Liputan6.com, Jakarta - Di antara banyak citra publik Harry Styles, ia telah dikenal karena berani mengekspresikan diri dengan cara berpakaian yang mengacaukan norma gender. Akhirnya, gaya androgini Harry Styles acap kali memincu pro kontra, dengan tidak sedikit penggemar membandingkan penampilannya di era One Direction.
Sementara, tidak sedikit juga yang menyukai bagimana penyanyi Inggris itu menampilkan dirinya yang "lebih inklusif." Dari kemeja Gucci berjumbai dan sepasang anting mutiara ala Vermeer di Met Gala 2019, hingga denim jumpsuit yang berkilau oleh Archie Alled-MartÃnez di Jingle Bell Ball di tahun yang sama, ia telah mengukuhkan diri jadi ikon gaya yang tidak tertarik dengan norma gender tradisional.
Baca Juga
Ia bahkan menyampaikan pemikirannya tentang androgini saat merilis LP keduanya, Fine Line, pada 2019, dikutip dari Vogue Inggris, Selasa (21/3/2023). "Apa yang wanita kenakan. Apa yang pria pakai. Bagi saya, itu bukan pertanyaan tentang itu," ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan The Guardian saat itu.
Advertisement
Ia menyambung, "Jika saya melihat kemeja yang bagus dan diberi tahu, 'Tapi ini untuk wanita.' Saya berpikir: 'Okeaay? Namun, itu tidak membuat saya tidak ingin memakainya. Saya pikir, saat Anda merasa lebih nyaman dengan diri sendiri, semuanya jadi jauh lebih mudah."
"Menurut saya, sekarang waktu yang sangat bebas dan membebaskan," lanjut mantan personel One Direction tersebut. "Saya pikir, orang-orang lebih banyak bertanya, 'Kenapa tidak?'"
Kesenangan Harry Styles Bermain-main dengan Pakaian
Dalam wawancara sampul untuk Vogue AS pada Desember 2020, dikutip dari BBC, Harry Styles mengatakan, "Ada begitu banyak kegembiraan yang bisa didapat dalam bermain dengan pakaian. Saya tidak pernah terlalu memikirkan apa artinya. Itu hanya jadi bagian yang diperluas dari menciptakan sesuatu."
Penulis artikel, Hamish Bowles, mengatakan bahwa Styles "berhasil membuat ruffles sebagai proposisi maskulin baru yang menarik, seperti gaun katun putih Mr Fish, layaknya penampilan Mick Jagger ketika ia memakainya untuk penampilan bebas Rolling Stones di Hyde Park pada 1969."
Pemotretan Vogue menarik beberapa serangan di Amerika Serikat. Seorang komentator wanita membunyikan alarm di Twitter tentang "feminisasi yang mantap dari laki-laki di saat yang sama ketika Marxisme diajarkan pada anak-anak kita."
Seorang rekan pria bergabung di Twitter dengan menyatakan bahwa "ini adalah ... referendum maskulinitas bagi pria untuk mengenakan gaun, dan menegaskan bahwa pemotretan Vogue adalah bagian dari plot. "Kembalikan laki-laki jantan!" teriak mereka.
Advertisement
Stylist di Balik Penampilan Harry Styles
Sebagai tanggapan, Harry Styles menggandakan citranya dan difoto untuk Variety dalam mantel berenda dan blus satin merah muda. Pesan bahwa ia tidak peduli tentang "maskulinitas" keras dan jelas, menurut BBC.Â
Stylist Harry Lambert telah berada di balik gaya androgini Styles sebagai salah satu portofolionya. "Ketika sampai pada pertanyaan tentang Harry, saya hanya menganggap hubungan kami terlalu pribadi untuk masuk terlalu dalam," katanya pada The Guardian.
Ia menyambung, "Anda harus ingat bahwa saya ada di sana pada saat-saat paling intim dengan orang-orang yang bekerja dengan saya. Saya sering kali jadi orang terakhir yang mereka lihat sebelum naik ke atas panggung. Ini ruang yang intim!"
Lambert bertemu Styles sekitar waktu album One Direction pada 2014, Four. Desas-desus tentang karier solo beredar, dan Styles sedang menjalani "periode Jagger," mengenakan setelan Saint Laurent hitam, sepatu bot Chelsea, dan rambut leonine yang dijinakkan bandana cerah.
Citra Baru Harry Styles Direncanakan Sejak Awal?
Harry Lambert sebagian besar terlibat dalam pemotretan majalah gaya dan peragaan busana ketika diperkenalkan dengan Harry Styles. Ia mempersembahkan sebuah lemari pakaian, dan pelantun lagu Sweet Creature itu setuju mencobanya.
Gaya selalu jadi permainan, katanya, "tapi ketika itu terjadi, itu masih seperti, 'Wow, ini liar.'" Lambert telah jadi pusat dari gaya netral gender Styles, tapi itu tidak ada di niat awalnya.
"Dengar, ketika menyangkut (masalah gender) ini, saya berharap saya bisa jadi segalanya, 'Saya ingin mengubah dunia!' Tapi ini lebih dari produk sampingan dari apa yang kami lakukan," ia berkata. "Jika Anda melihat ikon pop selama bertahun-tahun, fesyen adalah bagian integral dari citra mereka, seperti Björk dengan gaun angsa, Britney dengan pakaian sekolahan."
"Saya sadar bahwa apa yang saya lakukan berdampak, tapi apakah itu agenda utama bagi saya? TIDAK," tegasnya. Ia juga berbagi pemikiran tentang bagaimana pakaian pria berubah.
"Estetis Loewe akan jadi merek super berikutnya untuk kaum muda seperti Balenciaga dan Vetements (dua merek yang bertanggung jawab atas logo streetwear mewah), menulis ulang apa yang keren. Anda bisa melihatnya terjadi," sebutnya.
Advertisement