Sukses

Ridwan Kamil Dukung Usulan Inggit Garnasih Jadi Pahlawan Nasional

Ridwan Kamil menyampaikan dukungannya terhadap Inggit Garnasih menjadi pahlawan nasional dalam sebuah unggahan di akun Instagram.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan dukungannya terkait usulan istri Sukarno, Inggit Garnasih sebagai pahlawan nasional. Hal tersebut terlihat dari unggahan yang dibagikannya melalui akun Instagram pribadi.

Kang Emil, begitu ia akrab disapa, membagikan sebuah unggahan yang menunjukkan potret Inggit Garnasih dan Sukarno di masa lalu. Ia juga menyertakannya dengan lagu latar bertajuk "Hero" yang dinyanyikan oleh Mariah Carey.

"SETUJUKAH IBU INGGIT GARNASIH DIJADIKAN PAHLAWAN NASIONAL?" tulis Ridwan Kamil dalam keterangan pembukan pada unggahan di Sabtu, 18 Februari 2023.

Ia menjelaskan bahwa Inggit Garnasih adalah istri Sukarno selama 20 tahun lamanya. Pengorbanan Inggit, dikatakannya luar biasa, ketika Bung Karno muda bersekolah di Bandung hingga pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.

"Ditemani Ibu Inggit, di tahun 1920-an Bung Karno memulai melakukan pergerakan politik dan melawan Pemerintah Kolonial Belanda sehingga akhirnya ditangkap dan dipenjara di Penjara Banceuy dan Sukamiskin di Bandung," lanjut Ridwan Kamil.

Suami Atalia Praratya ini mengungkapkan, kala itu, Inggit rela menjual hartanya dan membuat bedak untuk dijual. Pengorbanan ini dilakukan untuk membiayai makanan dan obat-obatan Bung Karno saat di penjara.

"Juga membelikan buku-buku yang membuat Bung Karno menjadi individu yang kuat dan cerdas intelektualitasnya," lanjutnya.

Disampaikan pula bahwa Inggit turut mendampingi Sukarno ketika dibuang ke Ende. "Sejarah mencatat di Ende lah pokok-pokok Pancasila direnungkan dan dirumuskan oleh Bung Karno ditemani Ibu Inggit Garnasih," jelas Ridwan Kamil.

Ia menambahkan, "Pemerintah Jawa Barat kemarin di hari lahirnya Ibu Inggit, 17 Februari, mengusulkan agar beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya kepada awal muasal sejarah kemerdekaan Indonesia."

"Semoga cita-cita dan kehormatan kepada Ibu Inggit ini bisa diwujudkan. Aamiin. Hatur Nuhun," tutup Ridwan Kamil.

 

2 dari 4 halaman

Kata Ridwan Kamil

Dikutip dari laman resmi Disparbud Jabar, Minggu (19/2/2023), Seminar Nasional Pengusulan Ibu Inggit Garnasih sebagai Calon Pahlawan Nasional dari Provinsi Jawa Barat Tahun 2023 dilakukan di Hotel Savoy Homan, Bandung pada Jumat, 17 Februari 2023. Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Benny Bachtiar dan dibuka oleh Ridwan Kamil.

Seminar tersebut adalah tindak lanjut dari aspirasi masyarakat dan merupakan bagian penting dalam pemenuhan syarat ketentuan perundang-undangan dalam pengusulan gelar pahlawan nasional. Pengusulan Inggit Garnasih sebagai pahlawan nasional ini menjadi yang ketiga kalinya.

Ridwan Kamil menilai sosok Inggit Garnasih punya peran penting dalam perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini khususnya dalam mendampingi kehidupan pribadi Sukarno.

"Kehormatan kepada Ibu Inggit sebagai istri Bung Karno. Saat Bung Karno lagi susah-susahnya yang membersamai itu adalah Bu Inggit," kata Ridwan Kamil.

Dalam waktu dekat Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga akan mewujudkan cita-cita Inggit Garnasih. Hal tersebut adalah dengan meresmikan Klinik Lansia Inggit Garnasih dan rencana pembangunan Patung Bung Karno.

"Bu Inggit punya wasiat yang belum terwujud. Bu Inggit punya cita-cita untuk punya klinik lansia. Bulan depan kami akan meresmikan Klinik Lansia Inggit Garnasih," terang Ridwan Kamil.

3 dari 4 halaman

Tentang Inggit

Dikutip dari laman Museum Indonesia, Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Banjaran, Kabupaten Bandung, 17 Februari 1888. Nama yang diberikan oleh orangtuanya, Ardipan dan Amsi, bermakna dan penuh harapan agar menjadi anak yang tegar, segar, menghidupkan dan penuh kasih sayang.

Menginjak dewasa, Garnasih menjadi seorang remaja putri yang cantik dan menarik. Ke manapun ia pergi selalu menjadi perhatian masyarakat sekitar terutama para pemuda.

Diantara mereka sering melontarkan kata-kata 'mendapat senyuman dari Garnasih sama dengan mendapat uang seringgit' (pada saat itu satu ringgit sama dengan 2,5 gulden Belanda dan nilainya masih sangat tinggi) yang akhirnya julukan inilah yang kelak merangkai namanya menjadi Inggit Garnasih.

Pada 1900 saat usia kurang lebih 12 tahun, Inggit Garnasih memasuki gerbang perkawinan pertamanya dengan Nata Atmadja yang menyandang jabatan sebagai patih pada Kantor Residen Belanda. Namun sayang perkawinannya tidak lama, berakhir dengan perpisahan.

Usai berpisah dengan Nata Atmadja, Inggit dilamar oleh H. Sanoesi seorang pedagang kaya dan sukses, juga seorang tokoh organisasi perjuangan Sarekat Islam Jawa Barat dan merupakan salah satu kepercayaan HOS Tjokroaminoto. Bagi Inggit, perkawinan keduanya ini merupakan awal kehidupan memasuki dunia politik dan pergerakan kemerdekaan Indonesia.

4 dari 4 halaman

Menikah dengan Sukarno

Pada waktu Kongres Sarekat Islam (1916), Inggit dipercaya untuk memimpin dapur umum, mengatur dan menerima undangan bagi seluruh peserta kongres yang datang dari seluruh tanah air. Kehidupan rumah tangga Inggit dengan H. Sanoesi berjalan dengan mulus dan penuh kasih sayang, sampai ketika seorang pemuda bernama Soekarno datang dengan berbekal surat dari HOS Tjokroaminoto untuk meminta keluarga H. Sanoesi dapat menerima Soekarno tinggal di rumahnya sebagai anak indekosan dalam rangka student di HTS (sekarang ITB).

Pada saat itu Soekarno sudah 'nikah gantung' dengan Oetari putri dari HOS Tjokroaminoto, namun dalam kehidupan sehari-harinya Oetari hanya dianggap adik oleh Soekarno bukan sebagai istri. Cinta adalah anugerah sekaligus misteri, datang dan pergi tidak pernah kita ketahui, hal ini pulalah yang kemudian menjadikan prahara dan badai cinta diantara H. Sanoesi, Soekarno, dan Inggit. Soekarno jatuh cinta pada Inggit Garnasih begitu pula sebaliknya.

Namun dilandasi pengertian yang luhur dan keikhlasan yang suci akhirnya badai itu dapat diselesaikan dengan baik. Penyelesaian dan kesepakatan antara ketiganya ibarat sebuah mimpi dalam kenyataan. H. Sanoesi dengan segala keikhlasan hatinya menceraikan Inggit yang dikasihinya demi tujuan luhur untuk mendampingi Soekarno yang diyakininya kelak akan memimpin dan memerdekakan bangsa Indonesia. Sedangkan Oetari oleh Soekarno diceraikan dan dikembalikan secara baik-baik pada HOS Tjokroaminoto.

Pada 24 Maret 1923, Inggit dan Soekarno menikah. Dalam surat nikah dicantumkan usia Soekarno yang baru 22 tahun itu menjadi 24 tahun, sedangkan usia Inggit diturunkan satu tahun menjadi 35 tahun.