Liputan6.com, Jakarta Kesetaraan gender dalam memikul pekerjaan rumah tangga dijelaskan dengan cara yang berbeda di mana pria dan wanita memandang tugas dan perannya, saran dari para filsuf di Universitas Cambridge Inggris. Cara pandang tersebut dijelaskan para peneliti dalam jurnal Philosophy and Phenomenological Research.
Dari sisi wanita saat melihat tempat yang kotor secara naluriah akan membersihkannya, sedangkan pria mungkin hanya mengamati meja yang tertutup remah. Peneliti juga mengungkap beberapa fakta lain, dari data yang dikumpulkan selama pandemi saat laki-laki dan perempuan saat menghabiskan waktu di rumah.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari Japan Today, Kamis (29/12/2022), muncul dua pertanyaan penting seperti mengapa perempuan terus melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga. Kemudian pertanyaan selanjutnya, mengapa laki-laki percaya bahwa pekerjaan itu dibagi secara lebih setara daripada sebenarnya.
Menurut survei rumah tangga AS selama pandemi 70 persen wanita mengatakan bahwa mereka sepenuhnya atau sebagian besar bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga, dan 66 persen untuk pengasuhan anak, kira-kira dengan proporsi yang sama seperti biasanya. Tom McClelland, dari departemen sejarah dan filsafat sains Universitas Cambridge, mengatakan fakta bahwa ketidaksetaraan tetap ada dan banyak pria masih tidak menyadari.
Para peneliti mengatakan "teori keterjangkauan" di mana orang mengalami objek dan situasi karena memiliki tindakan yang secara implisit melekat dapat menjelaskan perbedaan tersebut. Menurut penelitian, saat seorang wanita memasuki dapur, dia lebih cenderung melihat piring untuk dicuci atau lemari es untuk diisi.Â
Â
Dibentuk dari Kebiasaan
Lebih lanjut, penelitian tersebut bukan tentang membebaskan laki-laki atau membuat alasan. Persepsi dibentuk melalui belajar dan orang dapat melatih diri mereka menjadi kebiasaan yang baik, menurut McClelland kepada AFP.
"Jika Anda merebus ketel, lihat apakah ada remah-remah yang perlu diseka. Seiring waktu Anda tidak memerlukan rutinitas karena remah-remah itu akan mulai menarik perhatian Anda... Mereka akan memanggil untuk dibersihkan hal itu akan terjadi secara alamiah," tambah McClelland
McClelland mengatakan penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena tersebut dari perspektif akademis dan memengaruhi bidang kebijakan seperti cuti paternal berbayar. "Salah satu hal penting tentang cuti orang tua adalah bukan hanya tentang pembagian pekerjaan mengasuh selama bulan-bulan awal kehidupan seorang anak, tetapi tentang bagaimana bulan-bulan awal itu menyesuaikan Anda dengan tugas mengasuh di masa depan," katanya.
"Jika seorang laki-laki memiliki cuti pengasuhan yang lebih lama, dia akan lebih memerhatikan kebutuhan pengasuhan itu... dan itu akan menghasilkan distribusi pengasuhan dan tenaga kerja yang lebih adil di masa depan," tambahnya lagi.
Advertisement
Anne Hathaway Bicara Kesetaraan
Sebelumnya Anne Hathaway yang sempat hadir secara virtual dalam pertemuan KTT B20 Bali pada 14 November 2022 lalu ikut menyuarakan tentang kesetaraan gender. Sebagai Goodwill Ambassador for UN Women, sang aktris tegas soal kesetaraan gender dan perempuan yang tidak pernah jadi prioritas.
Ia bahkan menyebut butuh waktu hingga 300 tahun lagi untuk mencapai kesetaraan gender. "Kemajuan bagi perempuan dan anak perempuan adalah kebalikan yang dramatis di banyak negara, hak dan kebebasan yang dialami perempuan dan anak perempuan untuk bekerja, belajar, membuat pilihan atas tubuh mereka, tiba-tiba dicabut," ungkapnya dalam salah satu panel di B20 Summit secara daring, dikutip dari kanal Global Liputan6.com.
Situasinya juga diperparah oleh pandemi COVID-19 yang ternyata memberi dampaik lebih bagi wanita. "Ada intensifikasi menakutkan dari kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan. Ancaman lain terhadap keselamatan perempuan adalah hilangnya peluang ekonomi secara seismik," ucapnya.Â
Anne mengungkapkan bahwa wanita kehilangan pekerjaan dengan tingkat yang lebih cepat daripada pria dan telah keluar dari dunia kerja lebih lama. Dan sekarang harga bahan bakar dan pangan naik secara global, di tengah keadaan darurat iklim dan pendapatan perempuan yang kompleks dari militer, serta kontribusi terhadap kesuksesan bisnis dan pemulihan pasar menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Beri Solusi
Di kesempatan itu, dia juga mengungkapkan beberapa hal rekomendasi yang dinilai bisa menjadi solusi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diwakilinya mendorong penerapan solusi tersebut.
Di antaranya memprioritaskan penciptaan lapangan kerja yang ramah keluarga, di mana mencakup juga jam kerja yang fleksibel dengan menyediakan cuti melahirkan berbayar. Ditambah lagi, adanya fasilitas penitipan anak di rumah.
"Ini adalah ketika kita harus segera bertindak tidak hanya untuk memulihkan apa yang sudah hilang bagi perempuan dan anak perempuan, tapi juga untuk mengakhiri status quo yang berbahaya, yang membuat ketidaksetaraan terus berkembang. Taruhannya tidak bisa lebih tinggi. Dunia bukan hanya wanita. Ini solusi inovatif lebih dari sebelumnya," tegasnya.Â
Menurutnya, mengoptimalkan inklusivitas merupakan kesempatan terbaik untuk sukses. Wanita 40 tahun itu ingin kelompok perempuan memiliki kelas yang setara dengan pria, termasuk di sektor pekerjaan. "Rancang masa depan yang lebih baik dengan melakukan apa yang belum pernah dilakukan orang lain secara efektif sebelumnya. Prioritaskan wanita untuk kebaikan semua," tutup Hathaway. Â
Advertisement