Liputan6.com, Jakarta - Kamera tersembunyi di tempat tidak seharusnya kembali menghebohkan publik. Kali ini, barang tersebut diduga ditemukan di kamar pas salah satu cabang H&M di Malaysia.
Seorang wanita menuduh bahwa ada orang tidak bertanggung jawab menjual video orang-orang yang berganti pakaian di kamar pas tersebut. Akun Twitter @meleisgw, baru-baru ini, berkicau bahwa ia trauma setelah menemukan penjual online mempromosikan video "pembeli yang tidak bersalah" ini.
Ia juga menyertakan tangkapan layar dari file online penjual yang diduga untuk dilihat pembeli mereka. Di sana, lima orang terlihat di kamar pas, yang diyakini berada di outlet merek ritel fesyen populer, H&M.
Advertisement
Baca Juga
"Saya menemukan gambarnya beredar secara online dan sepemahaman saya, video ini dijual di Twitter dan orang-orang sudah membelinya. Seseorang mengatakan video ini awalnya diiklankan di aplikasi MeWe," kata wanita itu pada SAYS, dikutip Kamis, 12 Januari 2023.
Beberapa pengguna Twitter telah menghubungi wanita tersebut, mengklaim bahwa mereka telah jadi korban dari dugaan sindikat tersebut. Seorang pengguna anonim mengaku sebagai salah satu korban di tangkapan layar dan bertanya pada wanita itu dari mana ia mendapatkan gambar itu.
"Salah satu orang dalam video itu adalah saya, dan saya merasa malu setelah video itu dipublikasikan," kata terduga korban. "Ngomong-ngomong, fitting room-nya di H&M kalau tidak salah. Saya beli baju dari sana, dan mungkin pengambilan videonya tertanggal 6 Oktober 2022."
Kata Pihak H&M
Pada Says, H&MÂ telah mengonfirmasi bahwa penyelidikan sedang dilakukan terkait tuduhan perekaman ilegal tersebut. "Keselamatan pelanggan kami sangat penting bagi kami. Laporan polisi telah dibuat dan penyelidikan sedang berlangsung," kata mereka.
"Kami telah memeriksa semua kamar pas dan bekerja untuk memastikan bahwa tidak ada pelanggaran keamanan yang akan mengganggu privasi pelanggan kami," imbuhnya. H&M, bagaimanapun, tidak mengungkap gerai mana yang terlibat.
Sebelum ini, pihaknya telah terlibat ketegangan dengan penyanyi Justin Bieber. H&M merespons dengan menarik semua merchandise pelantun lagu Never Say Never tersebut. Suami Hailey Bieber itu diketahui mengecam H&M karena menggunakan nama dan potret tanpa "persetujuannya."
Melansir Page Six, 22 Desember 2022, meski perwakilan merek memberi tahu E! News bahwa pihaknya "mengikuti prosedur persetujuan yang tepat," mereka akhirnya memutuskan menarik koleksi "untuk menghormati" penyanyi berusia 28 tahun tersebut.
Pada Senin, 19 Desember 2022, Bieber mengatakan pada 270 juta pengikut media sosialnya untuk tidak membeli pakaian "sampah" setelah merek tersebut mencetak fotonya ke kaus bergambar dan tas jinjing. Mereka juga diduga menjual casing ponsel dengan lirik dari lagunya Ghost.
Advertisement
Dikritik Justin Bieber
"Saya tidak menyetujui koleksi merchandise yang mereka pasang di H&M .. semua tanpa izin dan persetujuan saya," tulis Bieber di atas layar oranye kosong di Instagram. "KECEWA, SAYA TIDAK AKAN MEMBELINYA JIKA SAYA MENJADI KAMU."
Ia melanjutkan, "MERCH H&M YANG MEREKA BUAT DARI (gambar) SAYA ADALAH SAMPAH DAN SAYA TIDAK MENYETUJUINYA, JANGAN MEMBELINYA."
Bieber kemudian menggandakan klaimnya di bagian komentar halaman penggemar yang membagikan foto semua barang dagangan H&M, menulis, "Ketika semua orang tahu saya tidak menyetujui koleksi merchandise ini."
Sementara Bieber belum membahas keputusan merek untuk melepas pakaian tersebut, ini bukan pertama kalinya H&M mengambil inspirasi dari beberapa musiknya. Pada 2020, perusahaan merilis koleksi yang berpusat pada album studio kelima Bieber, Changes.
Salah satu kaus menampilkan sampul album, sementara yang lain memuat versi kartun si penyanyi di samping judul rekaman. Pada awal Desember 2022, H&M sudah jadi berita utama ketika kabar brand mode Swedia ini akan merumahkan 1.500 pekerja di seluruh operasi globalnya menyeruak.
Â
Upaya Penghematan
Langkah ini merupakan bagian dari upaya mereka menghemat dua miliar Kroner Swedia (sekitar Rp3,2 triliun) dalam setahun, di tengah penjualan yang melambat dan kenaikan biaya untuk pengecer pakaian.
Melansir The Guardian, grup yang mengoperasikan lebih dari 4.600 toko di 70 negara ini mengumumkan rencana PHK setelah laba turun 30 persen dalam sembilan bulan hingga akhir Agustus 2022. Sebagiannya diakibatkan penurunan operasinya di Rusia sehubungan dengan perang di Ukraina.
Perusahaan menutup hampir 200 gerai dalam setahun hingga akhir Agustus 2022, sebagian besar di Eropa, karena penjualan beralih ke online. Pihaknya juga mengatakan, penjualan lemah di pasar utama selama musim panas, sementara biaya bahan baku dan pengiriman naik.
H&M mengatakan, PHK akan menyasar karyawan operasi kantor pusat di seluruh dunia dan tidak akan memengaruhi staf toko. Kepala eksekutif H&M, Helena Helmersson, mengatakan bahwa pengecer tidak dapat menyampaikan dampak penuh dari kenaikan biaya pada pembeli.
"Dalam situasi inflasi tinggi, di mana biaya hidup rumah tangga meningkat secara signifikan, lebih penting dari sebelumnya untuk menawarkan nilai terbaik (produk) pada pelanggan," katanya.
Advertisement