Sukses

Ditinggalkan di Tengah Laut Hawaii, Pasutri Tuntut Operator Tur Snorkeling Rp76,5 Miliar

Sebelum ditinggalkan di tengah laut Hawaii, pasutri itu sedang asyik bersnorkeling.

Liputan6.com, Jakarta - Niat bulan madu berubah jadi mimpi buruk bagi pasangan suami istri (pasutri), Alexander Burckle dan Elizabeth Webster. Mereka ditinggalkan terkatung-katung di tengah laut Hawaii saat sedang snorkeling untuk mengisi agenda bulan madu.

Kejadian bermula saat pasutri itu pergi untuk snorkeling ke Lanai, sebuah pulau kecil dekat Maui, pada September 2021. Tiba-tiba laut berombak saat mereka sedang snorkeling. Tak disangka, kapal yang membawa keduanya ke titik tersebut bergegas pergi.

Setelah menyadari bahwa mereka ditinggalkan kapal, pasangan itu berusaha untuk tetap mengambang. Mereka mencoba membuat sinyal marabahaya, tetapi berakhir di perairan yang lebih dalam dan berombak, demikian keterangan dalam dokumen gugatan pengadilan.

Pengantin baru itu pun mulai panik dan berjuang untuk berenang dalam kondisi laut demikian. Dikutip dari NY Post, Senin (6/3/2023), pengacara pasutri itu mengklaim, "Mereka takut waktu tenggelam sudah dekat."

beruntung, pasangan itu akhirnya berhasil naik ke tepi pantai Lanai. Berdasarkan gugatan hukum yang diajukan, saat mencapai pulau, mereka 'sangat kelelahan dan dehidrasi'.

Webster lalu mencoba menulis pesan 'SOS' dan 'Help' di pantai, tetapi tidak ada satu pun kapal yang datang menyelamatkan mereka. Penduduk lokal belakangan menemukan mereka, memberi mereka air, dan mengizinkan mereka menggunakan ponselnya.

Webster kemudian menelepon Sail Maui, operator tur snorkeling yang membawa pasangan itu. Berdasarkan catatan hukum, perusahaan tidak menyadari bahwa ada tamu mereka yang hilang dalam tur tersebut.

 

2 dari 4 halaman

Tidak Terorganisir

Atas pengalaman buruk yang dialami, pasangan itu akhirnya memutuskan untuk menggugat operator tur bersangkutan senilai 5 juta dolar AS atau sekitar Rp76,5 miliar. Menurut pengacara pasutri itu, Jared Washkowitz, perusahaan tur itu tidak terorganisir dan "tidak membuat batasan", mengidentifikasi penjaga pantai, atau memastikan perenang snorkel menggunakan sistem pertemanan.

Dia juga mengatakan perusahaan melakukan tiga kali penghitungan, tetapi masih tidak pernah menyadari bahwa pasangan tersebut hilang hingga semuanya terlambat. Pada akhirnya, Washkowitz mengatakan insiden itu bisa berakhir lebih tragis.

"Mereka menghabiskan banyak waktu di dalam air dan jika mereka tidak muda, orang sehat yang atletis," kata Washkowitz, kepada Insider. "Mereka mungkin sudah tenggelam."

Insiden berkaitan dengan snorkeling juga menimpa seorang wanita di lepad pantai Cornwall, Inggris. Perempuan itu dilaporkan digigit hidu saat berada di perairan dekat pelabuhan di Penzance pada 28 Juli 2022, lapor The Sun, seperti dilansir Rabu, 3 Agustus 2022.

Ia menderita cedera kaki dan dirawat petugas medis di tempat kejadian sekitar pukul 12.30, waktu setempat. Media lokal mencatat bahwa wanita itu sedang melakukan perjalanan wisata untuk melihat hiu biru saat insiden itu terjadi.

3 dari 4 halaman

Insiden Langka

Wanita yang tidak disebutkan namanya itu telah berbicara tentang serangan tersebut melalui perusahaan eksplorasi hiu. Dia berkata, "Saya hanya ingin mengatakan bahwa, terlepas dari bagaimana perjalanan berakhir, sungguh menakjubkan untuk melihat makhluk agung seperti itu di alam liar dan saya tidak ingin kejadian aneh ini menodai reputasi spesies yang sudah teraniaya."

"Saya ingin berterima kasih pada semua orang atas tindakan mereka yang luar biasa," ia menambahkan. "Insiden yang sangat menakutkan ini jadi lebih mudah (dilalui) dengan kebaikan dan ketenangan orang-orang di sekitar saya."

"Terima kasih pada tim perjalanan karena telah membawa saya kembali ke pantai dengan cepat dan hati-hati dan membuat saya merasa seaman mungkin. Kita semua mengambil risiko ini ketika memasuki habitat pemangsa dan kita tidak pernah bisa sepenuhnya memprediksi tindakan hewan liar," tuturnya.

Perusahaan perjalanan, Blue Shark Snorkel Trips, mengatakan, "Kami ingin membuat semua orang sadar bahwa kami telah mengalami insiden. Kejadian ini sangat jarang dan dapat dengan mudah disalahpahami, sehingga kami ingin ini ditangani dengan bijaksana."

4 dari 4 halaman

Gunung Laut

Dari dalam negeri, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan Erwin Andriatmoko mengimbau warga tidak khawatir dan panik dengan informasi temuan gunung bawah laut di perairan setempat. "Gunung itu betul ada, akan tetapi tidak ada kaitannya dengan aktivitas kegempaan yang terjadi di wilayah Pacitan selama ini," kata Erwin di Pacitan, Senin, 20 Februari 2023.  

Hal itu ditekankan Erwin menyusul viralnya berita temuan gunung bawah laut yang ada di kedalaman 3-4 kilometer di bawah permukaan laut, 200 kilometer barat daya Kota Pacitan. Ia menegaskan, gunung yang diidentifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG) memiliki ketinggian sekitar 2.300 meter dari dasar laut itu sudah ada sejak lama, tapi keberadaannya baru diketahui akhir-akhir ini.

"Tidak pernah ada dalam sejarah kemunculan gunung, apalagi gunung sebesar itu dengan tiba-tiba. Dalam artian sekali proses gempa. Berarti gunung itu sudah lama ada cuma baru terdeskripsi atau baru ditemukan," terangnya.

Dengan logika dasar itu, Erwin memastikan tidak ada kaitan antara keberadaan gunung bawah laut itu dengan aktivitas kegempaan yang kerap terjadi dan dirasakan di wilayah Pacitan. Dia mengaku juga sudah berkoordinasi dengan pejabat/petugas di BIG yang khusus menangani masalah pergunungan.

Erwin berkesimpulan bahwa terbentuknya gunung bawah laut di barat daya Kabupaten Pacitan itu terbentuk akibat tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi sejak berjuta tahun lalu. "Sama seperti Gunung Jaya Wijaya, Gunung Everest. Everest itu kalau dilihat dari sejarahnya itu dulu lautan, sekarang menjadi gunung tertinggi di dunia. Jadi sama saja, bahwa itu terbentuk karena proses alam lipatan yang terjadi sejak berjuta-juta tahun lalu, sehingga terbentuklah gunung seperti itu," paparnya. Â