Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan Spanyol menerima kompensasi sebesar 204 ribu euro (sekitar Rp3,3 miliar) selepas bercerai. Hakim di Pengadilan Malaga, selatan Spanyol, memutuskan hal itu setelah menghitung pendapatan yang bisa diterima Ivana Moral bila digaji minimum 1.080 euro per bulan untuk pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya selama 25 tahun menikah.
Menurut putusan yang diumumkan pada Selasa, 7 Februari 2023, mantan suaminya juga harus membayar uang pensiun sebesar 500 euro atau sekitar Rp8,2 juta kepada Moral setiap bulan. Dia pun harus membayar biaya hidup sebesar 1000 euro setiap bulan untuk dua putrinya yang kini berusia 14 dan 20 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Strait Times, Jumat (10/3/2023), dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris, Moral berkata, "Jelas ini adalah kasus pelecehan, karena sepenuhnya dikecualikan secara finansial (oleh mantan suami saya) setelah pernikahan saya berakhir, sehingga anak-anak saya dan saya tidak punya apa-apa setelah bertahun-tahun memberikan waktu, energi, dan cinta saya ke dalam keluarga."
"Saya mendukung suami saya dalam pekerjaannya dan dalam keluarga sebagai ibu dan ayah. Saya tidak pernah diizinkan mengakses urusan keuangannya, semuanya atas namanya."
Pasangan itu menikah pada 1995 dan Moral meminta cerai pada 2020. Pengadilan mendengar bahwa mantan suami Moral, yang tidak disebutkan namanya dalam dokumen pengadilan, telah membangun bisnis gym yang sukses. Dengan hasil tersebut, pria itu membeli kendaraan mewah, seperti mobil sport Porsche, sepeda motor Range Rover dan BMW, dan perkebunan minyak zaitun seluas 70 hektare senilai 4 juta euro.
Suara untuk Perempuan yang Hidup di Bawah Bayang-Bayang Suami
Moral mengatakan mantan suaminya 'tidak ingin dia bekerja', hanya mengizinkannya untuk bekerja di gym miliknya. "Aku telah membaktikan dirinya secara khusus untuk pekerjaan rumah tangga, merawat suamiku dan rumah," katanya kepada radio Cadena Ser.
"Dia membuatku harus mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, sampai-sampai saya berada di tempat di mana saya tidak bisa melakukan banyak hal lain," imbuh Moral. Ketika anak sulungnya genap berusia 16 tahun, suaminya berhenti membayarkan uang sekolahnya sehingga anak remaja itu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Bahkan ketika mereka menikah, pria itu meminta Moral untuk menandatangani perjanjian pemisahan harta yang menyatakan dia akan menyimpan seluruh kekayaannya dan mereka akan membagi kepemilikan bersama. Hasilnya, Moral hanya diberi setengah dari rumah mereka.
Moral memutuskan bicara di media karena ia ingin perempuan tahu bahwa mereka bisa menuntut atas pekerjaan rumah yang tidak dibayar, meski mereka memiliki kesepakatan itu. Pengacaranya mengatakan putusan itu mewakili kerja tak terlihat dari "semua wanita dalam bayang-bayang" yang menjalankan rumah tangga selama bertahun-tahun sementara sang suami mengembangkan karier profesionalnya.
"Agar dia bisa melanjutkan karirnya, dia tinggal di rumah untuk menjaga anak-anak, dan mereka tidak pernah menghubungi siapa pun untuk membantunya. Dia adalah bayangannya, bekerja di belakang (dia) sehingga dia bisa bangkit secara profesional dan menjadi seseorang," katanya. Mantan suami Moral diperkirakan akan mengajukan banding atas keputusan pengadilan.
Advertisement
Kasus Kompensasi Serupa di China
Seorang wanita asal China yang bercerai menerima 30 ribu yuan (sekitar Rp66 juta) sebagai kompensasi karena jadi istri dan ibu penuh waktu selama menikah. Ini kemudian memulai wacana nasional tentang pekerjaan rumah tangga di China daratan.
Uang kompensasi tersebut diterima wanita bermarga Wang dari Kota Suzhou di Provinsi Jiangsu, Cina Timur ini, karena telah jadi pengasuh keluarga penuh waktu selama sekitar tujuh tahun menikah dengan suaminya yang bermarga Tan. Mereka memutuskan bercerai tahun ini, menurut SCMP, seperti dilansir dari AsiaOne, Selasa, 21 Juni 2022.
Selama menikah, Wang adalah seorang istri yang tinggal di rumah dan merawat putra mereka yang lahir prematur tidak lama setelah pasangan itu menikah pada 2015. Wang juga menangani semua pekerjaan rumah tangga, sementara Tan bekerja penuh waktu.
Pasangan itu jadi terasing satu sama lain setelah beberapa tahun pertama pernikahan, hingga memutuskan hidup terpisah pada 2021. Sejak itu, Wang tinggal bersama putra mereka dan bekerja paruh waktu. Selama proses perceraian, Wang meminta kompensasi dari Tan untuk pekerjaan rumah tangga dan membesarkan anak hasil pernikahan mereka.
"Wang mengatakan, ia telah bekerja sebagai ibu rumah tangga penuh waktu setelah menikahi Tan, dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga, termasuk mencuci pakaian, memasak, mengasuh anak, dan berbelanja, jadi ia menuntut kompensasi," petugas hukum bermarga Zhang di gedung pengadilan setempat mengatakan pada berita situs Lichi News.
Bikin Takut Wanita untuk Menikah
Zhang mengklaim bahwa Tan menunjukkan sangat sedikit rasa hormat terhadap nilai pekerjaan rumah yang dilakukan Wang. Si mantan suami juga tidak setuju bahwa Wang telah berkontribusi secara signifikan bagi keluarga dalam hal keuangan.
Pengadilan memutuskan bahwa Tan harus membayar satu kali pembayaran sebesar 30 ribu yuan (sekitar Rp66 juta) pada Wang untuk pekerjaan rumah tangga. Ia juga diperintahkan, membayar pembiayaan rutin putranya yang berusia tujuh tahun yang masih dibesarkan Wang.
Kasus ini jadi viral di media sosial China daratan. Banyak orang berpikir pembayaran untuk pekerjaan rumah terlalu kecil. Seorang pengguna Weibo, semacam Twitter versi China, berkomentar, "Betapa murahnya seorang ibu rumah tangga! Apakah mungkin untuk menyewa pengasuh dengan jumlah uang sebanyak itu?"
Yang lain berkata, "Ibu rumah tangga bukan pengasuh gratis. Semua orang tahu menjadi seorang istri jauh lebih sulit daripada bekerja sebagai pengasuh. Tidak heran semakin banyak wanita semakin takut menikah dan melahirkan."
Advertisement