Liputan6.com, Jakarta - Seiring waktu, perubanan perilaku masyarakat termasuk dalam hal berwisata semakin terlihat terutama sejak melewati pandemi Covid-19. Wisata massal tak lagi menjadi pilihan utama, kini masyarakat mulai memilih wisata yang intim dan tematik.
Salah satunya yang kini sedang berkembang adalah wisata urban sebagai bagian wisata minat khusus. Wisata urban sendiri adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama.
"Arahnya dunia ini semakin jadi kota, karena 50 persen penduduk dunia tinggal di kota," sebut Kepala Bidang Pemasaran dan Atraksi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Hari Wibowo melalui sambungan telepon kepada Liputan6.com, Kamis, 26 Januari 2023.
Advertisement
Baca Juga
Arah dari wisata urban bisa diklasifikasikan dalam jenis kegiatan berupa walking tour, running tour, hingga cycling tour. Hari mengatakan wisata urban sejalan dengan pariwisata sebagai komponen penting dalam tatanan sosial dan ekonomi, menjadi pendorong pencapaian SDG's (Sustainable Development Goals), terutama poin ke-11 tentang sustainable cities and communities.Â
Lebih jauh Hari mengungkap target dari wisata urban lebih kepada turis domestik. Ia pun menyebut data berdasarkan survey terbaru yang dilakukan oleh McKinsey bahwa pengeluaran pariwisata tidak kembali seperti sebelum krisis pandemi Covid-19, penerbangan jarak jauh dan kapal pesiar bahkan cenderung kehilangan daya tarik.Â
Sehingga dari data tersebut target wisata urban diarahkan ke wisatawan domestik dari provinsi lain, bahkan warga kotanya sendiri. "Orang Indonesia sadar untuk healing tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri," sambung Hari.
Kekuatan Wisatawan Domestik
Pandemi Covid-19 juga menyadarkan bahwa pariwisata nasional bisa pulih lebih cepat dengan mengandalkan wisatawan domestik, proporsinya bahkan mencapai 70 persen wisatawan lokal. "Jadi diharapkan bisa menjadi faktor utama pendorong pariwisata nasional," sebut Hari lagi.
Adapun tren wisata urban di Jakarta, belakangan setelah melewati pandemi orang makin peduli dengan kesehatan dan menjaga daya tahan tubuh. "Orang yang tadinya bukan pelari jadi pelari, orang yang tadinya bukan pesepeda jadi bersepeda. Hype-nya meningkat sangat amat terlihat di Jakarta bahkan ada fotografer pinggir jalan," paparnya.Â
Untuk itu pihak Disparekraf DKI pun mencoba untuk merevitalisasi ulang apa yang menjadi kekuatan Jakarta. Untuk mewujudkan visi tersebut dibuatlah klasifikasi wisata urban yang terdiri dari 7 kluster antara lain sejarah dan budaya, kuliner, arsitektur, belanja, alam, religi, dan seni.
Masing-masing sudah dapat terlihat seperti sejarah dan budaya Jakarta yang bahkan Taman Pemakaman Menteng Pulo kini jadi lokasi wisata karena sejarahnya. Kemudian arsitektur, beberapa tempat bagi orang Jakarta sendiri belum mengenal dan berkunjung kesana.Â
Tentunya untuk mall, Jakarta sudah tak terhitung lagi jumlahnya dam wisata alam pun di wilayah pesisir seperti pergi ke taman mangrove dan hutan kota bisa menjadi pilihan wisata urban. Untuk religi, berbagai tempat ibadah seperti Masjid Istiqlal, Katedral dan Pura juga tersebar. Kemudian seni, semakin banyak pameran seni yang digelar galeri dapat menjadi tujuan wisata urban.Â
Advertisement
Garap Serius Wisata Urban
Lebih jauh, Hari mengatakan terkait wisata urban di DKI Jakarta juga menyasar penduduk setempat lantaran orang lokal sendiri belum tentu sudah familiar atau berkunjung ke tempat-tempat menarik Jakarta. "Itu yang kita coba tawarkan, potensi luar biasa ini bisa jadi mengangkat perekonomian," tukas Hari.
Pihak Disparekraf DKI Jakarta pun menerapkan beberapa strategi besar untuk menggarap wisata urban secara serius. Bahkan Jakarta seharusnya menjadi contoh bagi kota lainnya di Indonesia terkait wisata urban.
Pertama dengan mendefinisikan ulang Jakarta beserta potensi wisata urbannya yang dilanjutkan dengan melakukan penataan dan pengembangan destinasi kota supaya ramah untuk pejalan kaki dan pesepeda. Termasuk di dalamnya pembangunan infrastruktur taman kota dan pusat informasi pariwisata untuk mengakomodir wisatawan.
Tak ketinggalan, wisata urban juga memanfaatan teknologi (IT) serta mengajak sektor ekonomi kreatif untuk turut ambil bagian dalam pengembangan kegiatan wisata urban. Disparekraf DKI Jakarta juga mendorong penyelenggaraan festival yang digelar rutin untuk memicu minat wisatawan domestik seperti Car Free Day, Java Jazz, InaCraft, bahkan ajang penghargaan AMI Awards dan Jakarta Fashion Week.Â
Di antara semua itu, Hari mengatakan geliat wisata bisa saja kembali mengalami kendala lantaran faktor ancaman krisis global yang apabila ekonomi terganggu maka akan berdampak pada daya beli dan penurunan minat wisata. "Belum lagi berbagai tempat masih ada yang tutup sementara karena tidak ada aktivitas (saat pandemi)," tutupnya.
Peran Pramuwisata untuk Wisata Urban
Tentunya wisata urban tak lepas dari peran pramuwisata atau yang akrab dikenal sebagai tour guide. Bahkan berwisata lebih menarik dengan tour guide karena wisatawan akan bisa mengenal cerita atau legenda dari sebuah tempat yang bersejarah saat mengunjungi destinasi wisata urban.
"Jadi bukan cuma lihat-lihat dan foto-foto," cetus Revalino Tobing, Pramuwisata yang juga pernah menjabat Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) cabang Jakarta melalui sambungan telepon, Jumat, 28 Januari 2023.Â
Ia melanjutkan, pramuwisata mencoba memberikan alternatif wisata urban dan mengajak bukan saja orang dari luar kota, tapi juga masyarakat Jakarta sendiri untuk mengetahui lebih lanjut tentang tempat-tempat menarik yang belum pernah dilihatnya. "Wisata jadi lebih bermakna, karena ada destinasi yang seharusnya diketahui ceritanya," sambungnya.
Saat ini menurut Revalino, warga yang berminat untuk wisata urban biasanya mencari melalui media sosial. Dari sana mereka terhubung dengan tour guide dan mengikuti program walking tour di Jakarta. Kini melalui media sosial bahkan hanya dengan mencari lewat hastag #urbanwisata saja orang bisa menemukan beragam pilihan.Â
Advertisement