Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) berencana mengusulkan untuk memperpanjang program bebas visa 45 hari hingga akhir tahun untuk mendorong pemulihan pariwisata. Kabinet Thailand pada September 2022 menyetujui perpanjangan sementara visa on arrival dan pembebasan visa on arrival selama high season.
Di bawah kebijakan tersebut, turis asing yang tiba di Thailand antara 1 Oktober 2022 hingga 31 Maret 2023 berhak tinggal di negara itu hingga 45 hari tergantung paspor yang dipegang. Masa tinggal pemilik visa on arrival di Thailand bisa diperpanjang antara 15--30 hari.
Sejauh ini, Thailand mengizinkan turis asing dari 19 negara yang berhak mengajukan visa on arrival. Sementara, bebas visa berlaku untuk pemegang paspor dari 64 negara yang memiliki kesepakatan bilateral dengan Thailand yang masa tinggalnya bisa diperpanjang 30 hari hingga 45 hari. Di antara negara yang masuk daftar bebas visa adalah Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
TAT berpendapat kebijakan bebas visa maupun visa on arrival tersebut mampu mendorong jumlah kunjungan wisatawan asing ke Thailand hingga 11,5 juta orang pada 2022, melebihi target awal 10 juta turis asing. Pada tahun lalu, TAT memprediksi perpanjangan masa tinggal akan memicu wisatawan untuk tinggal lebih lama di Thailand, rata-rata diperpanjang lima hari.
Dikutip dari The Thaiger, Selasa (17/1/2023), jika setiap turis menghabiskan 4.000 hingga 5.000 baht per hari, itu berarti ada tambahan 20 ribu baht yang dikontribusikan ke ekonomi per turis untuk setiap perjalanan yang dilakukan ke Thailand. Masa tinggal yang lebih panjang sangat penting untuk menghasilkan pendapatan, menjadikan industri pariwisata Thailand sebagai salah satu yang tercepat pulih di Asia Tenggara pasca-pandemi.
Namun, masih panjang jalan untuk memulihkan sektor pariwisata mereka sepenuhnya. Karena alasan itu pula, TAT mengusulkan perpanjangan kebijakan visa on arrival maupun bebas visa agar bisa mencapai target 25 juta kunjungan turis asing ke Thailand pada 2023.
Â
Target Kunjungan Wisman ke Thailand
Perpanjangan masa tinggal di Thailand saat populer terutama di kalangan turis Rusia pada tahun 2022 dengan tingkat kunjungan turis Rusia meningkat tujuh kali lipat antara September hingga Desember 2022. Warga Rusia cenderung untuk tinggal lebih lama di Thailand demi melarikan diri dari musim dingin di negara mereka yang menggigit. Apalagi, mereka difasilitas layanan penerbangan langsung pulang pergi antara Thailand dan Rusia.
Setelah China resmi membuka perbatasannya, Thailand pun agresif menarik kunjungan turis China yang sempat mendominasi angka kunjungan wisatawan asing sebelum pandemi. Mereka menargetkan bisa menarik lima juta turis China pada 2023. Meski begitu, upaya meningkatkan angka kunjungan tidak akan terwujud kecuali maskapai meningkatkan jumlah penerbangan.
TAT saat ini sedang membahasnya dengan sejumlah maskapai tentang rencana meningkatkan frekuensi penerbangan dan pembukaan rute baru ke Thailand demi memfasilitasi lebih banyak turis. TAT baru-baru ini mengungkapkan harapan mereka untuk bisa mendongkrak angka kunjungan wisman hingga 80 juta orang pada 2025, alias dua kali lipat dari jumlah kunjungan turis asing sebelum pandemi.
Advertisement
Biaya Wisata
Pemerintah Thailand juga akan menerapkan biaya wisata 300 baht (sekitar Rp140ribu) untuk turis asing per Juni 2023. Biaya wisata itu awalnya dikenakan pada pelancong asing, awal tahun lalu, tetapi ditunda setelah penyebaran varian Omicron Covid-19.
Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand Phiphat Ratchakitprakarn mengumumkan bahwa biaya wisata akan ditarik dari turis asing yang tiba di negara itu pada awal Juni 2023. "Uang yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung pengunjung yang terlibat dalam kecelakaan dan pengembangan destinasi wisata," ujarnya dikutip dari The Thaiger, Kamis, 12 Januari 2023.
Ia menyatakan biaya tersebut tidak akan dipungut dari mereka yang memiliki izin kerja dan izin tinggal di Thailand. Ratchakitprakarn menjelaskan, kebijakan biaya wisata memerlukan waktu untuk disetujui kabinet. Setelah itu, aturan baru tersebut akan berlaku setelah 90 hari dipublikasikan di Royal Gazette.
"Pariwisata adalah sektor krusial di ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara dan menyumbang sekitar 12 persen dari produk domestik bruto sebelum pandemi. Pengeluaran pariwisata diperkirakan mencapai setidaknya 2,38 triliun baht tahun ini," ia menjelaskan.
Fungsi Biaya Wisata
Pada tahun lalu, juru bicara pemerintah Thanakorn Wangboonkongchana menyatakan bahwa biaya wisata itu juga akan mendanai asuransi jiwa dan kecelakaan bagi wisatawan asing yang datang. Bila ada kejadian tidak diharapkan, seperti kecelakaan serius atau meninggal saat berlibur ke Thailand, asuransi akan menanggungnya.
Ia menyebut bahwa pemerintah Thialand akan mengumpulkan biaya masuk tersebut dengan memasukkannya sebagai komponen biaya di tiket pesawat. Sementara, turis asing yang memasuki perbatasan via jalur darat, mereka akan dikenakan biaya sebelum melintasi perbatasan.
Thanakorn mengatakan, bila wisatawan asing melaporkan kecelakaan yang dialaminya, dia bisa mengklaim biaya medis hingga 500 ribu baht atau sekitar Rp215 juta. Sementara, turis yang meninggal di Thailand, keluarganya bisa mendapatkan kompensasi hingga satu juta baht (sekitar Rp462 juta). Namun, belum diketahui apakah rencana itu akan benar-benar berlaku.
Thailand sebelumnya juga membatalkan syarat menunjukkan sertifikat vaksin bagi turis asing yang masuk ke negaranya menyusul banyaknya pembatalan kedatangan turis asing di musim libur Tahun Baru. Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul menyampaikan keputusan itu pada Senin, 9 Januari 2023.
Advertisement