Liputan6.com, Jakarta - Stunting masih jadi momok di Indonesia. Penekanan angkanya, dengan gol nantinya hilang sama sekali, telah diupayakan berbagai pihak, termasuk organisasi non-profit, 1000 Days Fund.
Dalam kampanye guna menekan angka stunting, NGO ini mengandalkan poster pintar. COO 1000 Days Fund, Velofa Theresia, mengatakan bahwa ada tiga poin yang disoroti dalam media edukasi mereka.
Advertisement
Baca Juga
"Pertama, apa itu stunting, lalu apa saja bahaya stunting, dan terakhir, pencegahan stunting," katanya dalam media gathering di bilangan Jakarta Pusat, Rabu, 21 Desember 2022.
Ia menyambung, media edukasi perihal stunting dalam bentuk poster pintar itu digagas tahun 2019. "Awalnya dalam format wording," tuturnya. "Jadi, kami datang (ke wilayah binaan), menempel poster pintar, lalu mengajadi pesan kunci."
"Satu, dua bulan kemudian, kok tidak dilakukan, setelah ditanya, ternyata kami mendatangi belum tentu orang di tempat tersebut bisa baca tulis. Akhirnya, poster pintar, yang sekarang sudah sampai versi ke-21, ini hadir dalam bentuk gambar dan grafis."
"Pemahamannya pun ditranslasi menggunakan bahasa mereka sendiri, merah artinya apa, kuning berarti bagaimana, tanpa mengubah pesan inti yang ingin disampaikan poster tersebut," Velofa menuturkan.Â
Dengan ditempel di rumah, menurut pihaknya, tidak hanya ibu, tapi setiap anggota keluarga minimal bisa memeriksa tinggi badan anak "sudah sampai di garis mana: kuning, merah, atau hijau." "Harapan adanya poster pintar ini adalah perubahan perilaku," imbuhnya.
Perjalanan yang Tidak Selalu Mulus
Terkait perilaku mencegah stunting, Velofa berkata, "Salah satu yang terpenting, terutama di bagian timur Indonesia, adalah sanitasi. Minimal dengan semua rajin cuci tangan. Setelah itu, poster pintar baru menyasar pola asuh, seperti bagaimana pola makan keluarga itu. Hal-hal seperti ini juga kami dampingi."
Dalam pendampingan tersebut, Velofa bercerita bahwa jalan 1000 Days Fund tidak selalu mulus. "Ada penolakan," ia berkata. "Kami datang ke rumah untuk mengedukasi, dan ada saja biasanya kepala keluarga yang tidak mau, mengatakan 'Anak saya sehat, enggak stunting. Anaknya aktif.'"
Padahal, menurut Velofa, pencegahan stunting pada anak tidak hanya perlu upaya dari ibu, namun juga dukungan seluruh anggota keluarga. "Makanya dalam pendampingan, kami mengajak semua anggota keluarga. Suami, lalu kalau di rumah ada nenek, kami ajak juga buat memahami stunting," tuturnya.
Ia bercerita, "Terutama di daerah NTT, ayah itu bekerja sebagai nelayan, dan ibu berkebun. Mereka jarang ada di rumah, dan yang jaga (anak) neneknya. Itu memang jadi tantangan tersendiri bagi kami bagaimana edukasi ini bisa tepat sasaran."
Â
Advertisement
Pendekatan Emosional
Salah satu caranya, 1000 Days Fund memberi pendekatan emosional. "Kami mengomunikasikan bahwa kami datang bukan karena anak bapak atau ibu stunting, tapi mau mengajak untuk sama-sama mencegahnya. Pun misalnya ada anak dalam area kuning, itu kami bantu perbaiki. Kami datang untuk berdiskusi, dan itu biasanya akan dimulai dengan apresiasi," tutur Velofa.
Sebagai pendamping, Velofa menyambung, pihaknya juga tidak jarang berperang dengan mitos. "Balik lagi ini harus dilawan dengan edukasi," katanya. "Tapi, kami juga paham kami tidak bisa memaksakan, karena semua kembali ke keputusan keluarga."
"Pendekatan ini juga tidak jarang dilakukan berkali-kali dengan cara berbeda. Karena itu, kami tidak kerja sendiri. Misalnya, kami bisa menghadirkan ketua adat untuk memberi pengertian maupun mengandalkan para kader yang hadir terus di lapangan," ia mengutarakan.
Hadir di kesempatan itu, seorang kader Posyandu Plamboyan Dusun Sukalaksana, Kabupaten Bekasi, bernama Ida. Ia bercerita, berdasarkan pengalamannya, poster pintar yang memberi edukasi seputar stunting itu telah membuka ruang diskusi.
"Mungkin karena dilihat setiap hari di rumah, akhirnya dicerna juga. Jadi ada yang bertanya (soal stunting)," ia mengatakan.
Dr. Annisa Nur Aini, Sp.A dari Brawijaya Hospital Saharjo menekankan bahwa stunting tidak hanya soal anak bertubuh pendek, namun juga "gagal tumbuh." "Tidak semua anak bertubuh pendek itu kurang kecerdasannya, tapi yang gagal tumbuh, itu jadi kurang cerdas," tuturnya.
Â
Dukungan Langsung Berupa Donasi
Mendukung lebih jauh langkah edukasi dan intervensi 1000 Days Fund, Momami mendonasikan Rp120 juta untuk membantu pertumbuhan anak-anak yang membutuhkan, khususnya yang terdampak stunting. Marketing Communication Momami, Elvira Annisa, berkata bahwa ini sejalan dengan komitmennya untuk jadi sahabat setia dalam perjalanan seorang ibu.
"Perjalanan seorang ibu ingin kami dukung bahkan sejak masa masa kehamilan," ia mengatakan.
Vice President Momami, Lina Paulina, menyambung, "Melalui kerja sama dengan 1000 Days Fund, kami diajak berkontribusi dalam penanganan stunting, salah satunya mendukung perjalanan mereka dalam mengedukasi para ibu di setiap daerah terpencil."
Di samping itu, dalam rangka memperingati Hari Ibu, pihaknya juga menghadirkan dua produk baru berupa Momami Baby Cologne dan Momami Baby Hair Serum. Juga, memperkenalkan dua varian Momami Tooth Spray rasa baru: Peach dan Honeydew.
"Kehadiran dua produk dan dua varian baru dari rangkaian Momami Tooth Spray juga jadi bentuk dukungan kami memenuhi kebutuhan si kecil dengan perawatan terbaik," kata Lina.
Advertisement