Liputan6.com, Jakarta - Sejak ditetapkan jadi pandemi global pada Februari 2020, per 17 Februari 2023, WHO mencatat lebih dari 756 juta kasus positif COVID-19 yang mengakibatkan lebih dari 6,8 juta manusia meninggal dunia, dikutip dari situs webnya, Senin, 20 Februari 2023.
Percobaan menciptakan obat yang manjur untuk mengobati COVID-19 telah banyak dilakukan, tapi belum berbuah hasil. Dalam jurnal Pharmaceutical Sciences and Research, sebuah penelitian oleh Dwi Hartanti dan kawan-kawan dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada 2020, justru mengungkap potensi jamu untuk pengobatan COVID-19.
Â
Advertisement
Baca Juga
Variasi jamu tradisional Indonesia, seperti kunyit asam, temulawak, dan beras kencur tercatat dapat meredakan gejala COVID-19. Masing-masing racikan jamu membawa manfaat yang berbeda untuk badan. Jamu beras kencul, misalnya, dapat digunakan sebagai tonik guna menyegarkan badan dan menghilangkan rasa lelah.Â
Pemerintah juga mendorong digunakannya beberapa tanaman obat untuk menstimulasi sistem imun, di antaranya kunyit, temulawak, dan jahe merah. Ketiganya adalah bahan utama pembuatan jamu yang terbukti memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.Â
Sebelumnya, pengobatan tradisional Cina dan Ayurvedha dari India telah dipercaya berguna untuk perawatan COVID-19. Banyak kasus yang menunjukkan pasien akut COVID-19 dapat sembuh dengan mengonsumsi obat-obatan tradisional Cina, khususnya setelah mengonsumsi formula qing-fei-pai-du.
Oleh karena itu, jamu sebagai obat tradisional khas Indonesia dinilai memiliki efek penyembuhan serupa. Di China, obat-obatan tradisionalnya telah didaftarkan dalam pedoman COVID-19 negara tersebut.Â
Mengikuti Ramuan Tradisional Jitu Asal Cina
Tercatat 26 provinsi di Cina telah menerapkan pengobatan menggunakan obat tradisional yang diintegrasikan dengan pengobatan konvensional. Alhasil, 85 persen pasien COVID-19 dapat sembuh dengan obat tradisional.
Indonesia belum menganggap jamu sebagai obat penanganan COVID-19. Akan tetapi, terdapat beberapa tanaman obat dan obat herbal yang banyak dikonsumsi. Salah satu obat herbal yang paling terkenal adalah Herbavid-19.
Walau terdaftar sebagai obat yang dibuat di Indonesia, komposisi Herbavid-19 menyerupai obat tradisional Cina bernama yin-qiao yang terdiri atas tanaman Lonicera japonica dan Forsythia suspensa. Formula ini dapat membantu penyembuhan kasus COVID-19 gejala ringan hingga sedang, karena dapat mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan, serta melancarkannya.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Herbavid-19 mengklaim dapat membantu memelihara sistem kekebalan tubuh, serta meringankan gejala batuk, demam, dan sakit tenggorokan.
Kendati belum ada dalam pedoman COVID-19 seperti China, pemerintah Indonesia telah menyarankan penggunaan beberapa tanaman obat untuk menstimulasi sistem imun demi menangani COVID-19
Advertisement
Tanaman yang Disarakan untuk Pengobatan COVID-19
Tanaman-tanaman dalam daftar tersebut adalah kunyit, temulawak, jahe merah, jambu biji, meniran hijau, dan sambiloto. Penggunaan daun kelor dan bawang putih juga disarankan untuk memodifikasi respons sistem tubuh dan dinilai mampu meredakan gejala COVID-19 seperti batuk dan sakit tenggorokan.
Dari tanaman-tanaman yang disebutkan di atas, terdapat empat formula racikan yang dapat digunakan untuk menangani gejala COVID-19 dan menjaga sistem imun.
Pertama adalah campuran kulit pohon kayu manis, jeruk nipis, dan jahe merah. Formula ini adalah variasi dari minuman wedang jahe yang secara tradisional digunakan untuk menghangatkan tubuh, meningkatkan nafsu makan, membantu pencernaan, dan mengobati nyeri rematik.
Formula kedua ialah ramuan yang terdiri atas rimpang lengkuas, jeruk nipis, dan kunyit. Ramuan ini adalah modifikasi dari formula klasik minuman jamu kunyit asam. Secara tradisional, ramuan ini digunakan sebagai tonik umum untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Formula ketiga terdiri atas temulawak, bagian aerial meniran hijau, dan jahe merah. Ini adalah variasi jamu temulawak klasik yang secara tradisional digunakan untuk hepatoproteksi, yakni memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia, dan virus.
Terakhir, racikan kencur, beras, dan daun pandan wangi. Ramuan ini adalah variasi dari jamu beras kencur klasik yang secara tradisional digunakan untuk tonik umum, serta menyegarkan, menghilangkan rasa lelah, memperlancar peredaran darah dan nafsu makan.Â
Â
Hal yang Harus Diperhatikan
Meski jamu terbukti memiliki potensi sebagai pengobatan COVID-19, ada tiga aspek yang harus diperhatikan ketika mengonsumsi jamu. Pertama, jaminan keamanan produk. Obat-obatan herbal dapat menyebabkan hiperstimulasi sistem kekebalan tubuh, bahkan berpotensi mengancam jiwa apabila berkenaan dengan kasus COVID-19.
Kedua, bukti keamanan dan khasiat obat herbal harus diperoleh berdasarkan uji klinis. Per Maret 2020, terdapat 14 klinik uji coba obat tradisional China untuk pengobatan COVID-19. Pada Juni 2020, ada dua klinis uji coba produk herbal Indonesia untuk tujuan yang sama di Jakarta.
Terakhir, jangan sampai terlambat berobat karena bergantung pada pengobatan jamu. Pasien memang dapat dengan mudah mengakses produk herbal yang dijual bebas dan tidak memerlukan resep dokter.
Tapi, jamu dan obat-obatan herbal lainnya tidak boleh digunakan dalam suatu kondisi darurat, termasuk pada fase akut dari infeksi virus.
Â
Disclaimer: Jamu adalah ramuan tradional berbahan alami yang bisa membantu kesehatan tubuh. Bila ada keluhan kesehatan, sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
Advertisement