Liputan6.com, Jakarta - Penumpang pesawat Air New Zealand diberitakan terbang tak tentu arah selama 16 jam lantaran tak bisa mendarat di kota New York. Itulah nasib penumpang dengan nomor penerbangan NZ2, yang kembali ke Auckland, Selandia Baru padahal sudah terbang di atas Samudra Pasifik.
Hal itu terjadi lantaran terjadi pemadaman listrik di bandara tujuannya, Bandara John F. Kennedy. Pihak bandara mengatakan di Twitter bahwa kegagalan panel listrik menyebabkan pemadaman listrik serta "api kecil yang terisolasi" yang segera dipadamkan.
Advertisement
Baca Juga
"Pemadaman listrik di Terminal 1 JFK memengaruhi kemampuan terminal untuk menerima penerbangan masuk dan keluar," tulis akun Twitter bandara dikutip dari The Washington Post, Sabtu (18/2/2023).
Pihak bandara menyambung, "Kami sedang bekerja untuk mengakomodasi penerbangan yang terkena dampak menggunakan terminal lain." Dalam pernyataan terbaru, Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey mengatakan terminal akan tetap ditutup pada Jumat, 17 Februari 2022 waktu setempat.
"Karena masalah kelistrikan Otoritas Pelabuhan terus bekerja sama dengan operator terminal untuk memulihkan operasi penerbangan secepat mungkin," menurut keterangan pihak bandara.
Dari 64 penerbangan yang dijadwalkan tiba dan berangkat di terminal pada Jumat, sebanyak 39 dibatalkan, kata otoritas pelabuhan. Pekerjaan untuk menyelesaikan perbaikan dan memulihkan tenaga akibat pemadaman listrik yang masih berlangsung, dan "operasi terbatas" diperkirakan akan dimulai di terminal pada hari Sabtu, 18 Februari 2023 selama perbaikan dan pengujian sistem selesai.
Status Penerbangan
Wisatawan disarankan untuk memeriksa status penerbangan mereka dengan maskapai penerbangan sebelum pergi ke bandara. Terlepas dari upaya untuk menemukan ruang untuk pesawat masuk di tempat lain pada hari Kamis lalu, beberapa penerbangan tidak dapat mencapai terminal lain.
Penerbangan dari Seoul, Roma, dan Milan semuanya kembali ke bandara asalnya, situs web pelacakan penerbangan menunjukkan penerbangan Korean Air mengudara selama 13 jam lebih. Beberapa penerbangan lain dialihkan ke bandara alternatif AS.
"Maskapai mengakui bahwa pengalihan tidak dapat dihindari sekitar 5 jam 30 menit dalam penerbangan 14 jam dari Seoul Incheon ke New York JFK," kata Korean Air dalam sebuah pernyataan.
"Semua opsi telah dipertimbangkan, dan keputusan dibuat untuk kembali ke Incheon mengingat berbagai faktor seperti jarak tempuh dan keadaan operasional."
Air New Zealand mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penerbangan Auckland-New York "terpaksa dialihkan kembali ke Auckland" karena kebakaran dan penutupan terminal.
Advertisement
Jadi Pertanyaan Pengamat Penerbangan
Banyak pengamat yang melacak kisah tersebut di media sosial mempertanyakan mengapa maskapai tersebut tidak bisa mendarat di bandara AS lainnya. "Bayangkan terbang hampir sehari untuk .. segera harus terbang jauh-jauh ke rumah," tulis salah satu orang.
The New Zealand Herald melaporkan bahwa sebagian besar penumpang mengetahui bahwa mereka sedang berbalik saat mereka melihat jalur mereka di layar dalam penerbangan. Seorang penumpang, Michele Carbone, mengatakan kepada publikasi bahwa dia telah membatalkan penerbangan pada hari Senin karena Topan Gabrielle dan akan tiba di AS empat hari lebih lambat dari yang dia rencanakan semula.
"Jika Anda mengumpulkan semua orang dari pesawat itu di kamar mereka sekarang, Anda akan menemukan mereka mendidih karena kesal dan marah," katanya kepada Herald. Maskapai mengatakan pendaratan di bandara lain di Amerika Serikat pada akhirnya akan terlalu mengganggu operasi maskapai.
Mengalihkan Penerbangan
Air New Zealand meluncurkan rute ke New York, salah satu yang terpanjang di dunia pada bulan September. "Mengalihkan ke pelabuhan AS lain berarti pesawat akan tetap di darat selama beberapa hari, berdampak pada sejumlah layanan dan pelanggan terjadwal lainnya," kata pernyataan itu.
Penerbangan mendarat Jumat sore waktu setempat, dan penumpang dipesan ulang pada penerbangan yang dijadwalkan berangkat Jumat malam dan Sabtu. "Harus berada di sana sebagai salah satu hiburan terburuk sepanjang masa,” tulis Jason Rabinowitz, seorang analis perjalanan, di Twitter.
Pada bulan Januari, sebuah penerbangan Emirates yang meninggalkan Dubai berbalik arah dan mendarat di tempat yang sama setelah penerbangan 13 jam yang sia-sia karena banjir di bandara. Tujuan penerbangan yang dituju adalah Auckland, Selandia Baru.
Advertisement