Sukses

Demian Aditya dan Sara Wijayanto Kenang Pemotretan Prewedding di Museum Taman Prasasti

Kilas balik kenangan foto prewedding Demian Aditya dan Sara Wijayanto di Museum Taman Prasasti ini diceritakan dalam peluncuran aplikasi DMS+.

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan selebritas Demian Aditya dan Sara Wijayanto bernostalgia di Museum Taman Prasasti, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Februari 2023. Sebagaimana diketahui, itu merupakan tempat keduanya melakukan pemotretan prewedding, sembilan tahun lalu.

"Jadi dulu pas prewedding, kita beneran di sini foto-fotonya. Kita di sini punya janji sehidup dan semati untuk selamanya," kata Demian di Museum Taman Prasasti, Rabu, 8 Februari 2023.

"Kenapa kita pilih di tempat ini sebenarnya sama sekali enggak ada unsur mistis atau misteri. Iya karena ini kan dulunya makam, desain tempatnya menarik, dan seakan melambangkan harapan hubungan pernikahan kita hanya bisa dipisahkan kematian, simpel aja sih," timpal Sara.

Wanita berusia 43 tahun ini juga mengungkap bahwa di Museum Taman Prasasti, hanya terdapat batu nisan saja karena semua jasad mereka yang dikubur sudah dipindahkan ke tempat pemakaman yang sebenarnya. Alasan sentimental itu membuat Museum Taman Prasasti dijadikan sebagai lokasi peluncurkan aplikasi konten horor DMS+.

Demian menganggap aplikasi tersebut sebagai 'rumahnya' untuk berkarya. Ia ingin memulai langkah baru bersama DMS+ di tempat bersejarah. "Kita juga ingin perkawinan antara DMS dan DMS+ ini berharap juga hal yang sama, di mana bisa sehidup semati sampai kapan pun," ujarnya.

Sara memang sudah punya konten misteri dan hiburan berjudul Diary Misteri Sara (DMS) di kanal YouTube-nya yang punya 9,5 juta subscriber. Konten horor itu kemudian dikembangkan Sara, Demian, Wisnu Handika, dan Fadi Iskandar dalam aplikasi DMS+ sebagai pusat informasi misteri.

Demian sendiri tidak ikut tampil di acara tersebut, tapi hanya berperan di belakang layar sebagai konsultan. Menurut Demian, aplikasi konten horor tersebut mengajak penggemar mengenal lebih jauh dunia tak kasat mata.

2 dari 4 halaman

Interaksi dengan Makhluk Astral

"DMS+ adalah rumahnya Diary Misteri Sara, rumahnya buat Saraddict (sebutan penggemar Sara Wijayanto). Kita ingin punya rumah yang bisa mengakomodir yang kita mau," terang Demian

"Kita ingin bisa leluasa buat konten di rumah kita. Kita ingin siapa pun yang menonton bisa menerima, karena kalau di YouTube kan belum tentu ramah publik," sambungnya. Lewat DMS+, Sara bersama host lainnya, Fadi dan Wisnu, menyajikan kemampuan unik ketika "berinteraksi dengan makhluk astral."

Konten video misteri akan diunggah seminggu sekali dan dapat ditonton secara eksklusif melalui aplikasi DMS+. Meski sudah tersedia di aplikasi, Sara memastikan konten DMS yang tayang di YouTube tetap berjalan. Bahkan, tak ada konten yang dihapus atau berkurang jumlahnya.

Museum Taman Prasasti kiranya sudah bukan tempat asing bagi sebagian warga Jakarta. Tempat ini memuat sejarah kota tua Jakarta yang tertanam pada nisan tokoh-tokoh Belanda. Museum ini merupakan cagar budaya peninggalan kolonial Belanda.

3 dari 4 halaman

Ribuan Koleksi Nisan

Dahulu, museum ini merupakan pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober yang dibangun pada akhir abad ke-18, tepatnya pada 1795. Namun pada 1977, Pemakaman Kebon Jahe Kober resmi dijadikan museum oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan dibuka untuk umum dua tahun setelahnya.

Sejak jadi museum, semua jasad yang pernah dikebumikan di sini telah direlokasi. Museum Taman Prasasti mempunyai ribuan koleksi prasasti, nisan, dan makam berusia ratusan tahun. Nisan yang terdapat di Museum Taman Prasasti ini juga berasal dari berbagai bangsa.

Ada dari Belanda, Inggris, Prancis, China, Jepang, Hindia Belanda, dan Indonesia. Hal ini lumrah karena Kebon Jahe Kober dijadikan sebagai area pemakaman di masa penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang.

Di Museum Taman Prasasti, pengunjung dapat menemukan nisan-nisan berbentuk unik, bergaya klasik, gothic, neo gothic, serta bergaya Hindu Jawa. Di antara banyak nisan yang jadi koleksi Museum Taman Prasasti ini terdapat juga nisan pendiri Sekolah Kedokteran Stovia yang merupakan cikal bakal Universitas Indonesia, Dr HF Rol.

4 dari 4 halaman

Makam Misterius

Selain itu, ada nisan istri Thomas Stamford Raffles bekas Gubernur Jendral Hindia Belanda, Olivia Marianne Raffles; serta nisan ahli naskah kuno penerjemah Kakawin Pararaton dan Nagarakretagama, JLA Brandes. Selain itu, ada pula nisan aktivis pergerakan mahasiswa 66 yang meninggal di Gunung Semeru, Soe Hok Gie.

Sebuah makam yang paling menarik ketika mengunjungi museum Taman Prasasti ini adalah Makan Kapitan Jas. Makam ini merupakan salah satu makam misterius yang dipercaya memberi kesuburan dan keselamatan.

Nama Kapiten Jas diduga berhubungan dengan Jassen Kerk, sebuah gereja Portugis. Pada abad ke-17, karena kondisi Batavia yang tidak sehat, banyak warga meninggal dan dimakamkan di halaman gereja ini. Tanah pemakaman di halaman gereja inilah yang disebut "Tanah Kapiten Jas."

Museum yang sebagian besar terdiri dari area outdoor ini buka pukul 09.00--15.00 WIB setiap hari, kecuali hari Senin. Harga tiket masuk ke Museum Taman Prasasti mulai dari Rp5 ribu.

Â