Sukses

Kiat Chef Norman Ismail Agar Bisnis Restoran Bisa Bertahan di Tengah Perubahan

Mengelola bisnis restoran tentu memerlukan ilmu, tak sekadar menciptakan menu enak tapi bagaimana agar pelanggan bisa kembali lagi.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan zaman ikut membawa tantangan pada bisnis kuliner, termasuk dalam mengelola sebuah bisnis restoran. Tentunya tak sekadar modal dan kreativitas menciptakan menu, tapi juga taktik agar pelanggan tetap setia menjadi pengunjung restoran.

Dengan fenomena restoran yang buka kemudian tutup maupun berganti nama dan tidak bertahan lama, tentunya pebisnis yang ingin masuk ke ranah F&B perlu mempelajari banyak hal. Celebrity Chef yang juga seorang konsultan restoran, Chef Norman Ismail berbagi bagaimana agar bisnis restoran bisa bertahan di tengah banyaknya perubahan. 

Menurut Chef Norman dari sisi produksi, bisnis F&B dulu dan kini masih sama. Ia mencontohkan bagaimana menu nasi padang maupun sop buntut tetap dibuat seperti yang pernah ada. "Tapi sekarang yang membedakan kosmetik dan aksesorisnya yang membuat pelanggan menarik. Misal nasi bungkus di warteg dengan bungkus biasa dengan inovasi tertentu kita buat nasi box yang menyerupai nasi bungkus tapi lebih dekoratif," paparnya.

Menurutnya mengikuti perkembangan zaman maka tampilan makanan menjadi lebih pop. Selain itu orang sekarang juga lebih menyukai hal yang praktis. Ia mencontohkan pekerja kantor yang ingin makan ayam goreng saat makan siang, biasanya enggan mencuci tangan dan ingin makan di meja kerjanya. 

"Kita buat sesuatu yang menarik, simple tapi tetep enak, gimana caranya ayamnya sudah dipotong-potong, ayamnya bagus nggak keras, bawahnya sudah ada nasi, sayurannya juga semuanya seimbang porsinya. Jadi orang tinggal makan tinggal nyendok- nyendok aja nggak harus motong-motong," jelas Chef yang sering tampil di televisi ini. 

 

2 dari 4 halaman

Kiat Restoran Tetap Bertahan

Ia menyambung, "Banyak sekali kan kita beli nasi kotak, ayamnya keras, dagingnya keras masih utuh, dikasih sendok tidak mumpuni, hal-hal seperti itu perlu dipikirkan." 

Lebih lanjut mengenai cara sebuah bisnis restoran agar bisa bertahan ia mengungkap produk yang dibuat harus enak. "Yang pasti produknya bagus, artinya minumannya enak, makanannya enak, pelayanannya baik, tempat nyaman, kemudian bisa bikin keanggotaan," katanya lagi.

Ia mengungkapkan dengan adanya kartu member maka pelanggan bisa mendapatkan beragam layanan, apalagi sekarang kartu member berubah di satu genggaman melalui ponsel pribadi. "Kalau dulu mesti dicap dulu, nanti hilang, jadi sistem member bisa jadi contoh buat pelaku usaha F&B di luaran sana yang merupakan grup besar," paparnya.

Kemudian dari sistem member, pelaku bisnis kuliner bisa memberikan layanan yang memanjakan konsumen seperti adanya diskon saat pertama mengundu aplikasi, program ulang tahun dan cashback. Segala pelayanan tersebut akan membuat konsumen untuk kembali lagi menjadi pelanggan setia. 

3 dari 4 halaman

Adaptasi Bisnis Kuliner

Digitalisasi mengambil alih hampir semua aspek kehidupan termasuk bisnis kuliner. Adaptasi penggunaan teknologi tak hanya sekadar pada layanan pesan antar online, lebih dari itu pelaku usaha kuliner juga berupaya menjaring pelanggan loyal.

Hal ini dilakukan Imperial Group, sebuah grup restoran yang telah 30 tahun mengelola hingga 130 lebih gerai dan 10 brand restoran di seluruh Indonesia. Sekarang untuk beradaptasi dengan digitalisasi, Imperial Group meluncurkan iClub.

"Bukan cuma aplikasi member saja tapi bisa untuk delivery, dine in, reservasi, banyak fitur yang akan kita tambahin di sana," ungkap Chief Executive Officer Imperial Group, Ma Willianto saat konferensi pers peluncran iClub di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2023.

Pria yang akrab disapa Willi tersebut mengungkapkan, untuk menggarap aplikasi yang mumpuni pihaknya berolaborasi dengan OCBC dari divisi non-banking yang membantu mengembangkan software aplikasi. Willy mengutarakan, Imperial Group pernah membuat aplikasi namun sangat sederhana sehingga di iClub pihaknya memutakhirkan menjadi lebih mumpuni.

4 dari 4 halaman

Kelemahan Pemesanan Online Delivery

Mengundang juga Chef Norman, seorang celebrity chef yang telah lama berkecimpung di industri kuliner, Imperial Group ingin mendapatkan masukan dari pelaku industri mengenai aplikasi yang baru diluncurkannya. "Kita undang (Chef Norman) untuk pengalaman mengunakan Imperial Club (iClub), menurut saya (aplikasi) lebih baik untuk mengakomodir pelanggan apalagi di era digital sekarang," tambah Willy. 

Lebih lanjut, akhirnya Imperial Kitchen mengembangkan aplikasi sendiri bagi pelanggan setianya, lantaran ada kelemahan dari pemesanan layanan online delivery yang sudah ada.

"Kalau itu kelemahannya yang kita pelajari mereka harga ada selisih hingga 20—30 persen di semua merchant," ungkapnya. Adapun melalui iClub pelangga akan menemui harga yang sama atau tidak terdapat selisih saat membeli langsung di restoran.

Di samping itu, pelanggan tidak perlu khawatir, karena aplikasi juga sudah terintegrasi dengan pihak layanan pesan antar makanan seperti GoJek dan Grab untuk pengirimannya. Sehingga saat memesan, pelanggan bisa langsung memilih layanan antar yang diinginkan.Â