Liputan6.com, Jakarta - Lomba motor trail yang dilaporkan merusak kebun edelweiss di Ranca Upas, Ciwidey, Kabupaten Bandung telah jadi sensasi online selama sepekan terakhir. Insiden ini salah satunya dibahas pengguna Instagram @sarirw_ lewat unggahan video di akunnya, beberapa waktu lalu.
Di klip itu, ia menulis, "Lagi santai tiba-tiba didatangi ratusan motor trail. Awalnya lucu. Menikmati nonton sambil makan kacang. Lama-kelamaan makin banyak, dan tanahnya loncat-loncat ke tenda." Mendapati itu, Sari dan ketiga orang lain di rombongannya memutuskan pindah lokasi tenda.
Advertisement
Baca Juga
"Ternyata banyak lapak camp jadi rusak karena motor trail," imbuhnya. Sari bercerita bahwa rombongannya berkemah di Ranca Upas pada Sabtu, 4 Maret 2023, dan meninggalkan area itu pada Minggu, 5 Maret 2023 sekitar pukul 15.00, waktu setempat.
"Dari awal pas masuk, mereka (pengelola Ranca Upas) tidak memberi tahu ke kami bakal ada acara seramai itu. Mungkin mereka pun enggak tahu juga bakal kacau seperti itu," katanya pada Liputan6.com, lewat DM Instagram, Sabtu (11/3/2023).
Ia menyambung, "Ini bisa dibilang murni kesalahan panitia penyelenggara acara. Mereka tidak observasi terlebih dahulu tempat dan kodisi di sana (Ranca Upas)."
Sebagai pengunjung yang berada di waktu balap motor trail berlangsung, Sari dan rombongannya menyayangkan kondisi itu karena event  "tidak diatur dengan baik." "Mungkin kalau memang ini acaranya besar dan banyak pesertanya, mereka (pengelola maupun panitia acara) bisa memberi imbauan pada kami yang hanya camping," katanya.
Kacaunya Balap Motor Trail di Ranca Upas
Pasalnya, menurut Sari, banyak orang yang menyangka bahwa rombongannya juga peserta balap motor trail. "Ini tidak bisa menyalahkan peserta juga sebetulnya karena mereka tidak tahu trek yang mereka lalui seperti apa," katanya, menambahkan bahwa keterangan ini didapat karena salah satunya temannya mengobrol dengan peserta balap motor trail.
Ia menyambung, "Mereka (peserta balap motor trail)Â pun banyak yang bingung mencari jalan dan tidak ada evakuasi untuk motor peserta yang menyangkut di lumpur. Jadi, banyak peserta yang mengambil jalan secara acak sampai area camping jadi rusak, tempat bunga-bunga (edelweiss) rawa juga jadi rusak."
"Kalau ada panitia di setiap tempat dan trek untuk memberitahu jalur yang benar, juga mendirikan tempat evakuasi, mungkin tidak akan seperti ini," imbuhnya.
Ia berkata, "Banyak juga (peserta balap motor trail) yang berkomentar ternyata tanah Ranca Upas itu berair. Jadi, tidak cocok dipakai untuk jalan motor apalagi dipakai trail, bisa-bisa tenggelam di lumpur."
Advertisement
Peserta Balap Motor Trail di Ranca Upas Minta Makan ke Pengunjung
Lebih lanjut Sari mengaku bahwa para peserta balap motor trail tidak diberi konsumsi. "Sampai-sampai ada yang datang minta makanan ke tenda kami," ia bercerita. "Kata orang-orang, itu registrasi peserta satu orang Rp200 ribu, dan ternyata begitu masuk Ranca Upas bayar lagi (tarif masuk)."
Melansir tayangan Liputan6 SCTV, Sabtu (11/3/2023), Bupati Bandung, Dadang Supriatna, menegaskan bahwa acara balap motor trail di Ranca Upas tidak memiliki izin. Biasanya, kata dia, ada surat permohonan atau dokumen serupa sebelum kegiatan tertentu berlangsung. Namun, ia mengaku tidak menerima informasi apapun terkait acara yang dimaksud.
Terkait insiden ini, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pun buka suara. Melalui cuitan di akun Twitter-nya, 9 Maret 2023, ia menulis, "Jika tidak profesional, event seperti ini jangan diberi izin. Semoga tidak terulang ke depannya. Jika panitia penyelenggara acara apa pun tidak bisa memberi keyakinan akan penyelenggaraan yang profesional, sebaiknya jangan diizinkan oleh pengelola kawasan (Ranca Upas)."
Â
Janji Pengelola Ranca Upas
"Kelestarian alam lingkungan adalah yang utama dan harus tetap dijaga dalam kondisi apa pun," imbuh Emil, sapaan akrabnya. "Kepada panitia dan peserta sebaiknya gotong royong memperbaiki kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan ini. Hatur Nuhun."
Beberapa di antara warganet merasa tidak puas dengan tanggapan Gubernur Jabar itu. Salah satunya menulis, "Gitu doang pak? Kasih efek jera apa gitu."Â Sementara yang lain berkomentar, "Tuntut minta ganti rugi (Rp)500 juta kang. Rombongannya kan banyak, bisa patungan itu."
"Semoga. Sebaiknya. Pilihan kata yang loyo," kritik seorang warganet. Ada juga yang menyarankan, "Mohon maaf kang, tapi lebih baik lagi memang event trail itu DILARANG di lokasi KWA atau TN karena mau seprofesional apapun panitianya, suka tidak suka, terima tidak terima, motor trail itu pasti merusak, apalagi kalo yang ikutan sebanyak itu."
Sebagai pengelola lokasi, Perhutani berjanji akan memperbaiki SOP dalam perizinan pelaksanaan event yang dilakukan dalam kawasan hutan. Hal tersebut guna memastikan tidak terjadi dampak terhadap lingkungan.
"Sebagai tindak lanjut, kami akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bersama-sama melakukan pengawasan dan memastikan setiap event yang dilaksanakan secara profesional dan memenuhi ketentuan, serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan," demikian bunyi keterangan unggahan yang dibagikan pada 8 Maret 2023.
Advertisement