Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang dipimpin para peneliti dari Ohio State University dan diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology menemukan bahwa berbuat baik membantu orang meringankan gejala kecemasan dan depresi. Menurut laporan mereka, tindakan kebaikan lebih efektif daripada beberapa teknik terapi perilaku kognitif (CBT).
Melansir VICE World News, Jumat, 10 Februari 2023, salah satu ukuran penting dari kesejahteraan mental adalah hubungan sosial, atau apa yang studi ini sebut sebagai "rasa memiliki kedekatan antarpribadi dengan individu dan kelompok lain." Koneksi sosial terganggu pada orang yang berjuang dengan kecemasan dan depresi.
Advertisement
Baca Juga
Sementara pendekatan CBT seperti menghadiri pertemuan sosial dan merekam, serta menganalisis pikiran dapat membantu mengatasi gejala kecemasan dan depresi, seperti perasaan sedih, mudah tersinggung, dan bersalah, para peneliti mengatakan bahwa pendekatan tersebut tidak memadai dalam meningkatkan keterhubungan sosial.
Berbuat baik, di sisi lain, adalah "kandidat yang mampu meningkatkan hubungan sosial dan dimensi kesejahteraan terkait." Studi sebelumnya telah menunjukkan hal ini, tapi hanya sedikit yang berfokus pada efek tindakan kebaikan pada orang yang bergumul dengan kecemasan dan depresi.
Dalam studi terbaru, para peneliti merekrut 122 orang dewasa dengan gejala kecemasan, depresi, atau keduanya. Secara acak, mereka menugaskan masing-masing peserta ke salah satu dari tiga kelompok. Setiap kelompok diminta melakukan salah satu dari tiga kegiatan selama lima minggu.
Dibagi Jadi 3 Kelompok
Satu kelompok diinstruksikan untuk merencanakan kegiatan sosial selama dua hari setiap minggu. Aktivitas sosial didefinisikan sebagai "aktivitas besar atau kecil yang Anda sengaja rencanakan dengan orang lain untuk bersenang-senang."
Kelompok lain diinstruksikan menyelesaikan diary setidaknya dua hari setiap minggu. Psikolog menggunakan diary untuk membantu orang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memodifikasi pola pikir negatif. Merencanakan aktivitas sosial dan menyelesaikan buku harian adalah teknik yang digunakan dalam CBT untuk membantu kecemasan dan depresi.
Kelompok ketiga diminta melakukan tiga tindakan kebaikan setiap hari selama dua hari dalam setiap minggu, yang para peneliti definisikan sebagai "tindakan besar atau kecil yang bermanfaat bagi orang lain atau membuat orang lain bahagia, biasanya dengan mengorbankan diri Anda sendiri dalam hal waktu atau sumber daya."
Peserta dapat memilih tindakan kebaikan apa yang akan mereka dilakukan. Dalam studi, mereka dilaporkan melakukan hal-hal seperti menawarkan tumpangan pada orang lain, membuat kue, dan menulis catatan yang bijaksana.
Advertisement
Evaluasi Para Peserta
Pada akhir minggu ke-5, para peneliti mengevaluasi kesejahteraan mental peserta dengan mengukur penilaian diri mereka terhadap gejala kecemasan dan depresi, kepuasan hidup, serta perasaan keterhubungan sosial. Rata-rata, ketiga kelompok menunjukkan peningkatan dalam dua langkah pertama.
Mereka juga mempertahankan peningkatan ini lima minggu setelah berhenti melakukan aktivitas yang ditugaskan pada mereka. "Hasil ini menggembirakan, karena menunjukkan bahwa ketiga intervensi studi efektif dalam mengurangi tekanan dan meningkatkan kepuasan hidup," tulis para peneliti dalam studi tersebut.
Mereka menyambung, "Selain itu, fakta bahwa (menulis buku harian)Â dan beraktivitas sosial menyebabkan peningkatan signifikan pada hasil ini membuat tindakan kebaikan punya peran krusial. Artinya, tindakan kebaikan tidak dikontraskan dengan kondisi belajar yang lembam atau kondisi yang mengakibatkan kesehatan mental yang lebih buruk."
Secara khusus, kelompok yang ditugaskan untuk berbuat baik menunjukkan peningkatan paling besar dalam ketiga indikator. Hanya kelompok ini yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterhubungan sosial, yang menurut para peneliti mungkin tidak cukup ditangani teknik CBT.
Butuh Penelitian Lebih Lanjut
Menurut para peneliti, ini mungkin karena berbuat kebaikan membantu orang mengalihkan pikiran dari kecemasan dan depresi mereka sendiri. Perasaan cemas dan depresi bisa jadi begitu konstan dan berlebihan sehingga orang yang bergumul dengannya jadi sibuk dengan pikiran-pikirannya sendiri.
Beberapa orang juga mungkin berpikir bahwa meminta orang dengan kecemasan dan depresi untuk peduli dengan kesejahteraan orang lain "berlebihan" karena mereka memiliki kesejahteraan sendiri untuk dipertimbangkan. Studi menunjukkan bahwa melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain setidaknya dapat menghentikan pergumulan di dalam diri dan membantu orang merasa lebih baik.
"Hasil penelitian ini menyoroti potensi klinis dari tindakan kebaikan, dan penelitian di masa depan akan mengonfirmasi apakah tindakan kebaikan harus dimasukkan dalam kanon teknik klinis berbasis bukti," tulis para peneliti.
Di peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pentingnya meningkatkan kesadaran diri akan masalah kesehatan jiwa, termasuk depresi, lapor kanal Health Liputan6.com. asalnya, pandemi COVID-19 telah menciptakan krisis global untuk kesehatan mental.
Kecemasan dan gangguan depresi meningkat lebih dari 25 persen selama tahun pertama pandemi, menurut WHO. Pada saat yang sama, layanan kesehatan mental yang terganggu menyebabkan melebarnya kesenjangan perawatan kesehatan mental.
Advertisement