Liputan6.com, Jakarta - Salah satu program televisi Jepang, 'Ohayo Asahi Desu' yang disiarkan oleh ABC TV mengirimkan reporter lapangan, Mayuko Tsuda ke Tanabe untuk melaporkan secara langsung tentang distrik pemandian air panas Kawayu Onsen di Wakayama. Siaran ini dilangsungkan pada Jumat, 13 Januari 2023.
Melansir dari Japan Today, Jumat, 3 Februari 2023, ketika sedang melakukan siaran langsung, Tsuda sedang mengunyah permen karet di mulutnya. Hal ini diperhatikan oleh pembawa acara program televisi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Apakah kamu sedang memakan sesuatu?" tanya pembawa acara tersebut kepada Tsuda.
"Apa yang kamu kunyah?" ujar pengamat yang lain.
Tsuda pun langsung menutupi mulutnya dan berkata, "Maaf. Maaf. Saya sedang mengunyah permen karet."
Tsuda menelan permen tersebut untuk menghilangkannya dan langsung siap di berada di depan kamera. Tidak hanya sekali, Tsuda juga sempat terekam kamera saat sedang mengunyah permen karet di kesempatan yang lain. Pada saat itu, Tsuda sedang bersama narasumber yang memperlihatkan sebuah tulisan ke kamera.
Menyadari hal itu, pembawa acara kemudian kembali mengingatkan Tsuda. Kameramen berusaha mengalihkan perhatian dengan memperbesar gambar ke arah narasumber. Tsuda juga ikut menyingkir dari kamera.
Walau begitu, pembawa acara mengajaknya tertawa agar terlihat tidak canggung di depan kamera. "Kami tidak memperlihatkan ke kamera untuk mengunyah permen karet," ujar pembawa acara kepada Tsuda.
Di penghujung acara, sang pembawa acara, Keisuke Iwamoto meminta maaf berkali-kali atas kecerobohan Tsuda. "Sebelumnya, dalam laporan jarak jauh, salah satu reporter kami mengudara sambil mengunyah permen karet. Ini sangat tidak menghormati orang-orang Kawayu Onsen yang membantu laporan dan para pemirsa. Kami sangat meminta maaf," ujar Iwamoto.
Rasa Penyesalan
Insiden tersebut menuai tanggapan negatif di media sosial. Beberapa orang juga menyebutkan mereka langsung mengganti saluran televisi ketika melihat tingkah Tsuda tersebut.
Terkait hal ini, Presiden ABC TV, Shinya Yamamoto menungkapkan permintaan maaf dan rasa penyesalannya pada konferensi pers tahun baru yang diadakan pada Jumat, 20 Januari 2023.
"Banyak pemirsa telah menunjukkan dan mengkritik (mengunyah permen karet saat mengudara). Biasanya, siapa pun harus sudah sadar dan tidak perlu diberi tahu bahwa tidak sopan berbicara dengan orang lain saat ada sesuatu di mulut Anda," tuturnya.
Yamamoto melanjutkan dengan mengatakan bahwa penyesalan kolektif stasiun tersebut telah memperkuat tekad mereka untuk "memulihkan kepercayaan pemirsa" pada program tersebut.
"Ini adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan saat tampil di depan kamera. Setelah siaran, kami dengan tegas memperingatkan orang yang terlibat dan mendesaknya untuk menyadari hal ini. Saya percaya bahwa dia menyesali apa yang terjadi," lanjutnya.
Advertisement
Etika Orang Jepang
Menurut laporan dari Japan Today, mengunyah permen karet biasa dilakuan orang Jepang untuk menyegarkan napas atau biasanya dikunyah saat seseorang sedang mengantuk. Namun, permen karet di Jepang seharusnya dikunyah secara diam-diam saat tidak berinteraksi dengan orang lain.
Jika Anda ke Jepang sangat jarang, bahkan tidak ada, orang Jepang yang mengunyah permen karet sambil berbincang dengan orang lain atau seorang teman. Tidak ada seorang pun pelayan yang bekerja sepanjang waktu mengunyah permen karet ketika sedang melayani pelanggan.
Karena itu, ketika seorang reporter TV yang mengetahui bahwa akan disorot kamera tetapi masih mengunyah permen karet, itu merupakan pelanggaran etika yang cukup besar di kalangan media Jepang.
Melansir laman USA Today, mengunyah permen karet di publik atau acara formal adalah sikap tidak sopan karena suara kunyahan bisa mengganggu orang sekitar. Ketika ingin meniup permen karet menjadi balon, mereka harus memperhatikan keadaan di sekitar.
Larangan Kunyah Permen Karet
Permen karet telah dinyatakan ilegal di beberapa negara, salah satunya di Singapura yang berlaku sejak Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama di Singapura. Menurut laporan dari basis data Singapura, permen karet telah dilarang di Singapura berdasarkan regulasi impor dan ekspor.
Selain itu, pelarangan tersebut diberlakukan guna menciptakan rasa aman dan nyaman pada para pengguna Moda Raya Terpadu (MRT). Sebelumnya, sampah permen karet ditempelkan di sensor pintu MRT sehingga pintu tidak berfungsi dengan baik. Dewan Perumahan dan Pembangunan di Singapura dilaporkan menghabiskan 150.000 dolar Singapura atau sekitar Rp1 miliar untuk membersihkan sampah permen karet setiap tahun.
Hal ini kemudian disambut baik oleh para petugas kebersihan, bioskop, dan pihak MRT Singapura yang dinilai membantu untuk meningkatkan kebersihan di tempat umum. Larangan tersebut terbukti efektif mengurangi jumlah kasus permen karet. Misalnya, pada Februari 1993, jumlah rata-rata kasus per hari hanya dua dibandingkan dengan 525 kasus sebelum pelarangan. Dengan pengurangan drastis sampah permen karet, dewan kota melaporkan penghematan besar dalam biaya pembersihan.
Advertisement