Sukses

Belajar Cantik Luar Dalam di Kelas Makeup for Healing

Di kelas makeup for healing, peserta diajak tak hanya untuk merias diri, tapi belajar mengapresiasi kecantikan sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap orang memiliki definisi cantiknya masing-masing sehingga tidak ada standar kecantikan dari segi fisik yang bisa jadi patokan. Namun, kecantikan perlu dirawat dari luar dan dalam. 

"Kalau kita ngomongin beauty, beauty standard, kita tahunya berdasarkan definisi yang kita tahu dari majalah, pertemanan," ujar Tri Nuraini, seorang life coach dalam kelas makeup bertajuk “Blooming: Becoming Beautiful You Inside Out” digelar di The Tribrata, Jakarta Selatan, Minggu, 5 Maret 2023.

"Tapi pernah nggak sih kita nanyain ke diri sendiri, cantik itu apa menurut kita sendiri?" tanya Tri kepada 15 wanita yang menjadi peserta lokakarya.

Kelas digelar untuk membantu perempuan merasa percaya diri dari dalam. Kelas itu terdiri dari beberapa latihan kecil yang dirancang untuk menumbuhkan perasaan positif terhadap diri sendiri, yang terbagi atas dua topik besar, self-appreciation (apresiasi diri) dan self-acceptance (penerimaan diri).

Setiap orang dibagikan selembar kertas dan pulpen, kemudian diminta untuk menuliskan definisi cantik menurutnya masing-masing, dan bagaimana mereka melihat dirinya dari definisi itu. Setelah menulis selama tiga menit, setiap orang membagikan definisi cantiknya kepada teman di sebelahnya. 

Beberapa peserta membagikan definisinya, merasa bahwa cantik itu alami, ada yang menilai bahwa cantik itu harus baik hatinya, dan ada yang berpendapat bahwa cantik itu menjadi versi terbaik dan tersehat dari dirinya. Tri merangkum, "Nggak ada yang bilang cantik harus tinggi, putih. Semuanya inner beauty." Ia melanjutkan, "It’s in your essence. So you can feel beatiful now, nggak harus nunggu besok."

 

2 dari 4 halaman

Makeup Membuat Percaya Diri

Kelas diinisiasi oleh Rezy Andriati, seorang makeup artist. Kepada Liputan6.com, ia menyatakan, "Kita ngadain event ini sebenarnya tujuannya untuk sharing kebahagiaan ke teman-teman semua.” 

Acara dimulai dengan berbagi dan lokakarya yang membicarakan berbicara perspektif kecantikan dari dalam. Setelah itu, peserta akan mendapat kelas “makeup for healing”.  

Menurut Rezy, perempuan perlu merasa cantik dari luar maupun dalam. "Ketika dalamnya kita sudah mulai bisa sehat, bisa waras, maka dari situ, bagaimana caranya kita bisa, kalau kita tuh lagi sedih atau depresi jangan sampai dari luarnya akan terlihat galau," ujarnya.

Rezy menceritakan bahwa konsep makeup for healing tercetus karena dirinya sempat merasa di fase yang sulit dalam hidupnya hingga tidak ingin bangun tidur dan berangkat kerja. Namun, ia merasa merias diri adalah salah satu solusi dari kesedihannya.

Perempuan yang telah menjadi makeup artist selama enam tahun ini berkata, "Dari situ aku ngerasa, dari aku mulai minimal mempercantik diri sesimpel mungkin, itu tuh ngebuat mood booster aku untuk menjalani hari dengan baik."

Rezy melanjutkan, "Menurut aku makeup itu membantu ya. Membantu kita untuk membuat kita menjadi lebih percaya diri."

3 dari 4 halaman

Belajar Mencintai Diri Sendiri

Konsep kelas makeup itu sangat sederhana dan dapat dilakukan bahkan untuk perempuan yang masih baru belajar makeup. "Makeup for healing itu secara garis besar bagaimana kita terlihat cantik tanpa effort untuk terlihat cantik," ujar Rezy.

Setiap peserta melakukan makeup bersama-sama dengan dipimpin oleh Rezy. Semuanya dilengkapi dengan cermin serta beberapa produk makeup mendasar, yaitu lipstik, maskara, pensil alis, dan eyeshadow berwarna pink. 

Sebelum merias wajah, peserta dibangun kepercayaan dirinya dengan latihan mengapresiasi dirinya. Tri Nuraini selaku life coach dan penulis meminta para peserta mendaftarkan 10 hal yang dicintai dari dirinya sendiri. Ia merasa, kebanyakan orang lebih sering menerima pujian orang lain dengan penolakan.

Ia bertanya kepada para peserta, "Siapa yang terakhir kali dipuji, tapi kitanya ngurang-ngurangin?" Beberapa peserta masih mengangkat tangan. 

Setelah menulis 10 hal yang disukai diri sendiri, para peserta membagikannya dengan teman sesama peserta yang lain. Mereka kemudian diminta merefleksikan pertanyaan selanjutnya, yakni 10 hal yang disukai dari hidupnya saat ini. Latihan tersebut membuat peserta merasa jauh lebih menghargai hidup dan dirinya. Bahkan seorang peserta sampai menangis, karena latihan tersebut menyadarkan dirinya bahwa ia masih kuat bertahan padahal sedang berada di fase terberat hidupnya. 

Menutup lokakarya, peserta diminta membentuk kelompok berpasangan kemudian menatap mata pasangannya selama dua menit tanpa berbicara. Setelah itu, peserta diminta mengomentari apa yang dirasakan atau dipikirkan dari pasangannya. 

4 dari 4 halaman

Refleksi Diri

Tri merasa topik mencintai diri sendiri sangat penting dibicarakan dewasa ini karena banyak yang kesulitan menerima diri sendiri karena membandingkan dengan orang lain. "Selama ini tuh kita banyak butuh sesuatu tuh dari eksternal, standar eksternal, apa kata orang," tuturnya.

Padahal, menurut dia, mencintai diri sendiri adalah sebuah proses panjang dan harus dilatih. "Nah, kayak gitu kayak gitu tuh sebenarnya gampang diomongin, tapi yang susah aplikasinya atau merasakannya."

Life coach yang telah melewati banyak rintangan hidup itu kemudian meluncurkan dua buku pada 2022 lalu. Buku pertamanya berjudul I’m Worthy: Menerima Diri Sendiri Sepenuhnya Tanpa Tapi yang rilis pada Agustus 2022. "Isinya banyak refleksi perjalanan diri sih. Menerima diri dan memaafkan diri."

Sebagai pendamping buku itu, Tri Nuraini merilis satu buku berjudul Self Love Journal untuk para pembaca berefleksi tentang pertanyaan-pertanyaan. “Dia bentuknya kayak jurnal aja yang bisa diisi, diwarnai, ada prompts-promtsnya based on bukunya,” ungkap Tri. Salah satu contoh pertanyaan reflektifnya ialah pembaca diminta mendaftarkan apa saja hal-hal yang disyukuri hari ini.