Liputan6.com, Jakarta - Loka Padang didirikan oleh Irene Umar pada 2018 saat ia baru memulai perjalanannya menjadi seorang vegetarian. Bisnis kuliner ini dibuatnya karena ia merasa cukup sulit mencari makanan vegetarian di Indonesia.
Dua bulan setelah memutuskan menjadi vegetarian, ia ngidam ingin makan masakan Padang favoritnya. Namun, mayoritas lauk di masakan Padang yang berbahan hewani memaksanya menghentikan niatnya. Pengalaman itulah yang menginspirasinya untuk membuat bisnis kuliner masakan Padang vegetarian.
Advertisement
Baca Juga
Idenya tersebut kemudian dibantu dengan penelitiannya tentang dampak yang diberikan ke dunia dengan makanan vegan. "Kebetulan memang aku dari dulu tujuannya mau menyelamatkan dunia. Dari penelitian yang sudah aku lakukan, ternyata (dengan menjadi vegetarian) kita bisa memberikan dampak yang besar untuk dunia," tuturnya saat ditemui di sela acara Tokopedia, Selasa, 24 Januari 2023.
Misalnya saja, daging sapi. Ketika banyak orang yang memilih memakan daging sapi, permintaan daging akan naik sehingga akan dibutuhkan banyak sapi untuk diternakkan. Hal itu diklaimnya menyita 50 persen lahan untuk digunakan pitch stop ternak sapi.
"Kalau misalnya, setengah dari itu (lahan) dipergunakan ke manusia, maka nggak ada kelaparan dunia," ucapnya.
Irene juga mengklaim bahwa pola makan vegetarian maupun vegan bisa berdampak lebih besar kepada Bumi daripada bersepeda. "Nggak harus 100 persen vegan, coba aja untuk satu bulan dulu," kata Irene.
Namun, kunci utama agar pola makan vegetarian maupun vegan bisa berkelanjutan adalah soal rasa. Sesehat apa pun makanan, kata Irena, tidak akan membuat orang berselera makan bila tidak enak.
Filosofi Makanan Padang
Irene menyatakan bahwa masakan Padang adalah pilihan tepat karena bisa menyatukan lidah semua orang dalam satu tempat. "Karena semua orang ketika dibawa ke rumah makan padang langsung harmonis dan masakan padang bisa untuk semua orang Indonesia dan bule," ujar Irene kepada Liputan6.com.
Dia sengaja menamai bisnis kulinernya dengan nama Loka Padang. Kata Loka diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu loka samasta bhavantu, yang berarti semua makhluk hidup berbahagia dan bebas. Dia berharap dengan adanya Loka Padang di tengah masyarakat akan membantu masyarakat bisa menikmati masakan vegetarian dengan cita rasa khas Indonesia.
"Semua orang yang ke sini harapannya senang dan nggak tersiksa untuk makan makanan vegan," ujarnya.
Bahan baku utama masakan Padang Irene bukanlah daging tiruan (mock meat). Ia beralasan daging tiruan tidak sehat karena memakai banyak perasa dan berpotensi tinggi untuk memicu penyakit kanker.
Alih-alih menggunakan daging tiruan, pihaknya menggunakan jamur untuk menu satai dan rendang. Misalnya, pada sate padang dibuat dengan tahu dan jamur kemudian dipadukan kuah sate padang.
Â
Advertisement
Bahan Segar
Â
Pihaknya juga memanfaatkan kentang lokal untuk memenuhi kebutuhan usaha yang diambil langsung dari petani di kawasan Dieng. Sementara, bahan baku lainnya ia dapatkan dari petani yang berlokasi di Jakarta.
Irene mengungkapkan informasi tentang para petani Jakarta itu diketahui dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang saat itu mengajak dirinya keliling kota Jakarta. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga membimbing Loka Padang untuk mendapatkan label Halal.
"Jadi kalau ada pelanggan yang pesan, mulai dari panen sampai jadi makanan itu nggak sampai makan waktu 24 jam. Jadi bahannya segar," tuturnya.Â
Saat ini, pihaknya lebih fokus dengan penjualan daring dan telah menyediakan berbagai macam produk turunan yang dijual dalam bentuk beku di e-commerce. Ia juga menjual sate vegetarian yang terdiri dari empat varian, yaitu sate padang, sate ponorogo, sate madura, dan sate daging bumbu manis. Ada pula pilihan keripik kentang dan sambal yang dibuat tanpa bawang.
Tantangan dan Harapan
Saat ini, Loka Padang sudah mengekspor produknya hingga ke Singapura. Pihaknya juga sudah mengirim pesanan ke berbagai pulau, dengan yang terjauh adalah Sulawesi dan Kalimantan.
Tapi, itu semua diraih dengan perjuangan. Pada awal buka menjadi restoran, Irene seringkali mendapatkan pelanggan yang baru datang kemudian pergi lagi. "Ada yang datang dan mereka pergi lagi karena tahu kalau ini masakan vegan," kata dia.
Ia juga kesulitan memilah bahan baku antara yang mengandung daging dan yang tidak ketika awal berbisnis. Hal ini menjadi fokus utama Irene pada saat itu karena beberapa pelanggannya menganut agama yang mengharuskan untuk mengonsumsi makanan vegan.
Tantang baru kembali dihadapinya saat pandemi, yakni pelanggannya tidak bisa bergerak ke luar rumah. Saat itulah ia memulai berjualan daring sehingga harus mulai memikirkan kreativitas dari segi kemasan dan digital marketing.
Ia berharap produk kulinernya bisa menyadarkan manusia tentang bahaya dunia saat ini. Menurutnya, dengan tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi, mereka akan mencari alternatif lain dari apa yang dimakan dan yang digunakan.
Advertisement