Liputan6.com, Jakarta - NewJeans kembali jadi sorotan. Girl group di bawah asuhan HYBE itu dituding warganet China melakukan perampasan budaya karena mempromosikan hanji.
Dikutip dari KBIZoom, Selasa (10/1/2023), kuintet ini terlibat dalam video promosi yang menjelaskan kehebatan hanji, yakni sejenis kertas tradisional Korea yang dibuat secara manual dari pohon murbei. Video promosi itu merupakan bagian dari proyek 'Dukungan Perencanaan dan Pengembangan Konten Kolaboratif terkait Gelombang Korea 2022' yang diinisiasi Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, serta Yayasan Kerajinan dan Desain Korea Selatan.
Advertisement
Baca Juga
Dalam video itu, para anggota NewJeans berbicara tentang sejarah, daya tahan, dan fungsi hanji. Mereka juga sempat membuat hanji sendiri bersama Ahn Chi Yong, Ketua National Intangible Cultural Heritage Association.
Namun, sejumlah warganet China menunjukkan ketidaksenangannya atas video tersebut. Mereka bersikeras bahwa 'China adalah negara pertama yang membuat kertas' dan meninggalkan komentar negatif di akun Instagram resmi NewJeans.
Seorang warganet bahkan meninggalkan komentar sensitif, menulis, "Ketika Wang Xizhi (seorang ahli kaligrafi, politisi, jenderal, dan penulis Tiongkok selama dinasti Jin) masih hidup, orang pao cai Anda bahkan tidak ada." Pao cai adalah istilah Cina untuk kimchi. Mereka juga menimbulkan konflik dengan mengklaim bahwa kimchi adalah budaya Tionghoa.
Di sisi lain, pihak Korea menyebut komentar negatif terhadap NewJeans merupakan bagian dari "Proyek Timur Laut." Proyek itu mengacu pada upaya Tiongkok memulihkan fakta sejarah dan meningkatkan kesadaran akan budaya Tiongkok.
Media Korea mengakui bahwa kertas berasal dari China, tapi bersikeras bahwa hanji adalah budaya lain yang dikembangkan secara domestik. China, mereka menyebut, tidak mengakui budaya negara lain dan bersikeras bahwa segala sesuatu dalam sejarah dimulai di China.
Debat Sengit Hanbok
Saling klaim budaya antara Korea Selatan dan China juga terjadi di sektor busana. Hanbok Korea kerap diklaim sebagai hanfu oleh warganet China.Â
Debat sengit dan saling ejek akhirnya terjadi di dunia maya. Salah satunya dipicu konten majalah Vogue yang menampilkan empat foto model Tiongkok yang mengenakan busana yang diklaim sebagai hanfu untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2022. Klaim itu pun dikecam warganet Korea.
Konflik serupa juga terjadi di upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 yang berlangsung pada Jumat, 4 Februari 2022 di National Stadium, Beijing, China. Salah seorang penampil berbalut hanbok yang membawa bendera nasional China mencuri atensi di gelaran akbar tersebut. Tapi, pihak China menyatakan bahwa busana itu sebagai representasi etnis minoritas Korea di China.
Penyertaan hanbok itu memicu kemarahan di kalangan penonton Negeri Ginseng. Hal tersebut dilihat sebagai bentuk lain dari "perampasan budaya" oleh Beijing.
Menteri Olahraga Korea Selatan Korea Hwang Hee, yang menghadiri acara tersebut dengan mengenakan hanbok, menyebut pada pers pada 5 Februari 2022, "Penggambaran seperti itu dapat memicu kesalahpahaman di antara negara-negara lain bahwa asal usul budaya Korea berasal dari China."
Advertisement
Kasus Kimchi
Perseteruan budaya antara warganet China dan Korea Selatan juga terjadi di sektor kuliner. Pemicunya adalah video pembuatan kimchi yang diunggah seorang vlogger China, Li Ziqi. Li Ziqi, yang memiliki 14 juta pengikut saat konflik pecah, mengunggah klip berdurasi 20 menit di kanal YouTube-nya pada 9 Desember 2021.
Beberapa pengguna YouTube asal Korea Selatan mengomentari video tersebut dengan mengatakan bahwa kimchi adalah hidangan asli Korea dan menyalahkan orang China, seperti Zigi, karena "mencuri" budaya dan tradisi mereka. Tak ayal, komentar itu memicu perdebatan dan ejekan dari warganet China.
Argumen itu juga meluas ke video yang dirilis sebulan lalu oleh Ziqi, di mana kala itu ia terlihat membuat manisan berbahan kesemek. "Gotgam (sebutan manisan dari kesemek) juga makanan Korea," komentar seorang warganet. "Saya suka makanan Korea gotgam," balas yang lain.
Komentar semacam itu lantas memicu kecaman luas di antara warganet China. "Saya telah makan kesemek di China selama lebih dari 20 tahun. Kapan itu jadi makanan eksklusif Korea? Kapan itu jadi budaya eksklusif Korea Selatan?" tulis salah satunya.
Para ahli kemudian menanggapi bahwa perdebatan semacam itu mencerminkan ikatan budaya yang dalam dan erat antar-kedua negara. Mereka mencatat telah berlangsungnya pertukaran timbal-balik budaya antara China dan Korea Selatan selama ribuan tahun.
Sempat Dilarang
Perebutan klaim budaya itu bahkan sempat memicu pelarangan budaya Korea di China yang belakangan dicabut sedikit demi sedikit. Pertukaran budaya yang telah ditutup selama beberapa tahun terakhir secara bertahap dipulihkan. Banyak pihak menyambut langkah terbuka China mengingat mereka merupakan pasar utama bagi industri budaya.
Namun, akibat kejadian ini, persepsi negatif warganet Korea terhadap China diperkirakan masih terus berlanjut. Media Korea menyebut sikap arogan selebritas China dan pro-China di Korea mjadi alasannya.
Penyanyi Henry, misalnya, setuju dengan ideologi politik Tiongkok. Dia mendukung "One China" dan tampil di acara hiburan China "Street Dance of China Season 4" untuk mempromosikan Proyek Timur Laut. Hal ini menyebabkan dia dilarang terlibat dalam kegiatan hiburan gratis di Korea.
Hal yang sama berlaku untuk idola Tiongkok yang dulunya aktif di Korea. Mantan anggota EXO Kris, Luhan, Tao, mantan anggota f(x) Victoria, dll, kembali ke Tiongkok setelah mendapatkan pengakuan besar melalui aktivitas idola mereka di Korea. Saat pendapatan meningkat, aktivitas di China menghasilkan keuntungan lebih besar.
Namun, proses mereka meninggalkan Korea kerap diwarnai pengajuan gugatan hukum terhadap agensi mereka ataupun pelanggaran kontrak. Insiden itu meninggalkan reputasi buruk bagi selebritas China saat ini di Korea dan disinyalir menyebabkan warganet Korea selalu curiga setiap kali nama Cina muncul di K-pop.
Advertisement