Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi tak terhindarkan dan hampir mengambil alih semua aspek termasuk bisnis kuliner. Adaptasi penggunaan teknologi bukan hanya sekadar pada layanan pesan antar online, lebih dari itu pelaku usaha kuliner juga berupaya menjaring pelanggan loyal.
Hal tersebut dilakukan Imperial Group, sebuah grup restoran yang telah 30 tahun mengelola hingga 130 lebih gerai dan 10 brand restoran di seluruh Indonesia. Kini beradaptasi dengan digitalisasi, Imperial Group meluncurkan iClub.
Advertisement
Baca Juga
"Bukan cuma aplikasi member saja tapi bisa untuk delivery, dine in reservasi, banyak fitur yang akan kita tambahin di sana," ungkap Chief Executive Officer Imperial Group, Ma Willianto saat konferensi pers peluncran iClub di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Pria yang akrab disapa Willi tersebut mengatakan, untuk menggarap aplikasi yang mumpuni pihaknya berolaborasi dengan OCBC dari divisi non-banking yang bantu mengembangkan software aplikasi. Sebelumnya diutarakan Willy, Imperial Group sempat membuat aplikasi namun sangat sederhana sehingga di iClub pihaknya membuatnya lebih mumpuni.
"Jadi kita mengakomodir kebutuhan pelanggan saat ini dengan perkembangan digitalisasi yang luar biasa kita ikuti. Dalam satu genggaman sudah bisa memudahkan bertransaksi atau lihat program, promo, sekaligus bisa review," sambung Willi.
Imperial sendiri selama ini dikenal sebagai restoran makanan oriental, tetapi kemudian dikembangkan brand restoran lain yang andalan menunya non-Chinese, Italian, hingga Japanese. "Tahun lalu kita buka lzukagiyoza yang merupakan restoran Japanese, sebelumnya ada brand Happy Day yang mengusung menu internasional mulai dari Western, Italian, Chinese dan brand The Yums yang berkonsep Asian Fusion. Kita juga ada kafe dan bakery," papar Willy. Â
Â
Kelemahan Online Delivery
Mengundang juga Chef Norman, seorang celebrity chef yang telah lama berkecimpung di industri kuliner, Imperial Group ingin mendapatkan masukan dari pelaku industri mengenai aplikasi yang baru diluncurkannya. "Kita undang (Chef Norman) untuk pengalaman mengunakan Imperial Club (iClub), menurut saya (aplikasi) lebih baik untuk mengakomodir pelanggan apalagi di era digital sekarang," tambah Willy.Â
Lebih lanjut, akhirnya Imperial Kitchen mengembangkan aplikasi sendiri untuk pelanggan setianya, lantaran ada kelemahan dari pemesanan layanan online delivery yang sudah ada.
"Kalau itu kelemahannya kita pelajari mereka harga ada selisih hingga 20—30 persen di semua merchant," tukasnya. Sementara melalui iClub pelangga akan menemui harga yang sama atau tidak ada selisih ketika membeli langsung di restoran.
Selain itu, pelanggan tidak perlu khawatir, karena aplikasi juga sudah terintegrasi dengan pihak layanan pesan antar makanan seperti GoJek dan Grab untuk pengirimannya. Jadi saat memesan, pelanggan bisa langsung memilih layanan antar yang diinginkan.
Advertisement
Tren Makanan untuk Bisnis Kuliner
Sementara itu di sisi tren makanan, dengan sebagian besar ceruk saat ini yang merupakan milenial maka mempelajari keinginan konsumen adalah satu bentuk strategi berbisnis kuliner.Â
Selain itu ada gen Z sebagai generasi yang akan mengambil alih setelahnya. Lantaran hal itu, menurut Agustina Trikurniasari, Head of Dataset Populix, sebuah platform survei, penting bagi pelaku usaha, termasuk pebisnis kuliner,agar bisa memahami preferensi dua generasi ini.
Dalam PopVoice, survei berkelanjutan dan tersindikasi berisi informasi mengenai perilaku konsumsi, tren, dan perilaku dalam bermedia sosial oleh milenial dan Gen Z, Nia salah satunya mengungkap tren makanan di kalangan generasi-generasi tersebut.
"Ini kemudian bisa jadi referensi dalam berbisnis kuliner," sebutnya dalam acara Smart Ladies 101 Gathering yang digelar Paxel di bilangan Jakarta Timur, Selasa, 10 Januari 2023.
Berdasarkan survei yang diikuti responden Gen Z dan milenial di kota-kota besar di Indonesia, dimsum menempati posisi satu dalam kategori tren makanan, dengan 12,1 persen untuk gen Z dan milenial mencatat 12,3 persen. Di posisi kedua adalah ramen.
Rice Bowl hingga Donat
Namun posisi ketiga dua generasi ini berbeda, dengan rice bowl untuk gen Z, sementara milenial memilih donat. Di grafik gen Z, makanan-makan yang menempati urutan selanjutnya secara beruntun adalah roti bakar, corn dog, donat, gorengan, pizza, toppoki, dan croffle.
Sedangkan, posisi selanjutnya dalam tren makanan bagi milenial ditempati rice bowl, roti bakar, pizza, croffle, toppoki, salad buah, dan gorengan. "Dari grafik ini, kita bisa lihat bahwa makanan konvensional masih di posisi teratas," Nia menyebutkan.
"Temuan unik lainnya," sambungnya. "Gen Z memiliki kemauan untuk mencoba makanan kekinian di street vendor, tidak selalu yang merek ternama."
Populix mengungkap tiga makanan teratas dari daftar di atas cenderung berasal produk dari brand besar atau ritel modern. Tetapi, Nia menggarisbawahi UMKM berpotensi berkolaborasi dengan ritel modern. "Data gen Z ini malah lebih suka beli dimsum di pedagang kaki lima. Berbeda dari milenial yang dalam sebulan terakhir makan dimsum dari Mie Gacoan dengan catatan 22 persen," tambahnya.
Advertisement