Sukses

Cerita Ayah Pramugari Yeti Airlines Sempat Pinta Anaknya Tak Pergi Kerja

Keluarga pramugari Yeti Airlines itu sedang mempersiapkan acara perayaan dii rumah mereka ketika mereka mendengar berita jatuhnya pesawat tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi kecelakaan pesawat Yeti Airlines yang jatuh di dekat Bandara Internasional Pokhara, Nepal, masih meninggalkan sejumlah cerita pilu. Hal itu juga menimpa keluarga Oshin Ale Magar, salah seorang pramugari maskapai Yeti Airlines. Wanita asal India ini termasuk korban tewas dalam insiden jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Nepal pada Minggu, 15 Januari 2023.

Duka masih menyelimuti perasaan ayah Oshin, Mohan Ale Magar, seorang pensiunan tentara,. Melansir NY Post, Selasa, 17 Januari 2023, Mohan mengatakan dia sudah meminta putrinya untuk tidak usah pergi bekerja di hari itu karena merupakan hari festival Maghe Sankranti yang patut dirayakan bersama keluarga.

"Pagi itu saya minta dia tidak pergi bekerja di hari istimewa itu," kata Mohan sambil menangis mengenang saat-saat terakhir bersama putrinya. Oshin menjadi korban tewas dari seluruh 72 penumpang pesawat Yeti Airlines yang jatuh di tepi Sungai Seti, Kota Pokhara.

Kepada ayahnya Oshin berjanji dia akan langsung pulang setelah dari Pokhara untuk merayakan hari spesial itu bersama keluarganya. Oshin mengatakan dia akan pulang setelah dua penerbangan di hari itu, kata Mohan kepada harian Republica, melalui sambungan telepon, seperti dilansir laman India Today.

Keluarga Oshin sedang mempersiapkan acara perayaan itu di rumah mereka ketika mereka mendengar berita jatuhnya pesawat tersebut. Oshin sudah bekerja di Yeti Airlines selama dua tahun. Wanita asal Madi di Chitwan, India itu tinggal di Kathmandu, Nepal setelah mulai bekerja.

Wanita berusia 24 tahun ini juga sempat mengajak kedua orangtuanya tinggal di kota itu selama enam bulan. Oshin menikah dua tahun lalu di Pokhara dan suaminya saat ini berada di Inggris.

 

2 dari 4 halaman

Jatuh di Tepi Sungai

Menurut otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN), pesawat Yeti Airlines 9N-ANC ATR-72 lepas landas dari Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu pukul 10.33 kemudian jatuh di tepi Sungai Seti antara bandara lama dan bandara baru beberapa menit sebelum mendarat. Sebanyak 68 penumpang dan empat awak kabin tewas dalam insiden kecelakaan pesawat terburuk di Nepal sejak 1992 itu.

Kabar duka juga datang dari kopilot pesawat bernama Anju Khatiwada.  Perempuan berusia 44 tahun itu bergabung dengan Yeti Airlines pada 2010. Ia mengikuti jejak mendiang suaminya, Dipak Pokhrel, yang meninggal empat tahun sebelumnya karena pesawat kecil yang dikemudikannya mengalami kecelakaan beberapa menit sebelum mendarat.

Pada Minggu, 15 Januari 2023, Khatiwada duduk di kursi kopilot dalam penerbangan dari Kathmandu, ibu kota Nepal, menuju Pokhara, salah satu gerbang favorit turis menuju Pegunungan Himalaya. Saat itu pesawat ATR-72 bermesin ganda membawa 68 penumpang dan empat awak kabin, termasuk dirinya.

Sesaat akan mendarat di bandara, pesawat mengalami kecelakaan fatal hingga terjun bebas ke Ngarai Seti. Sejauh ini tidak ada tanda yang selamat dari kecelakaan pesawat yang disebut paling mematikan dalam sejarah penerbangan Nepal selama tiga dekade terakhir.

 

 

3 dari 4 halaman

Rute Wisata Populer

Dikutip dari NY Post, Selasa (17/1/2023), juru bicara Yeti Airlines Sudarshan Bartaula mengonfirmasi bahwa suami Khatiwada meninggal pada 2006 dalam kecelakaan pesawat Twin Otter di Kota Jumla. "Dia berlatih menjadi pilot dengan uang yang ia dapat dari asuransi kematian suaminya," ucap Bartaula.

Khatiwada punya jam terbang lebih dari 6.400 jam. Ia kerap bertugas menerbangkan pesawat di rute wisata populer, yakni Kathmandu ke Pokhara yang merupakan kota terbesar kedua di Nepal.

"Pada hari Minggu, dia menerbangkan pesawat dengan instruktur pilot, yang merupakan prosedur standar maskapai," kata seorang pejabat Yeti Airlines yang menolak disebutkan namanya, yang mengenal Khatiwada secara pribadi. "Dia selalu siap untuk menjalankan tugas apapun dan telah terbang ke Pokhara lebih awal," sambungnya.

Sementara itu, otoritas di Nepal akan mengirim flight data recorder dari pesawat Yeti Airlines ke Prancis. Pesawat itu mengalami kecelakaan pada Minggu 15 Januari 2023. 72 orang dilaporkan tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut, kendati demikian kabarnya jumlah jasad yang ditemukan baru 70.

 

4 dari 4 halaman

Investigasi Kecelakaan

Berdasarkan laporan AP News, Selasa (17/1/2023), Prancis akan mengirim data ke Prancis untuk mengetahui apa yang menyebabkan kecelakaan. Namun, voice recorder akan dianalisis di dalam negeri.

Melansir kanal Global Liputan6.com, pesawat Yeti Airlines yang jatuh itu adalah buatan ATR, perusahaan yang bermarkas di Toulouse, Prancis.

Pesawat ATR itu mengantarkan penumpang dari ibu kota Kathmandu menuju kota Pokhara. Perjalanan hanya berlangsung singkat, yakni 27 menit saja.Lembaga investigasi kecelakaan udara Prancis juga terlibat dalam investigasi kecelakaan pesawat. Perwakilan lembaga tersebut sudah ada di lokasi.Penyebab kecelakaan masih misterius karena pesawat sudah mendekati bandara dan cuaca relatif cerah. Meski demikian, ada dugaan pesawat mengalami stall.

Di antara korban meninggal ada travel vlogger Elena Banduro dari Rusia, serta seorang jurnalis senior Nepal Rishikanta Paudel. Pemerintah Nepal sudah mengembalikan para jenazah kepada keluarga. Hingga Selasa sore, hampir seluruh jenazah sudah ditemukan.

Rekam jejak industri aviasi di Nepal juga menjadi sorotan akibat insiden ini. Diketahui, Uni Eropa melarang pesawat Nepal masuk ke zona mereka.