Liputan6.com, Jakarta - PINTU Incubator 2.0, program hasil kolaborasi JF3, LAKON Indonesia, dan Kedutaan Besar Prancis melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI), mengumumkan empat brand fesyen lokal yang akan unjuk gigi di Paris Trade Show 2023, Maret mendatang.
Di antaranya adalah Apa Kabar yang siap membawa koleksi jaket bermaterial jamur. CEO-nya, Prafitra Viniani, bercerita bahwa mereka bakal memboyong 12 artikel jaket ke acara di jantung Kota Mode tersebut. "Ini merupakan koleksi ready-to-wear deluxe kami," ia menyebutkan ketika dijumpai di bilangan Jakarta Utara, Kamis, 12 Januari 2023.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, jenama fesyen asal Cimahi, Jawa Barat ini juga menyertakan dua bucket hat berbahan getah tanaman. Vini mengatakan, keseluruhan item yang akan dipamerkan di Paris Trade Show 2023 merupakan koleksi baru yang telah dipoles sedemikian rupa sesuai arahan para mentor program PINTU Incubator 2.0.
Mengikuti program tersebut selama tiga bulan, dengan tidak kurang dari 45 sesi pendampingan, ia menilai semua materi yang disampaikan penting. "Waktu bikin brand cuma berdasarkan pendapat pribadi dan teman-teman saja. Tapi dari para mentor, dapat arahan harus begini dan begitu, dari keuangan, pengaturan pajak, hingga kualitas," sebutnya.
Juga, bagaimana bisa meningkatkan kapasitas produksi, tambah Vini. Awalnya, ia menyambung, Apa Kabar fokus pada prinsip minim sampah, terutama dalam proses produksi. Namun, seiring perkembangan merek, mereka mulai mengeksplorasi material Bumi yang rendah karbon.
"Dalam proses pembuatan koleksi (jaket bermaterial) jamur, kami berkolaborasi dengan mitra kami yang mengembangkan jamur tersebut," tuturnya. "Jadi setelah terbentuk jaringan, tapi sebelum berbentuk jamur, itu sudah dipanen, kemudian diolah jadi 'kulit.'"
Â
Koreksi Desain
Koreksi secara desain dari para mentor program PINTU Incubator 2.0, Vini mengatakan, salah satunya adalah penambahan furing di bagian dalam jaket. "Logo juga diubah. (Bagian) dalamnya sebagian besar dibuat ulang," ucapnya.
Karena tidak menginginkan banyak material dalam produksi, karena itu berpotensi menimbulkan sampah, label care produknya telah diterjemahkan ke dalam kode QR yang bisa ditemukan konsumen di bagian kemasan. Ketika ditanya terkait strategi pemasaran di Paris Trade Show 2023, Vini mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan hot items.
"Selain, dari segi cerita, banyak orang yang pada dasarnya penasaran dengan jamur ini (sebagai material koleksi jaketnya)," ia mengatakan. "Kami juga sudah menentukan harga berdasarkan arahan mentor supaya bisa 'masuk' di pasar Eropa."
Bersama si jaket, Vini juga menyertakan sabun lerak batangan sebagai bagian dari edukasi perawatan produk jenamanya. "Tadinya mau bawa biji lerak utuh, tapi karena terbentur aturan (bea cukai Prancis), itu tidak bisa dibawa masuk ke Paris," ia mengatakan.
Jaketnya sendiri akan dijual seharga 290 euro (sekitar Rp4,8 juta), sementara bucket hat dibanderol 110 euro (Rp1,8 juta). "Semua transaksi (di Paris Trade Show 2023) akan menerapkan sistem pre order. Jadi, kami tidak bawa banyak stok," sebutnya.
Advertisement
Tidak Hanya Apa Kabar
Selain Apa Kabar, tiga jenama fesyen lokal lain yang memastikan keikutsertaan mereka di Paris Trade Show adalah Parapohon, Tenun Imam, dan Tenun Lurik Rachmad, sebagaimana diumumkan Chairman JF3, Soegianto Nagaria.
Founder LAKON Indonesia, sekaligus inisiator PINTU Incubator, Thresia Mareta, berkata bahwa sederet merek itu dipilih berdasarkan setidaknya empat kriteria. "Pertama, secara gaya cocok dengan pasar Eropa," katanya di kesempatan yang sama. "Kemudian, teknis. Cutting-nya benar, pemilihan material tepat, dan finishing-nya rapi."
"Ketiga, sizing. Kemudian, dari sisi bisnis sudah punya model jangka panjang, karena penting untuk punya sesuatu yang konsisten dan identitas yang kuat. Terakhir, kemampuan memenuhi pemesanan," ia memaparkan.
Selama program tersebut, LAKON Indonesia telah bekerja sama dengan dua mentor dari Perancis, yaitu Lucie Brochard dan Studio Clandestin, dalam memberi pelatihan pada total 11 partisipan terpilih di tahap pertama. Yang tidak terpilih untuk berangkat ke Paris Trade 2023, menurut Thresia, bukan karena desainnya tidak bagus.
"Ini soal siapa yang sudah siap," ia menegaskan. "Karena tujuan perginya jelas untuk berbisnis. Jadi, target ke sana (Paris Trade Show 2023) ya dapat pesanan."
Tidak Sekadar Pameran Dagang
Selain mempersiapkan diri untuk mengikuti pameran dagang, France Cultural Attache IFI, Charlotte Esnou, menyebut bahwa empat partisipan terpilih dari program PINTU Incubator 2.0 akan diajak melakukan perjalanan budaya di Prancis.
"Ada banyak kunjungan ke museum dan inkubator lain di Prancis," ia mengatakan. "Mereka bisa mengetahui bagaimana artisan Paris bekerja secara tradisional. Dari sini, diharapkan para desainer Indonesia bisa mendapat inspirasi. Kalau sudah begitu, siapa tahu apa yang akan terjadi?"
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menilai bahwa kesempatan memamerkan karya fesyen di Paris jadi indikator bahwa koleksi jenama lokal sudah berkelas. "Model inkubator seperti ini yang memang akan kami kembangkan ke depan, tidak hanya pendampingan dari Kemenkop UKM," ia menyebutkan.
Semangat ini sejalan dengan narasi PINTU Incubator yang menurut Thresia merupakan program berkelanjutan. "Kami menyadari bahwa untuk mendorong industri lokal (Indonesia) masuk ke pasar global, tidak cukup (dilakukan) dalam satu periode pendek. Itu perlu dibangun," ia menyebut dalam jumpa pers, 16 November 2022.
Narasi ini disepakati Susan Budihardjo. Desainer senior yang ikut serta dalam sesi penampingan ini menyebut bahwa masih banyak calon pelaku industri fesyen di luar sana, dan mereka "butuh waktu untuk maju ke pasar global."
Advertisement