Liputan6.com, Jakarta - Menambah "bencana penerbangan" di awal tahun 2023, ribuan penumpang pesawat dilaporkan terdampar di Papua Nugini karena sederet maskapai komersial menghentikan penerbangan mereka. Ini terjadi usai satu-satunya pemasok produk minyak jadi di negara itu berhenti menyediakan bahan bakar pesawat.
Melansir The Guardian, Jumat (6/1/2023), Puma Energy, pemasok bahan bakar satu-satunya di negara itu, mengatakan bahwa pihaknya kekurangan pasokan karena kurangnya mata uang asing dari Bank Sentral Papua Nugini, yang digunakan untuk membeli bahan bakar pesawat di pasar internasional.
Advertisement
Baca Juga
Ada kekacauan di bandara domestik utama negara itu di Port Moresby setelah semua maskapai besar membatalkan jadwal penerbangan domestik mereka pada Kamis pagi, 5 Januari 2023. Ratusan penumpang juga ditolak dari Bandara Internasional Jacksons di ibu kota, yang akhirnya mendorong penuntutan intervensi dari Perdana Menteri (PM) Papua Nugini, James Marape.
"Pekerjaan kami terdampak, baru sesaat setelah tahun baru," kata Simdei Kamgu, yang seharusnya melakukan perjalanan ke Kiunga, Provinsi Barat. Di sisi lain, Marape mengatakan bahwa situasi tersebut telah jadi masalah keamanan nasional dan meminta Bank of PNG dan Puma Energy untuk menyelesaikan masalah tersebut, dengan menyebut negara ini ditahan untuk mendapatkan "uang tebusan."
Maskapai terbesar Papua Nugini, Air Niugini, merilis pernyataan pada Rabu, 4 Januari 2023, mengatakan bahwa semua penerbangan di seluruh negeri akan dibatalkan karena Puma Energy telah menangguhkan pasokan bahan bakar Jet A1 ke semua perusahaan penerbangan.
"Kami telah melakukan segala kemungkinan untuk memastikan situasi ini tidak terjadi dan kami ingin terus mendukung masyarakat Papua Nugini, terutama saat mereka kembali dari liburan Natal," kata Air Niugini. "(Pihak) maskapai dapat meyakinkan semua pelanggan kami bahwa status pembayaran kami lancar ke Puma Energy."
Risiko Pembatalan Penerbangan Internasional
Air Niugini memperingatkan bahwa penerbangan internasional juga dapat dibatalkan jika bank sentral negara itu gagal menyediakan cukup dolar AS untuk pemasok bahan bakar, Puma Energy, guna membeli bahan bakar pesawat.
Medan terjal Papua Nugini dan kurangnya jalan penghubung membuat perjalanan udara jadi sarana perjalanan yang paling efisien dan andal. Dua kota terbesar, Port Moresby dan Lae, hanya dihubungkan dengan pesawat.
Negara ini hanya memiliki dua jalan raya utama yang menghubungkan dataran tinggi pedalamannya dengan pantai dan tiga jalan raya lain yang menghubungkan kota-kota kecil. Tidak ada rel kereta api.
Meski ada jalur pelayaran untuk mengangkut kargo, tidak ada pilihan bagi orang untuk melakukan perjalanan jauh di laut. Bahkan, kargo diterbangkan melalui udara oleh perusahaan seperti Air Niugini.
Sengketa antara Bank Papua Nugini dan Puma Energy telah memengaruhi kemampuan perusahaan energi itu membeli bahan bakar. Bank of PNG belum mengomentari situasi valuta asing.
Advertisement
Pesan Lebih Buruk
Terkait situasi tersebut, Paul Barker dari Institute of National Affairs negara itu, mengatakan, "Ini mengirimkan pesan yang lebih buruk karena layanan yang tidak dapat diandalkan, baik layanan bahan bakar maupun udara, keduanya berpotensi membahayakan industri dan layanan penting."
Dalam catatan, bisnis PNG memang telah berjuang selama lebih dari satu dekade untuk mendapatkan dolar AS yang dibutuhkan guna membayar pemasok mereka.
Sementara, dunia penerbangan telah menghadapi minggu pertama 2023 yang tidak mulus. Minggu ini, tercatat ada penundaan penerbangan di Florida dan Denver, kisah krisis liburan musim dingin Southwest Airlines yang masih berlangsung, dan penumpang udara terdampar di Filipina setelah pemadaman listrik.
Sekretaris Departemen Transportasi Filipina, Jaime Bautista, menyebut bahwa pemadaman listrik membuat komunikasi radio, radar, dan internet hilang di pusat manajemen lalu lintas udara. "Masalah sekunder adalah lonjakan listrik akibat pemadaman listrik yang berdampak pada peralatan," katanya melansir news.com.au, 3 Januari 2023.
Pembatalan Penerbangan dan Pengalihan Jalur Pendaratan
Penutupan wilayah udara di bandara Filipina setidaknya terjadi selama lima jam, menyebabkan pembatalan penerbangan maupun pengalihan mendarat ke Bandara Hong Kong atau Bangkok. Hal tersebut berdampak pada lebih dari 360 penerbangan atau sedikitnya ada 56 ribu penumpang yang terjebak dalam kekacauan penerbangan ke Manila.
Otoritas Bandara Internasional Manila mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sistem tersebut telah dipulihkan sebagian, memungkinkan operasi penerbangan terbatas, awal pekan ini. Hal ini menyebabkan puluhan ribu turis asing kecewa. Bautista pun meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang.
Bautista menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi akibat "sistem yang sudah usang." Peralatan itu, kata dia, sudah terlalu tua, dan harus segera ditingkatkan. Juga, diperlukan cadangan untuk menunjang sistem tersebut jika dihadapkan pada situasi mendadak.
"Ini adalah masalah sistem manajemen lalu lintas udara," katanya. "Jika Anda membandingkan kami dengan Singapura, misalnya, ada perbedaan besar. (Sistem) mereka setidaknya 10 tahun di depan kami."
Advertisement