Sukses

Sebut Bali Surganya Orang Kulit Putih, Vlogger Israel Nas Daily Tuai Kontroversi

Vlogger Israel, Nas Daily, sempat ditolak masuk ke Indonesia pada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Vlogger asal Israel, Nuseir Yassin alias Nas Daily, kembali berada di tengah kontroversi publik. Pasalnya, ia menyebut Bali sebagai The Whitest Island in Asia atau pulau paling "putih" di Asia melalui sebuah unggahan Instagram-nya, baru-baru.

Titel itu disematkan Nas karena ia melihat banyak orang kulit putih yang tidak hanya berlibur, tapi juga tinggal di Pulau Dewata.  "Ia (berkulit) putih. Ia (berkulit) putih. Mereka (berkulit) putih. Inilah desa paling 'putih' di Asia," ucap Nas membuka klip tersebut.

Ia menyambung, "Ke mana pun Anda pergi, akan ada banyak orang berkulit putih. Ini adalah sebuah pulau yang mencuri perhatian dunia Barat." Masih di video itu, Nas juga mengungkap alasan turis asing berkulit putih berkunjung dan pindah ke Bali.

"Yang pertama, alamnya. Sawah demi sawah. Semua (berada) di sekitar Anda, semuanya hijau," ucapnya. Kemudian, Nas memuji keramahtamahan masyarakat Bali. Ia menyebut pulau tetangga Lombok itu memiliki banyak hotel terbaik di dunia dengan "keramahtamahan Indonesia yang sangat menawan."

Ketiga, Nas mengatakan bahwa harga makanan di Bali terbilang terjangkau bagi wisatawan, seraya memperlihatkan sepiring burger dengan kentang goreng seharga 4 dolar AS (sekitar Rp60 ribu). "(Harga) semua (barang) di sini sangat terjangkau, setidaknya untuk para turis berkulit putih," sebutnya.

Saat menutup video, Nas Daily menyebut sepeda motor sebagai alasan keempat banyak turis asing mengunjungi Bali. "Tidak ada subway. Tidak ada bus. Hanya skuter di sawah yang cantik," tambahnya. Konten ini menuai kritik dari warganet.

 

2 dari 4 halaman

Kritik Warganet

Salah satu pengguna Instagram menulis, "Saya suka konten Anda, tapi saya sedikit tidak setuju dengan yang satu ini. Bukankah perpindahan 'orang kulit putih' ini memengaruhi penduduk setempat? Itu tampak seperti video yang berbicara tentang gentrifikasi tanpa membahasnya."

"Oke.. mari kita dorong mereka jadi turis, bukan jadi penduduk," timpal yang lain, sementara seorang warganet berkomentar, "Konten ini sangat dangkal. Pertama, Bali bukanlah sebuah desa. Cuplikan yang Anda tampilkan adalah hanya beberapa restoran wisata populer di Canggu, tidak mewakili Bali secara keseluruhan."

"Kedua, kami tidak membutuhkan lebih banyak turis, kami membutuhkan lebih banyak organisasi yang membantu kami mendidik bisnis agar lebih sadar, untuk tumbuh, bukan mengeksploitasi secara berlebihan," tuturnya. "Saat ini, penduduk setempat dibayar rendah, alam dieksploitasi secara berlebihan, dan turis bertindak seperti penyelamat dengan hanya membayar 4 dolar AS di restoran dan melanggar hukum karena mereka pikir mereka membantu orang miskin dengan berada di sini."

"Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Anda membayar sangat sedikit untuk barang-barang yang biasanya tidak akan Anda bayarkan (dengan harga tersebut) di tempat lain?" tandasnya.

3 dari 4 halaman

Pernah Ditolak Masuk Indonesia

Pada 2018, Nas Daily ditolak masuk ke Indonesia setelah permohonan visanya tidak dikabulkan otoritas RI, diduga karena memegang paspor Israel, lapor kanal Global Liputan6.com. Saat itu, Nas mengumumkan hal tersebut melalui unggahan Facebook.

"Dengan berat hati, saya mengumumkan bahwa saya ditolak mengunjungi negara Anda (Indonesia). Saya datang ke Singapura secara khusus untuk mendaftar visa Indonesia. Karena Indonesia adalah satu-satunya negara yang ingin saya kunjungi," tulis Nas dalam statusnya, seperti dikutip dari Antara, 4 September 2018.

"Bagi seorang Palestina-Israel seperti saya, itu tidak mudah. Anda harus melalui proses visa khusus dan satu ton kertas untuk diaplikasikan," ujarnya. "Saya mengikuti seluruh prosesnya, tahapan demi tahapan persis sesuai arahan hanya untuk mengetahui bahwa aplikasi visa saya ditolak."

"Saya tidak tahu kenapa. Saya menduga ini ada kaitannya dengan paspor Israel saya. Meski saya adalah muslim Palestina, saya tetap tidak diizinkan masuk (ke Indonesia)," sambung Nas.

Menanggapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Imigrasi melalui Kepala Bagian Humas dan Umum saat itu, Agung Sampurno, mengatakan bahwa pihaknya menjalankan tugas berkaitan lalu lintas keluar masuk orang ke wilayah Indonesia, serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

 

4 dari 4 halaman

Mengapa Visa Ditolak?

Agung berkata, "Permohonan visa dapat ditolak karena beberapa alasan, antara lain tercantum dalam daftar penangkalan, tidak memiliki biaya hidup yang cukup, mempunyai penyakit menular yang berbahaya, terlibat tindak pidana transnasional, dan lainnya."

Ia mengatakan, jika seorang WNA ditolak persetujuan visanya, hal ini merupakan sebuah kedaulatan bagi Indonesia untuk mengizinkan atau menolak siapa saja yang akan masuk wilayahnya. "Bisa jadi WNA tersebut tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang ada atau tidak sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia," ujarnya.

Menurutnya, persetujuan pemberian visa dapat diibaratkan dengan tuan rumah yang menyaring siapa saja tamu yang boleh masuk ke rumahnya. "Orang lain tidak diperkenankan memaksa masuk ke rumah seseorang tanpa izin pemilik rumah," sebutnya.

Ia menyambung, "Begitu juga dengan visa, tidak ada satu pihak pun yang bisa mengintervensinya. Bahkan, pejabat publik pun bisa ditolak masuk ke suatu negara, sehingga penolakan adalah hal yang wajar."

Selanjutnya, Agung menambahkan bahwa Indonesia menganut kebijakan selektif (selective policy) dalam rangka melindungi kepentingan nasional, sehingga hanya orang asing yang bermanfaat, serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum yang diperbolehkan masuk dan berada di wilayah Indonesia.