Liputan6.com, Jakarta - Tidak semata hit, sudah semestinya konsep restoran sekarang jadi solusi berbagai problem, dari ancaman sampah makanan sampai bagian upaya ketahanan pangan. GREENS, start-up di bilang teknologi agrikultur, mencoba berperan dengan membuka GREENS Hyperlocal Metafarming Station di Plaza Indonesia, Jakarta.
Menurut co-founder, sekaligus Chief Business Officer GREENS, Erwin Gunawan, ini merupakan gastronomy lifestyle station di mana bahan menu yang ditawarkan, dalam hal ini didominasi microgreen, akan ditanam, dipanen, dan langsung disajikan di tempat yang sama.
Advertisement
Baca Juga
"Ketika membangun bisnis ini, kami mendapati bahwa untuk sampai ke pelanggan, sayuran hasil panen petani harus melewati tujuh hingga delapan tahap. Siklus yang panjang ini kemudian (sering kali) menghasilkan limbah makanan," katanya dalam GREENS Media Tour di gerai mereka di bilangan Jakarta Pusat, Rabu, 11 Januari 2023.
Ia melanjutkan, "Dari temuan ini, kami bermaksud menggagas bagaimana bisa bertanam di pusat kota. (Mencari) teknologi apa yang bisa dipakai, karena ini masalah besar yang harus punya solusi."
Akhirnya, mereka memperkenalkan GREENSÂ pod. Itu merupakan alat khusus yang diciptakan untuk menanam berbagai sumber pangan dengan terobosan teknologi, termasuk AI, blockchain, dan Internet of Things (IoT).
Co-founder GREENS, Geraldi Tjoa, menjelaskan bahwa pihaknya mengembangkan GREENS pod selama hampir empat tahun. "Alat ini punya kecerdasan buatan sendiri yang bisa mengatur suhu, cahaya, dan kelembapan. Semua di-set up dengan mudah, jadi siklus penanaman tidak terpengaruh cuaca," paparnya di kesempatan yang sama.
NFT yang Bisa Dimakan
GREENS botanist, Imam Pranata, mengatakan bahwa saat ini, setidaknya ada 25 jenis tanaman, seperti microgreen, bunga yang bisa dimakan, dan buah-buahan, termasuk stroberi yang diklaim lebih manis dari stroberi Korea, yang ditanam di dalam GREENS pod.
Karena tidak tergantung cuaca, ia mengatakan, tanaman yang ditanam bisa tidak hanya tanaman lokal. "Selain itu, panennya juga bisa konsisten sepanjang tahun," ujarnya.
Dalam pengadaan bibit tanaman, Erwin mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan petani lokal. Konsep bisnis mereka juga memungkinkan pengadaan NFT yang bisa dimakan, yakni "tanaman kami sendiri," katanya.
"Semua bisa ikut bertani bersama sebagai metafarmer. Hasil (panennya) bisa dikirim atau dijual untuk nantinya bagi hasil," katanya, menambahkan bahwa Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno adalah metafarmer pertama mereka melalui tanaman stroberi.
Sebelumnya, dilaporkan kanal Cypto Liputan6.com, GREENS memang telah bekerja sama dengan WIR Asia Tbk (WIRG) untuk mengembangkan jaringan outlet bahan pangan hyperlocal di metaverse yang berjalan di platform teknologi Web 3.0.
Erwin menyebut, NFT yang bisa dimakan ini sekarang memang masih bersifat privat. Namun, pihaknya tidak menutup kemungkinan bahwa ke depan, NFT ini bisa diperjualbelikan.
Â
Advertisement
Jaga Higienitas
Sementara, Geraldi menyebut, mulai dari penanaman sampai penyajian, pihaknya sangat memperhatikan higienitas. Imam menyambung bahwa faktor higienitas ini bahkan sudah dicermati sejak bibit tanaman hendak ditanam.
"Sebelum dipakai, bibit akan dicek dulu. Apakah itu modifikasi genetik atau tidak, lalu kami memastikan tidak ada kandungan bahan kimia berbahaya," ucapnya.
Karena kebersihan tanaman sudah diperhatikan sejak awal, menurut Geraldi, setelah dipanen dan akan disajikan, tanaman ini tidak perlu dicuci lagi. "Masalah utama sayuran itu di tanah. Karena sayuran bersentuhan langsung dengan tanah yang (berisiko jadi) sumber kontaminasi utama," Imam mengatakan.
"Karena itu, semua sayuran di GREENS pod tidak menggunakan tanah, tapi rokul maupun beberapa alternatif (media tanam lain)," Imam menjelaskan. "Air juga disuling sampai tiga kali, dan secara lingkungan, karena tertutup dari serangan hama, tanaman-tanaman ini bebas pestisida."
Ia mengatakan bahwa sayuran-sayuran di GREENS pod, terutama microgreen, dipanen di usia 9--15 hari saat "nutrisinya masih banyak." "(Nutrisinya masih) terkumpul, belum jadi daun maupun batang baru," Imam menyebut.
Kandungan nutrisi microgreen yang ditanam di alat tersebut diklaim 39 kali lebih tinggi dibanding sayuran konvensional. Ahli Gizi GREENS, Jihan Salsabila Putri Azazi, berkata bahwa, menurut riset, microgreen kaya akan vitamin A, antioksidan, dan konsumsinya mampu mengurangi risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes dan kanker.
Ada Menu Apa Saja?
Saat ini, mereka menyediakan lima menu Live Salad, yang dinamakan demikian karena tanaman baru akan dipanen ketika pesanan dibuat pelanggan. "Sesuai panduan Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), salad bowl kami tidak hanya sayuran, tapi juga berisi protein dan karbohidrat," ucapnya.
Bisa dipilih sesuai keinginan, mulai dari antioksidan, detoks, sampai immune booster, Live Salad dijual seharga mulai dari Rp77 ribu per porsi. Sementara, menu musiman yang tengah dihadirkan mereka adalah baguettes.
Di samping itu, teknologi blockchain GREENS juga memungkinkan pelanggan mengetahui asal usul hingga kandungan nutrisi dari menu pilihan mereka. "Konsumen tinggal memindai kode QR yang ada di setiap kemasan Live Salad," kata Erwin.
Pada Liputan6.com, Geraldi mengatakan, satu GREENS pod memakan energi 500 watt dalam kondisi stabil, dengan maksimal power 800-an watt ketika baru dinyalakan.
"Masalah besar di indoor vertical farming memang masih di energi," sebutnya. "Dari sisi GREENS, arahnya ke energi terbarukan. Melalui kerja sama yang sekarang sedang kami jalani, nantinya akan ada prototipe GREENS pod yang bisa menyala pakai solar panel."
"Secara internal, kami terus membuat efisiensi. Entah memotong waktu nyala lampu maupun mengatur pendingin," ucapnya, menambahkan bahwa ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang yang akan terus diperbaharui.
"Tapi, proyek solar panel mungkin (rampung) tahun ini," tutupnya.
Advertisement