Liputan6.com, Jakarta - Stasiun Cibatu di Garut, Jawa Barat mencuri atensi karena disebut pernah dikunjungi komedian legendaris Charlie Chaplin puluhan tahun silam. Stasiun yang terletak pada ketinggian daratan 612 meter ini didirikan pada 1889.
Dikutip dari Heritage KAI, Minggu (19/2/2023), tak jauh dari Stasiun Cibatu terdapat sebuah bangunan dipo lokomotif kecil yang kini berstatus sub dipo. Stasiun ini hadir usai diresmikannya jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cicalengka dengan Cilacap oleh Staatsspoorwegen, maskapai kereta api milik Pemerintah Belanda.
Advertisement
Pada 1926, dibuka jalur baru yang menghubungkan Cibatu dengan Cikajang. Jalur kereta api Cibatu-Cikajang tercatat sebagai relasi jalur yang melewati rute jalur tertinggi di pulau Jawa (+ 1200 m), namun sejak 1983 jalur kereta api Cibatu-Cikajang sudah tidak beroperasi lagi.
Tidak jauh dari stasiun, dibangun pula dipo lokomotif sebagai tempat perbaikan dan pemeliharaan lokomotif uap. Dipo lokomotif ini berfungsi sebagai dipo lokomotif cadangan jika ada lokomotif yang harus diganti dalam perjalanan karena kerusakan atau jika ada lokomotif dengan rangkaian yang membutuhkan tenaga tambahan (traksi ganda).
Pada 1983, seiring ditutupnya jalur Cibatu-Garut-Cikajang, dipo lokomotif Cibatu tidak lagi beroperasi sebagai salah satu dipo utama. Saat ini, dipo lokomotif Cibatu hanya berstatus sebagai sub dipo.
Semasa beroperasi, lintas Cibatu-Garut dengan panjang 19 kilometer membutuhkan waktu tempuh sekitar 50 menit, setiap empat kilometer terdapat stasiun sebagai pemberhentian. Pada 1926 tercatat enam kali perjalanan kereta api Cibatu-Garut, begitu pula arah sebaliknya.Â
Primadona
Sebagai penarik kereta digunakan lokomotif "Si Gombar", legenda lokomotif Garut yang sangat perkasa menghela rangkaian kereta api. Pada era kolonial Belanda, Stasiun Cibatu adalah stasiun primadona karena menjadi tempat pemberhentian wisatawan Eropa yang ingin berlibur ke daerah Garut.
Dalam buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897--1997 yang ditulis oleh Haryoto Kunto, antara 1935--1940 setiap hari di stasiun Cibatu diparkir selusin taksi dan limousine milik hotel-hotel di Garut, seperti Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang.
Kala itu, daerah Garut dengan kondisi alamnya yang indah adalah daerah favorit wisatawan yang berasal dari Eropa. Komedian legendaris Charlie Chaplin pada 1927 pernah menjejakkan kakinya di stasiun ini.
Saat itu Charlie Chaplin bersama aktris Mary Pickford sedang dalam perjalanan liburan ke Garut. Kedatangan kedua Charlie Chaplin ke Indonesia dikabarkan koran Het Niews van den Dag voor Nederland Indie yang terbit pada 29 Maret 1932. Sebuah telegram dari Singapura menginfokan Chaplin akan tiba disana pada Minggu malam.Â
Advertisement
Kedatangan Charlie Chaplin
Melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Chaplin akan meninggalkan Batavia pada hari Senin melanjutkan perjalanannya ke Garut. Pada 30 Maret 1932 Chaplin tiba di Garut. Meski hanya satu malam menginap di sebuah hotel di Garut, Chaplin mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan memunculkan banyak ide untuk film komedinya.
Diduga kedatangan Chaplin ke Garut menggunakan kereta api. Hal ini dikuatkan dengan sebuah potret Chaplin pada majalah Moesen 15 Januari 1995 dengan keterangan Charlie Chaplin op het perron van station Garoet, 1932.
Potret tersebut adalah koleksi Ernst Drissen yang diketehui pernah menetap di Garut. Selepas dari Garut, Chapling melanjutkan perjalanannya menyambangi Pulau Dewata.
Selain Chaplin, tokoh lain yang tercatat menjejakkan kaki di Stasiun Cibatu adalah Georges Clemenceau. Ia adalah pendiri koran La Justice (1880), L'Aurore (1897), dan L'Homme Libre (1913), sekaligus penulis politik terkemuka. Clemenceau menjadi Perdana Menteri Perancis dalam dua periode, yakni 1906--1909 dan 1917--1920.
Setelah kemerdekaan Indonesia, pada 1946, Presiden Republik Indonesia saat itu Sukarno, juga sempat berkunjung ke Stasiun Cibatu.
Pesona Garut
Kunjungan ini dalam rangkaian perjalanan menggunakan kereta api luar biasa melalui jalur selatan. Sepanjang perjalanan tersebut, rakyat di kota-kota kecil meminta Sukarno untuk turun di setiap stasiun, termasuk stasiun Cibatu, dan berpidato.
Seorang pelancong Eropa, H.M. Tomlinson mengisahkan perjalanannya ke Garut menggunakan kereta api dari Batavia. Berangkat dari Stasiun Kemayoran menuju Stasiun Cibatu dilanjutkan dengan kereta api tujuan Stasiun Garut.
Pada saat itu kereta api menjadi transportasi primadona, mengingat perjalanan kereta mengahadirkan pengalaman yang mengasyikkan. Para pelancong akan disuguhi pemandangan pegunungan dan lembah, serta pengalaman tidak terlupakan ketika melintasi jembatan serta terowongan yang tinggi dan panjang.
Sesampainya di Garut, pada pagi hari Tomlison melanjutkan perjalanan mengunjungi Gunung Cikuray, melewati sebuah desa kecil yang lestari. Dari atas Gunung Cikuray terbentang pemandangan hijau lembah Garut, sebuah pemandangan yang mungkin tidak pernah ditemui baik di Eropa maupun Amerika. Tomlison pun menyebut keindahan panorama di Garut sebagai sebuah Taman Surga.
Advertisement