Sukses

Sosok Pegiat Street Feeding, Sewa Bajaj demi Beri Makan 300 Kucing Jalanan Setiap Hari

Pegiat street feeding itu merogoh kocek sendiri dan menerima donasi untuk berkeliling Jakarta dengan menumpang bajaj demi memberi makan 300 kucing jalanan setiap hari.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi para pecinta kucing, street feeding bukanlah hal yang asing. Street feeding ialah kegiatan memberi makan hewan telantar di jalanan, umumnya kucing dan anjing. Para pemberi makan kucing di jalanan biasanya membawa makanan kucing ke mana-mana.

Salah satu yang pegiatnya adalah seorang ibu yang aksinya viral di TikTok. Melalui rekaman video yang diunggah akun @ygie_, seorang ibu terekam memberi makan kucing jalanan di sekeliling Jakarta dengan menyewa bajaj. Bajaj tersebut dipenuhi tumpukan kaleng makanan kucing dan seekor kucing yang sedang makan.

Sosok wanita tersebut bernama Susi Indrawati (63). Dia bertempat tinggal di Pisangan Baru, Jatinegara, Jakarta Timur. Dalam video tersebut, ketika ditanya apakah setiap hari memberi makan kucing di jalan, sang ibu pecinta kucing menjawab, "Iya setiap hari, 300 kucing sehari."

Jenis makanan yang diberikan berupa pakan kering (dry food) dan pakan basah (wet food). Tetapi, yang paling disukai kucing adalah nasi dengan tongkol. 

Susi konsisten memberi makan kucing jalanan sejak 2016. "Awalnya rasa kasihan lihat mereka (kucing-kucing) kelaparan padahal manusia begitu banyak lalu lalang," ujar Susi ketika dihubungi Liputan6.com, Minggu, 19 Februari 2023.

Ia menjelaskan sebelumnya ia hanya fokus membagikan pakan kucing kering di sekitar stasiun dan daerah yang dilewatinya menuju kantor. Ia saat itu biasa menumpang kereta commuter line dari Stasiun Jatinegara dan turun di Stasiun Tanah Abang, lokasi kantornya.

Setelah menderita ostheoartritis, ia tidak lagi bisa berjalan jauh karena lututnya sakit. Alhasil, ia terpaksa pergi ke kantor dengan bajaj. Hal ini dia anggap lebih menguntungkan. "Dengan naik bajaj, malah saya bisa berhenti di mana-mana yang banyak kucingnya, yang dibawa (pulang) juga tambah banyak," ucapnya. 

2 dari 4 halaman

53 Titik

Ia menjelaskan kegiatan street feeding dilakukan dari pagi hari di sekitar rumah sebelum ia bekerja. "Saya mulai setengah enam," ujarnya sambil mengaduk-aduk pakan kucing dengan sarung tangan.

Rute yang dilalui Susi untuk street feeding mencakup rutenya dari rumah ke kantor, dimulai dari daerah Matraman, kawasan Tugu Proklamasi, dan berhenti di sekitar kantornya di Tanah Abang. Ketika Ibu Susi bekerja di kantor, bajaj kembali pulang dengan sopir bajaj yang melanjutkan tugas. Rute yang dilalui ialah Gambir, kawasan Monas, dan Kramat, Senen.

Sore hari seusai bekerja, Susi melanjutkan aksi dengan berhenti di titik-titik sepanjang Gambir, Monas, Cikini, Pegangsaan, Palmeriam, Stasiun Pondok Jati, Kayu Manis, dan berhenti di Pasar Jangkrik, Jakarta Timur sampai pukul delapan malam. Dalam satu hari, dia memberi makan kucing di sekitar 53 titik. 

Memberi makan kucing sudah seperti pekerjaan sampingan untuk Ibu Susi. "Tiap hari seperti itu tanpa libur. Hari minggu saya off untuk ke gereja, yang pergi feeding pengemudi bajaj, mereka sudah bisa dan biasa."

Dua pengemudi bajaj rutin membantu Ibu Susi untuk street feeding, yakni Usman dan Lepoy. Keduanya bekerja secara bergiliran tiap minggu. "Tidak boleh ada hari kosong," ucapnya Ibu Susi. 

3 dari 4 halaman

Menolong yang Sakit dan Terluka

Susi juga mempunyai rekan lain yang menjadi perpanjangan tangan. "Profesi mereka tukang kopi keliling, pemulung... Mereka berhubungan dengan banyak kucing kelaparan sehari-harinya," ujarnya.

Salah satu rekan Susi adalah Jasmi (70) yang memberi makan kucing di kolong jalan kereta antara Jl. Anyer dan Jl. Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat. Di daerah tersebut, dia bercerita bahwa banyak orang yang membuang bayi kucing sehingga jumlah kucing telantar makin banyak. Setiap paginya, Susi mengantarkan pakan kucing kepada Jasmi yang selanjutnya akan memberikan makan kucing-kucing di daerah tersebut. 

Tidak hanya memberi makan, dia juga memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan para kucing jalanan. Tak jarang, kucing liar yang dijumpainya sedang sakit atau terluka. Kucing yang terluka kemudian ia selamatkan dan ditaruh di bajaj untuk dibawa pulang dan dirawat.

Susi selalu siap menyediakan obat. Ia mengobati kucing yang sakit pilek setiap hari, memberi salep untuk yang terkena scabies, dan meneteskan obat mata untuk yang sakit mata. Untuk kucing dengan luka berat, dia membawanya ke klinik dokter hewan untuk ditangani lebih serius.

"Yang susah korban kecelakaan dengan luka terbuka, berdarah-darah. Terpaksa cari kardus dan dibawa ke klinik langganan saya di Rawamangun," ungkapnya. Di rumahnya, Susi sudah merawat 70 kucing. 

 

4 dari 4 halaman

Dari Kocek Sendiri

Menurut Susi, pembelian pakan dan obat-obatan tiap bulannya merogoh kocek yang lumayan besar, belum termasuk biaya perawatan kucing yang sakit atau terluka di klinik. Biaya tersebut, selain keluar dari dana pribadi Bu Susi, juga melibatkan uluran tangan orang lain. "Donasi ada, yang rutin dari Ibu Ratna, karyawati Bappenas, Rp200.000 tiap bulan. Yang lain ada juga sekali-sekali, antara Rp50.000 sampai dengan Rp200.000."

Aksi street feeding kerap memunculkan polemik dalam masyarakat. Banyak yang beropini bahwa kebiasaan memberi makan kucing liar akan membuat populasi kucing liar semakin bertambah. Dia pun menanggapinya dengan mengatakan tidak apa-apa kalau tidak menyukai kucing, asalkan tidak menganiaya, menyakiti ataupun menyiksa. 

"Saya pernah rescue kucing di Monas dengan luka segitiga lebar di perutnya, dan banyak siksaan dan penderitaan yang dialami kucing liar," ungkapnya dengan prihatin. 

Menurutnya, keberadaan kucing di sekitar kita sudah merupakan kenyataan dan memusnahkan kucing bukanlah pilihan yang bijak. "Tuhan saja memberikan kesempatan bagi semua makhluk hidup di bumi ini, kok manusia tidak mau berbagi?"

Susi berpendapat bahwa setiap kucing jalanan awalnya adalah kucing rumah. Tetapi kebanyakan pemilik kucing mulai kewalahan ketika kucingnya beranak pinak sehingga membuang anak-anaknya. "Dari sana dimulai rantai penderitaan kucing, harus distop dengan steril", ujarnya.

Ia berharap populasi kucing dapat terkendali dengan melakukan steril. Dalam satu minggu, Ibu Susi melakukan steril terhadap dua hingga tiga kucing. Ia berharap semua pemilik kucing bersedia mensteril kucingnya. "Dengan mensteril satu kucing, paling tidak kita sudah menyelamatkan lima sampai enam kucing yang bakal dilahirkan," katanya.