, Senin (12/12/2022).

Hal yang sama juga dilakukan Ziyech saat membela negaranya di Piala Dunia 2022. Akun tersebut juga mengungkap bahwa sebenarnya pemain di posisi gelandang sayap itu sudah mengumpulkan bonus Piala Dunia sebesar 350 ribu dolar AS atau sekitar Rp5,4 miliar.

Jumlah itu tentunya bakal bertambah bila Maroko bisa mengalahkan Prancis di semifinal Piala Dunia 2022. Tentunya, bonus lebih besar lagi menanti jika Maroko bisa menang di final dan menjuarai Piala Dunia.

2 dari 4 halaman

Aksi Mulia

Maroko sudah mengukir sejarah dengan menjadi negara Afrika pertama yang berhasil lolos ke babak semifinal Piala Dunia. Meski nantinya akan mendapat bonus lebih besar lagi, Ziyech diyakini bakal mengalokasikan semuanya ke fakir miskin. Aksi mulia ini menjadi penyemangat tersendiri bagi Ziyech untuk menampilkan yang terbaik.

"Hakim Ziyech akan mendonasikan semua bonus World Cup miliknya kepada orang-orang miskin di Maroko," tulis akun @KhaledBeydoun pada 9 Desember 2022.  Apa yang dilakukan Ziyech sepertinya karena latar belakang masa kecilnya.

Di balik kegemilangan Hakim Ziyech di dunia sepak bola, ada kisah haru yang pernah dialami oleh pesepak bola muslim itu. Jauh sebelum menjadi pemain profesional seperti sekarang, ia menghadapi berbagai persoalan kehidupan. 

Melansir Brilio.net dan kanal Islami Liputan6.com, Ziyech lahir di Dronten, Belanda pada 19 Maret 1993 dari pasangan ibu asli Maroko dan ayah asli Belanda. Dia merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara. Bintang Chelsea ini bukan berasal dari keluarga kaya. Latar belakang keluarga yang cukup miskin membuat Hakim Ziyech tak punya banyak fasilitas untuk menghabiskan masa mudanya.

Hiburan masa kecilnya adalah bermain sepak bola di jalanan bersama kakak laki-lakinya. Pada usia 5 tahun, Ziyech mulai bergabung dengan akademi sepak bola. Pada 2001, ia bergabung dengan klub lokal bernama Reaal Dronten.

Ketika sedang mengejar mimpinya, ia harus kehilangan sang ayah. Ayah Ziyech meninggal lantaran mengidap multiple sclerosis, yakni gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang.

3 dari 4 halaman

Kehilangan Ayah

"Saya ingat betul, saat itu musim dingin, tepat setelah Natal. Ayah saya berada di tempat tidur di ruang tamu. Dia telah sakit selama beberapa waktu, semakin buruk. Saya harus tidur malam itu, tetapi saya ingin tinggal bersamanya," kata Ziyech pada AD.nl. "Akhirnya saya tertidur di tepi ranjangnya. Sekitar tengah malam, saya bangun dan pergi ke kamar saya."

"Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 03.00, saya mendengar anggota keluarga menangis di lantai bawah. Saya pergi ke ruang tamu. Ayah saya sudah meninggal," tambah dia.

Kehilangan ayah di usianya yang masih kecil menguburkan mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional. Ia mulai putus asa.  Namun berkat motivasi sang ibu, akhirnya gelandang paling kreatif di Maroko itu bangkit dari keterpurukannya.

Ia mulai kembali aktif di akademi sepak bola. Kehilangan sosok ayah di masa kecilnya justru menguatkan mental Ziyech ketika menjadi seorang pemain sepak bola profesional saat dewasa.

"Saya tidak membutuhkan pelatih mental untuk tetap kuat. Saya telah melalui banyak hal dalam hidup saya. Kehilangan seorang ayah adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada seorang anak laki-laki. Segala sesuatu yang terjadi selanjutnya dalam hidup adalah relatif," katanya dikutip dari Mirror.

4 dari 4 halaman

Sosok Ibu

Selain karena ibu dan keluarganya, titik balik Ziyech setelah kepergian sang ayah selama-lamanya ketika bertemu dengan Aziz Doufikar. Dia adalah pemain Maroko pertama yang merumput di Eredivisie Belanda yang turut merawat mimpi Ziyech.

Semangat untuk menjadi pesepakbola profesional tak pernah padam. Ia semakin menjadi-jadi. Karier profesionalnya dimulai ketika Ziyech bergabung klub SC Heerenveen pada usia 19 tahun. Di SC Heerenveen, Ziyech berhasil menorehkan 11 gol dari 36 penampilan selama dua musim.

Sejak musim 2016 hingga 2020 Ziyech membantu Ajax memenangkan empat gelar mayor di level domestik maupun Eropa. Kemudian pada Ziyech bergabung dengan Chelsea sejak tahun 2020 hingga saat ini.

Kesuksesan Ziyech menjadi sepak bola diakui tidak terlepas dari sosok ibu yang selalu mendukungnya. Ketika terpilih menjadi pemain Belanda terbaik, ia mengajak ibunya naik ke panggung untuk menerima penghargaan bersama-sama.  Bahkan, pada perhelatan Piala Dunia 2022 sang ibu ada mendampingi secara langsung di stadion. Ziyech pun terekam kamera saat memeluk ibu dan mencium keningnya.