Sukses

Yakin Tidak Mau Melirik Sutra Asli Sulawesi Selatan?

Setelah sempat berjaya di tahun 60-an, industri sutra asli Sulawesi Selatan berniat digeliatkan kembali.

Liputan6.com, Jakarta - Fesyen dalam negeri tidak melulu tentang desain, namun juga potensi pengadaan bahan baku. Sementara China dan India sudah lebih dulu mahsyur dengan produksi sutra, Indonesia juga membidik peluang suplai material itu.

Tepatnya, geliat produksi sutra akan kembali digerakkan di dua kabupaten di Sulawesi Selatan: Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng. Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menyebut bahwa sutra asli Sulawesi Selatan pernah berjaya pada tahun 1963.

"Sayangnya sempat hilang karena persaingan global dan larangan impor telur ulat (sutra)," katanya dalam talkshow bertajuk "Mengembalikan Kejayaan Sutra di Kabupaten Wajo dan Soppeng" di International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) 2023 di Jakarta Convention Canter (JCC), Rabu, 1 Maret 2023.

Tahun ini, Andi menyambung, pihaknya "mendapat respons dari pemerintah pusat untuk boleh mengimpor kokon." "2,5 juta pohon murbei (sebagai rumah ulat sutra) sudah dibeli dan ditanam. Kami juga menyediakan alat pemintal terbaik dan mesin celup untuk pewarna standar ekspor," sebutnya.

Upaya mengembalikan kejayaan sutra Sulawesi Selatan, sebut Andi, dilakukan secara bertahap, mulai dari pembenahan pertanian, penanaman pohon, hingga pengadaan mesin pemintalan sampai bagaimana nanti menjadi kain dan bisa bersaing untuk diekspor.

"Pohon-pohon murbei yang sudah ada pun dipastikan (tumbuh dengan) kualitas baik. Salah satunya tidak pakai pestisida," sebut Bupati Wajo, Amran Mahmud, di kesempatan yang sama. "Kami juga terus membina para petani hingga akhirnya Wajo kembali jadi 'Kota Sutra.'"

 

2 dari 4 halaman

Membenahi Kualitas Benang Sutra

Pengadaan berbagai penunjang produksi sutra Sulawesi Selatan, terutama mesin pemintal yang disebut Andi sudah lama jadi idaman para petani sutra, sengaja dilakukan untuk memotivasi masyarakat. "Kita timbulkan terus euforianya (supaya masyarakat mau jadi petani sutra)," ia menyebut.

Di samping itu, pihaknya juga membenahi kualitas benang sutra mereka. Andi berkata, "Benang yang kasar, yang tidak terlalu bagus kualitasnya sudah tidak ada. Sekarang, (benang sutra Sulsel) sudah halus dan punya kualitas layak ekspor."

Tidak berhenti di situ, pihaknya pun tengah berusaha membuat indukan agar kokon mereka selalu ada. Kalau sudah dapat indukan, menurut Andi, bukan mustahil sutra Sulawesi Selatan berjaya kembali. "Teknologi sudah masuk, sistem pertanian telah diekspansi, (kami juga melakukan) pendekatan dengan mengedukasi masyarakat secara lebih luas," imbuhnya.

Dalam praktiknya, Andi berharap bahwa produk sutra bisa selesai di Indonesia, tepatnya di wilayahnya, "sehingga kami bisa menjadikan sentra-sentra sutra di Sulsel lebih kuat," sebutnya. Masyarakat Sulsel sendiri disebutnya sudah familiar dengan sutra. Karena itu, inisiasi ini dipercaya Andi akan diadaptasi dengan cepat.

 

3 dari 4 halaman

Produk Jadi

Memasifkan inisiasi ini, Andi mengaku bahwa pihaknya telah membawa sutra asli Sulawei Selatan ke berbagai acara, termasuk INACRAFT 2023. Bupati Soppeng, Andi Kaswadi Razak, bahkan menyebut bahwa aparatur sipil negara (ASN) di wilayahnya nanti akan diwajibkan memakai produk sutra sebagai bentuk dukungan konkret. 

"Kampanye terus kami lakukan," aku Andi. "Di samping itu, ada juga marketplace yang membuat pemasaran sutra ini bisa (dilakukan dalam skala) global."

Dalam target jangka pendek, Andi mengatakan bahwa pihaknya ingin memenuhi 95 persen kebutuhan nasional akan material sutra. "Kalau kita sudah terkejar 95 persen, itu saja sudah banyak, baru melihat pasar internasional," katanya.

Pun akhirnya sutra asli Sulawesi Selatan bakal diekspor, mereka ingin itu berupa produk jadi. Sekarang, produksi sutra memang lebih banyak menghasilkan produk jadi, sebut Andi.

"Belakangan, orang cenderung cari produk buatan tangan. Mereka melihat itu ada value lebihnya, mencari yang lebih estetis. Apalagi secara kualitas, (produk buatan tangan) tidak kalah dengan buatan pabrik," ia mengatakan.

 

4 dari 4 halaman

Berjalan Kontinu

Memastikan industri sutra Sulawesi Selatan terus berjalan, bahkan ketika ia sudah turun jabatan nanti, Andi mengandalkan kuatnya ekosistem petani sutra lokal. "Tanya petani maunya apa. Kalau pakai ide langsung bikin, bikin, bikin, (saya) yakin itu tidak akan jalan," katanya.

"Jadi, lebih kepada apa yang dibutuhkan petani," turutnya. "Ini selalu tentang mempertemukan gagasan praktisi, akademisi, dan pemerintah untuk intervensi, itu wajib. Tiga itu tidak ketemu, idenya bakal susah (dieksekusi)."

Sepanjang tahun ini, pihaknya menargetkan memiliki cukup sumber daya guna menjalankan mesin pemintal benang sutra yang sudah dimiliki. "Targetnya akan ada empat juta pohon (murberi) di Wajo, sekarang baru 2,5 juta pohon. Sisanya akan dilengkapi dengan anggaran sekitar Rp3 miliar," ia menyebutkan.

Andi menyambung, "Kami juga memberikan alat-alat tambahan, beberapa sampel kain jadi, juga pelatihan (pada para perajin sutra Sulawesi Selatan)."

Dalam jangka panjang, Andi berharap bahwa industri sutra Sulawesi Selatan akan berkembang untuk jadi daya tarik wisata. "Melihat bagaimana produksi sutra di desa wisata, misalnya. Dengan begitu, industri sutra juga bisa membawa value lain," tandasnya.

Sementara, INACRAFT edisi ke-23 masih akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) hingga 5 Maret 2023. Bertajuk "From Smart Village to Global Market," pihaknya berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam menampilkan produk-produk kerajinan unggulan dan kreatif, sekaligus mengangkat kekayaan tradisi, seni, dan budaya Sulawesi Selatan dengan tagline "The Authentic South Sulawesi."

Di samping itu, pamerannya juga diikuti 1.118 UKM yang terdiri dari 904 anggota ASEPHI, 214 non-anggota, dan 61 peserta binaan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian BUMN, serta Kementerian Hukum dan HAM.