Liputan6.com, Jakarta - Dengan semakin banyaknya event berlangsung secara luring, kendati pandemi belum selesai, ada sederet faktor yang harus diperhatikan, termasuk pengelolaan sampah. Selain melibatkan pengunjung, kepedulian ini juga seharusnya hadir dari penyelenggara.
Founder Less Waste Events, Syaiful Rochman, menyebut bahwa keseriusan penyelenggara dalam persiapan event, apalagi dengan target pengunjung yang tinggi, harus sejalan dengan keseriusan mengelola berbagai dampak yang akan ditimbulkan. "Termasuk di dalamnya terkait timbulan sampah," ia mengatakan melalui pesan teks pada Liputan6.com, Jumat, 16 Desember 2022.
Advertisement
Baca Juga
Ia menyambung, "Jelas semakin tinggi (jumlah) pengunjung, akan semakin tinggi risikonya, termasuk (besarnya volume) timbulan sampah, dan ini jadi tanggung jawab penyelenggara sebagai organizer atas event."
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Syaiful mengatakan, telah menerbitkan Pedoman Pengelolaan Sampah pada Penyelenggaraan Acara.
"Di dalam pedoman tersebut, tercantum tata cara dan gambaran umum teknis terkait bagaimana mengelola sampah dalam event," tuturnya. "Ketentuan lain tentu adalah etika sosial dan lingkungan yang harus dijaga karena saya percaya bahwa event yang baik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi dan euforia, tapi juga sosial dan lingkungan."
Soal indikator keberhasilan penyelenggara mengelola sampah dalam gelaran event, menurut Syaiful, memang belum bisa terlihat secara mudah dan langsung. "Yang terpenting adalah bagaimana dampak pelaksanaan event tidak jadi beban sosial dan lingkungan di kemudian hari, termasuk dari pencemaran tumpukan sampah," ia menyebut.
Evaluasi untuk Peningkatan Kualitas Event
Lebih lanjut Syaiful berkata, lokasi event bisa saja bersih dari sampah setelah acara selesai. "Tapi, dikelola seperti apa sampah-sampah event tersebut (guna) menghindari dampak buruk (lingkungan) ke depan," ucapnya.
Ia menyambung, "Penyelenggara yang baik dan bertanggung jawab akan belajar dan melakukan evaluasi dari setiap event yang ia jalankan, sehingga dari satu event ke event selanjutnya sangat bisa dilakukan banyak peningkatan."
Ini termasuk strategi mengurangi timbulan sampah di gelaran event, karena, menurut Syaiful, pada hakikatnya mengurangi jauh lebih baik dari penggunaan kembali dan daur ulang. Dalam portofolionya, mereka telah bekerja sama dengan sederet acara dalam pengelolaan sampah.
"Kami biasa bantu event, seperti Java Jazz Festival, Synchronized Festival, dan banyak konser international sebelum pandemi di GBK, seperti Guns N Roses dan Bon Jovi," ia mengatakan. "Asian Games (2018) juga menggunakan SOP kami di Less Waste Events."
Di keterangan resminya, Mei lalu, Syaiful menyebut sebanyak 6,2 ton sampah dihasilkan selama tiga hari penyelenggaraan Java Jazz Festival (JJF) 2022. "Paling banyak sampah residu," ia menyebutkan.
Advertisement
Tempat Sampah Tematik
Syaiful menjelaskan, "Residu itu sampah yang tidak bisa didaur ulang, diolah, dan tidak memiliki nilai jual. Jadi, ujung-ujungnya akan dibuang ke TPA. Ada berupa tisu bekas pakai, wadah makanan sekali pakai, sedotan plastik, dan alat makan plastik sekali pakai."
Di kesempatan itu, Syaiful menambahkan, sampah-sampah yang bisa didaur ulang disalurkan pada bank sampah, sementara sampah organik dijadikan kompos. Bersama KLHK, pihaknya saat itu menyediakan berbagai macam wadah sampah tematik, yaitu untuk sampah organik, sampah daur ulang, sampah residu, sampah spesifik, serta sampah puntung rokok.
Khusus wadah sampah puntung rokok di gelaran JJF 2022, itu merupakan salah satu terobosan terbaru, mengingat banyaknya jumlah puntung rokok yang dihasilkan di acara-acara besar seperti ini.
Namun, karena tidak semua penonton JJF 2022 sudah sadar memilah sampah, pengelola akhirnya melibatkan total 22 petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Kemayoran dalam pengelolaan limbah. "Detailnya, pengangkutan (sampah) sembilan orang, pemilahan 10 orang, pencatatan satu orang, dan re-packing dua orang," Syaiful memaparkan.
Dana Pengelolaan Sampah dalam Gelaran Event
Berdasarkan pengalaman Less Waste Events, berkomunikasi terkait pengelolaan sampah di event pada penyelenggara tidak selalu mudah. "Ada yang mudah dan ada yang susah," ia mengatakan.
"Tergantung motivasi dan latar belakang owner dari penyelenggaranya," imbuhnya. "Ada yang peduli, ada juga yang tidak peduli dan merasa bahwa biaya pengelolaan sampah itu bukan urusan mereka (penyelenggara event)."
Padahal, menurut Syaiful, alokasi dana pengelolaan sampah merupakan hal yang penting untuk mencapai standar pengelolaan sampah yang layak. Soal berapa nominal ideal yang sebaiknya dipersiapkan penyelenggara event, ia menyebut bahwa itu sangat bergantung pada skala acara yang berlangsung.
"Saya tidak akan sebut angka, tapi setidaknya cost (pengelolaan sampah) akan tercermin dari target penjualan tiketnya," ia mengatakan. "Kalau ribuan pengunjung kan tidak mungkin cost pengelolaan sampahnya skala puluhan."
Ke depan, Syaiful mengatakan, penyelenggara acara seharusnya mulai memikirkan faktor dan biaya pengelolaan lingkungan dalam rencana operasional mereka. Dengan begitu, penyelenggaraan event bisa terlaksana secara lebih berkelanjutan.
Advertisement