Sukses

Bantul Bersiap Jadi Jejaring Kota Kreatif Dunia UNESCO

Bantul sedang mempersiapkan diri menjadi kota kreatif dunia, tergabung dalam UNESCO Creative Cities Network (UCCN) di bidang kriya dan kesenian rakyat.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sedang mempersiapkan diri menjadi kota kreatif dunia, tergabung dalam UNESCO Creative Cities Network (UCCN) di bidang kriya dan kesenian rakyat. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong usaha tersebut, di mana pengembangan kota kabupaten/kota kreatif merupakan salah satu program prioritas tahun 2022.

"Kemenparekraf sebagai focal point nasional untuk UCCN berkomitmen akan mendampingi Kabupaten Bantul agar dapat berjejaring di tingkat global," ujar Sandiaga Uno saat The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid, Senin 12 Desember 2022. 

Sandiaga Uno mengatakan langkah tersebut akan dimulai dari penetapan Kabupaten Bantul sebagai bagian dari ekosistem Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif Indonesia lewat Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) dengan kriya sebagai unggulannya. Harapannya, ekonomi kreatif unggulan di daerah akan makin berkembang sehingga nantinya sektor ekonomi kreatif bisa menjadi tulang punggung perekonomian daerah.

"Kita kolaborasi hexahelix Kabupaten Bantul telah terus melakukan pembenahan dan persiapan menuju Bantul kota kreatif Dunia UCCN," ungkap Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih di kesempatan yang sama.

Mendukung hal tersebut, Bantul terus menggalang dukungan, tidak hanya dari para pelaku industri kreatif, tetapi juga semua warga kabupaten Bantul menyambut dengan optimis. Bupati Bantul mengatakan, Bantul secara ekosistem ekonomi kreatif telah cukup mapan sejak lama.

"Bantul hari ini mengandalkan sumber daya manusia kreatifnya. Kita punya SMK khusus seni kriya, kita punya akademi komunitas kriya, kita punya institusi seni terbaik terbesar di Indonesia yaitu Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan tempatnya di Bantul. Kita punya galeri-galeri seni yang sangat banyak dan sanggar-sanggar seni serta tradisi yang hingga kini masih hidup. Semua itu membangun ekosistem kreatif yang mapan," papar Abdul Halim. 

 

2 dari 4 halaman

Potensi Kriya

Sementara itu, Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, Indonesia akan menyelenggarakan Asean Forum di Yogyakarta pada Februari 2023. Kegiatan ini dinilai searah dengan Bantul yang meluncurkan kegiatan bersamaan untuk mengisi forum tersebut sebagai bentuk persiapan Kota Kreatif Dunia.  

Potensi kriya di Kabupaten bantul juga terbilang tinggi di anatara kabupaten dan kota yang ada di Yogyakarta. Tercatat, kurang lebih 70 persen produk kreatif seperti suvenir yang dijajakan di Malioboro berasal dari Kabupaten Bantul.

Di kesempatan yang sama, Ketua Forum Bantul Creatif Forum (BCF), Timbul Raharjo mengatakan Bantul telah memproduksi barang-barang kriya terbesar di Indonesia, bahkan beberapa pameran internasional dipenuhi dengan produk dari Bantul. "Terkait dengan kegiatan pariwisata di Bantul Kasongan, Kampung Wisata Mangunan, muncul banyak destinasi buatan dengan pemandangan menarik," ujar Timbul.

Bahkan pantai Parangkritis merupakan pilihan teratas orang berwisata, selain itu gumuk pasir hanya ada satu-satunya di Indonesia dan Bantul. "Ini bisa mendatangkan wisatawan mancanegara, kunjungan pariwisata ke wilayahnya sebanyak 3,5 juta per tahun, campuran antara wisman dan turis lokal," tambah Abdul Halim.

 

3 dari 4 halaman

Kuliner Bantul

Indonesia sendiri sudah memiliki empat kota yang mendapat predikat UCCN yaitu Pekalongan untuk kategori kriya dan kesenian rakyat, kemudian Bandung kategori desain, Ambon kategori musik, dan Jakarta kategori literatur. Akan tetapi, Sandi mengungkapkan apabila mendapat legitimasi dari UNESCO tentu akan memberikan dampak yang besar.

Bukan hanya pada keberlanjutan dan berkembangnya potensi ekonomi kreatif, tapi juga secara tidak langsung jadi sarana promosi efektif. Ketua Komite Ekonomi Kreatif Bantul, Erwin Yuniati mengatakan, kuliner terkenal Bantul salah satunya sate klatak. Bahkan ada satu kawasan yang bernama Jejeran, sebagai pusat jajanan sate di Bantul. 

Mengutip dari kanal Regional Liputan6.com, 19 Juli 2021, di Bantul juga ada jenis gudeg yang tak kalah popular, yakni gudeg manggar. Gudeg manggar ini identik dengan putik bunga kelapa muda yang dipakai sebagai bahan utama untuk menggantikan nangka muda.

Gusti Retno Pembayun, disebut-sebut sebagai pencipta gudeg manggar pada 1600-an. Gusti Retno Pembayun adalah keturunan Panembahan Senopati yang menikah dengan Ki Ageng Mangir, seorang kesatria di masa itu.

4 dari 4 halaman

Gudeg Manggar

Menurut berbagai sumber, penggunaan manggar sebagai pengganti nangka muda dianggap sebagai perlawanan di masa penjajahan Belanda. Menurut cerita pada masa Perang Diponegoro, sebagian rakyat Bantul melawan kekuasaan Sultan Hamengkubuwono yang pada waktu itu dianggap memihak kepentingan Belanda.

Citra kuliner perlawanan pun dialamatkan kepada gudeg manggar yang menjadi ikon kuliner Kabupaten Bantul hingga saat ini. Gudeg manggar memiliki cita rasa yang sama dengan gudeg nangka muda pada umumnya, lantaran bumbu-bumbu yang dipakai pun sama.

Tapi bedanya, tekstur nangka muda lebih empuk, sedangkan manggar lebih renyah. Gudeg manggar biasa disajikan dengan aneka olahan lain seperti tempe semangit sebagai bumbu tambahan, sehingga menghasilkan cita rasa yang sangat khas. 

Gudeg manggar ada pula yang disajikan dengan tulang dan kulit ayam untuk membuatnya lebih gurih. Seperti misalnya gudeg nangka, gudeg manggar pun disandingkan dengan berbagai lauk-pauk antara lain opor ayam berkuah kental, sambal goreng krecek, tahu maupun tempe bacem, serta blondo atau areh untuk membuatnya lebih bercita rasa.

Â