Liputan6.com, Jakarta - Penanganan sampah plastik perlu dikeroyok bareng-bareng. Semua elemen masyarakat harus terlibat, termasuk pihak swasta seperti yang dilakukan brand apparel lokal, Eiger.Â
Brand penyedia produk perlengkapan kegiatan luar ruang itu baru saja mengumumkan kerja sama dengan Plasticpay untuk membantu mengumpulkan sampah plastik. Mereka menempatkan reverse vending machine (mesing pengumpul plastik) di sejumlah gerai Eiger di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Sampah plastik yang disetorkan nantinya bisa ditukarkan menjadi poin EAC. Konsumen selanjutnya bisa menukarkannya menjadi voucher belanja produk-produk Eiger.
"Pada acara EIGER Weekend Blast kali ini, kami berkolaborasi denganPlasticpay untuk mendukung komitmen tersebut salah satunya dengan menghadirkan beberapa Reverse Vending Machine di beberapa toko terpilih," kata Ayi Sunandar, Brand and Community Marketing Manager EIGER, dalam pernyataan tertulis kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Saat ini, mesin pengumpul itu hanya bisa menerima sampah botol plastik setelah konsumen mendaftarkan akun member EAC. Mesin tersebut sementara hanya bisa ditemui di empat gerai Eiger, yaitu gerai Radio Dalam, Kelapa Gading , Depok, dan Bogor.Â
"Kami juga memiliki visi untuk mengajak masyarakat mengubah sampah plastik yang merusak lingkungan menjadi bermanfaat. Nantinya, masyarakat yang belum peduli sampah plastik akan lebih semangat untuk mengumpulkan sampah plastik, dan yang sudah peduli dengan sampah plastik nantinya akan lebih semangat lagi mengumpulkan sampah plastik," kata Arif Rahman Abidin selaku Marketing and Sales Manager dari Plasticpay.
Â
Â
Â
Berkurang 70 Persen di 2025
Data LIPI pada 2018 menyebutkan bahwa 80 persen sampah laut Indonesia berasal dari daratan dan 30 persennya dikategorikan sebagai sampah plastik. Setiap tahun, 0,27 – 0,59 juta ton sampah plastik masuk ke perairan Indonesia dan berkontribusi terhadap akumulasi sampah lokal.Â
Pemerintah sebelumnya telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut, yang di dalamnya mencantumkan target penanganan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025. Melalui Perpres ini, dibentuk pula Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL).
Dalam keterangan tertulis berbeda, TKN PSL bertanggung jawab memberikan arahan-arahan strategis bagi kementerian/lembaga untuk menangani permasalahan sampah laut selama jangka waktu delapan tahun, dari 2018 hingga 2025. Artinya, pemerintah punya tenggat dua tahun lagi untuk mencapai target yang ditetapkan.
TKN PSL diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai ketua harian. Sementara, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bertindak sebagai Ketua Tim Pelaksana RAN PSL dan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi bertindak sebagai Wakil Ketua Tim Pelaksana RAN PSL. Sebanyak 16 kementerian dan satu lembaga tergabung dalam TKN PSL.
Â
Advertisement
Prediksi 2050
Sementara itu, International Union for Conservation of Nature mencatat 80 persen pencemaran di laut berasal dari plastik dengan 8--14 metrik ton plastik berakhir di laut setiap tahunnya. Jumlah itu sangat banyak, belum lagi terdapat 50--75 triliun keping plastik dan mikroplastik di lautan.
Jumlah sampah plastik diperkirakan akan melebihi jumlah ikan di laut pada 2050. Masalah ini berdampak serius, tak hanya bagi kehidupan ekosistem laut, tetapi juga pada ketahanan pangan dan kesehatan manusia.
Duta Besar Australia untuk ASEAN, Will Nankervis menyatakan bahwa masalah sampah laut tidak akan terpecahkan tanpa partisipasi terus-menerus dari generasi muda. Di ajang East Asia Summit Hackathon, generasi muda dari negara-negara anggota EAS pun berkompetisi dalam menciptakan inovasi berupa aplikasi digital yang akan membantu memonitor sampah laut lebih akurat.
Kompetisi juga diharapkan mendorong pelaku bisnis untuk meminimalisir penggunaan plastik dan melakukan daur ulang, di mana polusi plastik laut telah menjadi isu lingkungan hidup yang masif. "Untuk memerangi isu ini, kesadaran dan partisipasi yang sebesar-besarnya dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat adalah hal yang krusial," ujar Duta Besar India untuk ASEAN, Jayant Khobragade pada Jumat, 16 Desember 2022.
Literasi Sampah Sejak Dini
Dari dalam negeri, insiatif untuk membangkitkan kesadaran anak muda terhadap masalah sampah plastik dilakukan dengan menggelar lomba menulis dan komik EUPHORIA (Ending Plastic Pollution Through Poster and Writing Contest for A Cleaner Indonesia). Pada tahun lalu, kompetisi pertama itu diikuti oleh 1.538 peserta dari seluruh Indonesia serta lebih dari 50.000 peserta mengikuti webinar nasional.
Pada tahun ini, ribuan peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa mendaftarkan diri pada kompetisi yang diselengarakan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL).
Kompetisi yang dibuka sejak Agustus 2022 itu mengusung tema 'Mendorong Penguatan Budaya Literasi dalam Rangka Mewujudkan Laut Indonesia yang Merdeka dari Sampah'. Selain pengumuman pemenang kompetisi, pada acara puncak EUPHORIA #2 yang diselenggarakan pada Kamis, 22 Desember 2022, juga dilaksanakan Peluncuran Buku Kumpulan Cerita Pendek & Essai EUPHORIA 2021, pertunjukan dongeng interaktif, serta talkshow.
"Generasi saat ini harus mewarisi bumi yang bersih dan sehat untuk generasi selanjutnya," kata Rofi Alhanif, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Kemenko Marves.
"Perubahan perilaku di masyarakat dimulai dari literasi generasi muda, terutama anak-anak. Karya yang sudah dibuat oleh adik-adik ini harus diterapkan benar-benar ya ke kehidupan sehari-harinya," imbuh Novrizal Tahar selaku Direktur Penanganan Sampah, PSLB3 KLHK.
Advertisement