Sukses

Negara Anggota Uni Eropa Cabut Semua Pembatasan Perjalanan Terkait COVID-19

Rekomendasi dewan Uni Eropa mencabut semua pembatasan perjalanan terkait COVID-19 ini menyimpan sejumlah perlindungan.

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Uni Eropa resmi memperbarui rekomendasi perjalanan dengan seruan mencabut semua pembatasan terkait COVID-19 di wilayah UE. Pihaknya juga memastikan tidak ada batasan baru yang akan diberlakukan jika situasi penyebaran virus tetap tidak berubah.

Melansir Euro News, Kamis (15/12/2022), pada Oktober lalu, Spanyol jadi negara UE terakhir yang mencabut persyaratan masuk terkait COVID-10. Hingga saat itu, pelancong non-UE diharuskan menunjukkan bukti vaksinasi, sembuh dari COVID-19, atau tes COVID-19 negatif.

Namun, rekomendasi tersebut menyimpan sejumlah perlindungan, berjaga-jaga situasi memburuk. Jika pandemi memburuk atau ketegangan baru muncul di negara-negara di luar UE, dewan UE mencatat bahwa persyaratan sebelum keberangkatan dan pembatasan sementara mungkin diperlukan.

Bila situasi memburuk di negara-negara UE, persyaratan menunjukkan sertifikat COVID1-9 digital atau menjalani tes dapat diberlakukan kembali. Sejak Spanyol mencabut pembatasan terakhirnya pada Oktober 2022, wisatawan dari semua negara tidak perlu lagi menunjukkan dokumen COVID-19 untuk memasuki negara UE mana pun.

Sebelumnya, banyak negara mewajibkan penyertaan bukti vaksinasi, sertifikat pemulihan, atau tes negatif melalui Sertifikat COVID Digital UE (EUDCC) ketika pelancong hendak memasuki wilayah mereka. Namun, negara-negara UE sekarang menyambut semua wisatawan terlepas dari status vaksinasi COVID-19, pemulihan, atau pengujian.

Di bawah rekomendasi baru, kemungkinan besar UE akan tetap bebas pembatasan, kecuali jika kasus meningkat di negara atau wilayah tertentu maupun muncul kekhawatiran baru. Pemakaian masker masih diwajibkan beberapa negara dalam situasi tertentu, tapi penumpang yang terbang di UE tidak perlu lagi memakai masker di bandara atau di dalam pesawat.

 

2 dari 4 halaman

Tidak Lagi Butuh Mengaktifkan Mode Penerbangan di Ponsel

Dalam laporan sebelumnya, penumpang pesawat yang terbang di kawasan Uni Eropa akan segera diizinkan menggunakan ponsel mereka tanpa mengaktifkan mode penerbangan. Hal ini menyusul keputusan Komisi Eropa untuk membolehkan maskapai penerbangan menyediakan teknologi 5G, selain mengizinkan penggunaan data seluler.

Meski detail tentang cara kerjanya belum dirilis, perubahan tersebut menandakan wisatawan dapat melakukan panggilan telepon, teks, dan streaming video selama penerbangan. Padahal, mereka selama ini diwajibkan mematikan ponsel atau mengaktifkan mode penerbangan selama perjalanan menggunakan pesawat. 

Aturan itu dibuat karena data seluler dapat memengaruhi komunikasi penerbangan. "Ada kekhawatiran mereka dapat mengganggu sistem kendali penerbangan otomatis," kata Dai Whittingham, kepala eksekutif Komite Keselamatan Penerbangan Inggris, pada BBC.

Ia menyambung, "Apa yang telah ditemukan dengan pengalaman adalah risiko interferensi sangat kecil."

Penggunaan frekuensi 5G dikhawatirkan dapat menghambat sistem penerbangan di Amerika Serikat, bahkan menyebabkan perubahan pada pengukuran ketinggian. Namun, Whittingham menyakinkan hal itu bukan masalah di Inggris dan Uni Eropa.

 

3 dari 4 halaman

Mulai Berlaku Kapan?

Whittingham berkata, "Terdapat lebih sedikit kemungkinan gangguan Kami memiliki frekuensi yang berbeda untuk 5G dan ada pengaturan daya yang lebih rendah daripada yang diizinkan di AS."

"Masyarakat yang bepergian menginginkan 5G," imbuhnya. "Regulator akan terbuka dengan kemungkinan itu, tapi akan ada langkah-langkah yang diambil untuk memastikan bahwa apa pun yang mereka lakukan itu aman."

Keluarnya persetujuan dari Komisi Eropa berarti maskapai penerbangan akan segera mengizinkan penumpang menggunakan data ponsel di dalam penerbangan. Negara-negara anggota UE diberi waktu hingga 30 Juni 2023 untuk menyediakan teknologi 5G di pesawat.

Artinya, para penumpang baru bisa menikmati kebebasan itu pada penerbangan tahun depan. "5G akan memungkinkan layanan inovatif bagi orang-orang dan peluang pertumbuhan bagi perusahaan-perusahaan Eropa," kata Thierry Breton, Komisaris Uni Eropa untuk Pasar Internal, dalam sebuah pernyataan.

Ia menyambung, "Langit tidak lagi jadi batas dalam hal kemungkinan yang ditawarkan konektivitas super cepat dan berkapasitas tinggi."

 

4 dari 4 halaman

Tidak Disambut Baik Semua Pihak

Maskapai akan dapat menyediakan internet berkecepatan tinggi dengan frekuensi 5G, yang memungkinkan penumpang mengunduh film dalam beberapa menit. Selama ini, penumpang hanya mengandalkan layanan Wi-Fi pesawat untuk bisa berkomunikasi di ponsel mereka. Itu pun tersedia dalam waktu terbatas dan tidak semua aplikasi bisa digunakan.

Padahal, minat penumpang untuk bisa berkomunikasi secara online di pesawat meningkat, terutama di masa pandemi. Hal ini ditunjukkan lewat hasil Survei Pengalaman Penumpang 2022 yang digelar Inmarsat. Sebanyak 74 persen dari responden mengatakan penting untuk tetap terhubung ke Wi-Fi saat terbang, naik dari 39 persen pada 2021.

Walau begitu, keputusan Komisi Eropa tidak disambut baik semua pihak. "Mengingat cara orang berperilaku dengan ponsel mereka di semua angkutan umum lainnya, ini adalah berita yang menyedihkan," tulis seorang pengguna di Twitter.

"Satu lagi alasan untuk membenci terbang. Bayangkan terjebak di kursi di sebelah seseorang di ponsel mereka selama berjam-jam," kata yang lain.

Beberapa pelancong juga menikmati istirahat dari ponsel mereka. "Saya suka di pesawat (dan saya jarang terbang) sama sekali tidak ada kontak, dan ini benar-benar dimatikan," cuit seorang warga Twitter.