Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Jetstar Jepang terpaksa mendarat darurat pada Sabtu pagi, 7 Januari 2022, menyusul ancaman bom yang diterimanya. Pesawat dari maskapai bujet itu sedianya terbang dari Bandara Internasional Narita, dekat Tokyo, menuju Fukuoka di Pulau Kyushu.
Dikutip dari Kyodo, Minggu (8/1/2022), ancaman itu diterima oleh pusat informasi di Bandara Narita dari seseorang. Ia mengatakan telah memasang bom di pesawat Jetstar 501, menurut operator maskapai, seraya menyebut penelepon tidak berbicara dalam bahasa Jepang.
Advertisement
Baca Juga
Telepon ancaman bom itu belakangan diketahui berasal dari Jerman yang menuntut berbicara dengan manajer. Jetstar mengatakan tidak jelas siapa yang orang yang dimaksud penelepon itu.
Operator maskapai itu menerima informasi dari Bandara Narita pada 06.53 pagi, waktu setempat, sekitar 30 menit setelah menerima telepon ancaman. Secara bersamaan, pilot pesawat tersebut juga diberitahu soal ancaman bom tersebut tetapi pesawat sudah keburu lepas landas dari Narita pada pukul 06.36 pagi.
Setelah informasi diterima, pilot diarahkan untuk mendaratkan pesawatanya di Bandara Chubu. Jetstar menyebut ada 136 penumpang dan enam awak kabin di dalam pesawat tersebut.
Seorang penumpang mengonfirmasi soal pengumuman pesawat mendarat darurat di tengah penerbangan. Namun, mereka baru diberitahu bahwa pendaratan dilakukan karena ancaman bom setelah pesawat itu mendarat.
Karena itu, seorang penumpang lain mengira pendaratan darurat itu dilakukan karena pesawat ditabrak burung atau kekurangan bahan bakar. Sementara, penumpang bernama Tomoya Sohara mengaku jantungnya berdegup kencang karena tak mengira insiden itu terjadi nyata. Dia juga merasa tak nyaman saat tiba gilirannya dievakuasi lewat seluncuran darurat di pesawat.
Berdampak ke Penerbangan Lain
Dalam proses evakuasi itu, lima penumpang mengalami cedera ringan, tidak ada satu pun yang dirawat ke rumah sakit. Beberapa penumpang lain mengatakan bahwa mereka diminta menunggu di ruang tunggu terminal sekitar empat jam sebelu akhirnya kembali ke pesawat.
Sekitar 60 penerbangan yang dijadwalkan berangkat atau tiba di bandara Chubu dibatalkan setelah insiden tersebut. Sekitar 30 penerbangan lainnya ditunda selama satu jam atau lebih.
Mobil polisi dan ambulans terlihat di landasan pacu yang ditutup. Sementara di bandara, penumpang yang membatalkan penerbangan, serta penumpang pesawat yang diancam bom, menunggu dalam antrean panjang untuk mendapatkan pengembalian uang.
Landasan pacu Bandara Chubu akhirnya kembali dioperasikan pada 12.15 siang, setelah otoritas memastikan tidak ada bahan peledak di pesawat itu. Kepolisian di Prefektur Chiba mengatakan investigasi digelar karena dicurigai menghalangi bisnis secara paksa.
Hiroyuki Kobayashi, mantan kapten Japan Airlines dan pakar penerbangan, mengatakan kapten pesawat tidak akan lepas landas di bandara Narita jika dia mengetahui ancaman bom tersebut. Dia juga mengatakan penyelidikan diperlukan untuk menentukan apakah informasi tersebut dapat diketahui bila disampaikan lebih awal.
Advertisement
Putar Balik ke Melbourne
Sebelumnya, Jetstar juga mengalami insiden pada Selasa, 27 Desember 2022, setelah pesawat mereka dipaksa putar balik ke Melbourne lantaran izin pendaratan tidak diberikan pihak otoritas Bandara I Gusti Ngurah Rai. Dikutip dari news.co.au, Kamis (29/12/2022), Jetstar mengonfirmasi insiden itu terjadi karena 'miskomunikasi internal' lantaran maskapai gagal memenuhi persyaratan yang diminta otoritas Indonesia setelah mengganti pesawat.
Pilot baru diberitahu bahwa pendaratan mereka tak diperbolehkan di tengah perjalanan di udara. "Kami menukar pesawat yang melayani rute Melbourne ke Bali kemarin dengan pesawat Boeing 787 yang berukuran lebih besar untuk mengangkut lebih banyak penumang selama musim liburan," demikian penjelasan seorang juru bicara Jetstar pada Rabu pagi, 28 Desember 2022.
General Manager PT. Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Handy Heryudhitiawan mengamini penjelasan Jetstar. Ia mengatakan bahwa penerbangan Jetstar Airways JQ035 memutuskan kembali karena ada persyaratan yang belum dipenuhi internal maskapai untuk dapat melanjutkan penerbangan ke Indonesia.
"Koordinasi dengan manajemen Jetstar, solusinya adalah sebagian penumpang dialihkan ke penerbangan Virgin Australia dan Qantas di malam tersebut, sebagian ada yang bermalam di hotel dengan tanggungan Jetstar," kata Handy dalam pernyataan tertulis kepada Liputan6.com.
Belum Pernah Terjadi
Â
Penerbangan JQ035 itu disebut mengangkut lebih dari 300 penumpang. Drama panjang dihadapi para penumpang sejak sebelum pesawat mereka memutuskan memutar balik.
Sebelum pesawat lepas landas pada Selasa pukul 11 malam, para penumpang terpaksa menunggu hampir lima jam lebih lama dari jadwal seharusnya. Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang mereka tumpangi sudah melintasi Broome di Australia Barat sebelum dipaksa memutar balik ke Melbourne.Â
Penumpang yang tak sadar awalnya mengira mereka telah mendarat di tujuan, padahal mereka kembali ke asal pada keesokan paginya. Seorang penumpang menggambarkan kejadian yang dialaminya sebagai 'mimpi buruk liburan'.
"Dia (pilot) menyarankan mereka telah menyelidiki Darwin dan Perth (sebagai tempat pendaratan), tetapi memilih Melbourne karena kami memiliki cukup bahan bakar dan akan lebih baik untuk staf, dan karena itu penerbangan baru," kata penumpang yang tidak mau disebutkan namanya itu.
"Sebagian besar penumpang yang pernah mengalami masalah besar beberapa kali merasa kesal dan bingung bagaimana sebuah penerbangan yang sudah jalan 80 persen bisa ditolak mendarat," kata penumpang itu lagi.
Jetstar akhirnya menerbangkan para penumpang mereka dalam penerbangan ekstra bernomor JQ1035 pada Rabu, 28 Desember 2022. "Kami berharap, ke depan untuk penerbangan yang dilaksanakan oleh para maskapai dapat dipastikan telah memenuhi syarat dan prosedur yang ada. Dan pastikan kordinasi dengan pengelola bandara bilamana terjadi irregularity," ujar Handy.
Â
Advertisement