Sukses

Momen Pilu Ayah Genggam Tangan Putrinya yang Meninggal di Reruntuhan Gempa Turki

Potret memilukan terus muncul dari Turki dan Suriah ketika jumlah korban tewas dari gempa magnitudo 7,8 pada Senin lalu meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Potret memilukan terus muncul dari Turki dan Suriah ketika jumlah korban tewas dari gempa magnitudo 7,8 pada Senin, 6 Februari 2023, terus meningkat. Pada Selasa, 7 Februari 2023, Adem Atlan dari AFP memotret ayah Mesut Hancer memegang tangan putrinya Irmak, 15, setelah dia meninggal di bawah reruntuhan di Kahramanmaras, dekat pusat gempa.

Dikutip dari People, Kamis (9/2/2023), tangan gadis itu terlihat terulur dari bawah lempengan beton yang runtuh di atasnya selama gempa Turki yang fatal itu. Para ahli mengatakan kepada AP bahwa waktu untuk menyelamatkan korban hidup menyusut dengan cepat.

"Secara statistik, hari ini adalah hari di mana kita akan berhenti menemukan orang," kata David Alexander, seorang profesor perencanaan dan manajemen darurat di University College London, menurut laporan tersebut. "Itu tidak berarti kita harus berhenti mencari."

Pada Rabu, 8 Februari 2023, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengakui bahwa pemerintah tidak sepenuhnya efisien dalam tanggapan awalnya terhadap gempa tersebut, menurut laporan tersebut. Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki, menuduh Erdoğan tidak mempersiapkan daerahnya dengan baik untuk bencana seperti ini dan salah membelanjakan dana, lapor AP.

Turki rentan terhadap gempa bumi, meskipun yang melanda Senin diyakini sebagai yang terkuat di negara itu dalam sekitar delapan dekade, menurut NPR. Ini adalah gempa paling mematikan di dunia sejak 2015, ketika gempa magnitudo 7,8 menyebabkan 8.800 orang tewas di Nepal, AP melaporkan.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Bayi Selamat

Kisah lain datang dari seorang bayi yang baru lahir selamat setelah ditarik dari puing-puing di Suriah, yang hancur akibat gempa bumi pada Senin. Agence France-Presse melaporkan bahwa bayi yang baru lahir itu masih terikat pada ibunya dengan tali pusar ketika dia diselamatkan, menurut Al Jazeera.

"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Khalil al-Suwadi, seorang kerabat, menurut kantor berita tersebut. "Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh), jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit." Aktivis lokal melaporkan bahwa ibu anak tersebut melahirkan di bawah reruntuhan, dan dia meninggal sebelum diselamatkan, per CBS News.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan bahwa gempa magnitudo 7,8 SR, salah satu yang terkuat yang melanda wilayah itu dalam lebih dari 100 tahun, terjadi di Turki selatan dekat perbatasan utara Suriah pada Senin pagi, diikuti 11 menit kemudian oleh gempa susulan magnitudo 6,7.

3 dari 4 halaman

Korban Tewas

Dikutip dari CNN, Kamis (9/2/2023), korban tewas akibat gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah pada Senin sekarang setidaknya mencapai 17.176, menurut pihak berwenang. Di Turki, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi setidaknya 14.014, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis saat mengunjungi daerah yang terkena dampak di selatan kota Gaziantep.

Jumlah total kematian di Suriah mencapai setidaknya 3.162, termasuk 1.900 di daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut menurut kelompok pertahanan sipil 'White Helmets', dan 1.262 kematian di bagian Suriah yang dikuasai pemerintah, menurut media pemerintah Suriah. Puluhan ribu lainnya telah dilaporkan terluka di kedua negara, karena petugas penyelamat berjuang untuk menemukan korban selamat di reruntuhan bangunan yang runtuh di tengah ledakan musim dingin.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis menekankan urgensi organisasi kemanusiaan memastikan orang-orang yang selamat dari gempa "terus bertahan" sekarang. Manajer respons insiden WHO Robert Holden memperingatkan ada "banyak orang" yang selamat "di tempat terbuka, dalam kondisi yang memburuk dan mengerikan."

4 dari 4 halaman

Kata WHO

Beberapa dari mereka yang selamat dari gempa sekarang menghadapi perjuangan untuk bertahan hidup setelahnya, WHO memperingatkan. "Kami mengalami gangguan besar pada pasokan air dasar, kami mengalami gangguan besar pada bahan bakar, pasokan listrik, pasokan komunikasi, dasar-dasar kehidupan," kata Holden pada konferensi pers di Jenewa, Swiss.

"Kita benar-benar berada dalam bahaya melihat bencana sekunder yang dapat membahayakan lebih banyak orang daripada bencana awal jika kita tidak bergerak dengan kecepatan dan intensitas yang sama seperti yang kita lakukan di sisi pencarian dan penyelamatan," tambah Holden.

Ia menekankan pentingnya memastikan bahwa orang memiliki "elemen dasar untuk bertahan hidup di periode berikutnya". "Ini bukanlah tugas yang mudah dengan imajinasi apa pun," kata Holden.

Dikatakan Holden, "skala operasinya sangat besar." "Ada tujuan dan rasa fokus. Dan fokus itu bukan hanya tentang pencarian dan penyelamatan, fokus itu adalah tentang memastikan orang terus bertahan dan memiliki apa yang mereka butuhkan untuk dapat melakukannya," tutup Holden.