Liputan6.com, Jakarta - Tanaman gambir sejak zaman nenek moyang sudah dikenal memiliki manfaat obat. Hal ini ditunjukkan dari ditemukannya gambir di antara ribuan resep jejamuan peninggalan naskah klasik Keraton Solo dan Yogya.
Mengutip dari laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dr Eko Baroto Walujo dari LIPI menjelaskan jamu atau obat tradisional sebagai salah satu produk pengetahuan masyarakat yang didasarkan oleh pengalaman empirik untuk pengobatan tradisional, tanaman gambir sendiri telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-18.
Baca Juga
"Gambir memiliki rasa khas pahit dan kelat, tapi setelah lama dikunyah menjadi manis," sebutnya.
Advertisement
Meskipun demikian banyak manfaat tanaman gambir yang dapat memberi kualitas lebih baik untuk kesehatan tubuh seperti mengandung antiseptik alami yang membantu proses pengobatan. Prof Eko menjabarkan, selain punya kandungan antioksidan bernama katekin dengan manfaat untuk mencegah penyakit.
Tanaman gambir memiliki daya hambat terhadap bakteri streptococus mutans, bakteri ini yang menyebabkan terjadinya plak pada gigi. Selain itu, gambir juga memiliki kandungan antibakteri yang berasal dari katekin yaitu flavonoid, untuk untuk mengobati diabetes, penyakit degeneratif, penyakit yang tidak menular.
Di samping itu tanaman gambir juga dipercaya sebagai obat cuci luka bakar, kudis, diare dan disentri, obat kumur-kumur untuk sakit tenggorokan dan sariawan. Untuk dijadikan obat, tanaman gambir perlu diekstraksi terlebih dahulu. Caranya adalah dengan melalui enam tahapan, yaitu perebusan dan penguapan daun dan ranting, pengendapan, pengendapan getah, penirisan, pencetakan dan pengeringan.
Ekstrak Gambir Digunakan untuk Nginang
Mengutip dari laman Kemendikbud tentang sejarah jalur rempah, Selasa 21 Maret 2023, gambir atau getah gambir merupakan sari yang diekstraksi dari tanaman yang juga memiliki nama gambir. Hasil ekstraksi rempah ini lalu diracik dan dibiarkan mengeras, ada yang dipotong menjadi beberapa bagian atau dibuat gulungan seperti bola.
Secara umum tanaman gambir digunakan masyarakat Indonesia untuk "Nginang". Hal ini dilakukan karena khasiatnya yang mampu membuat napas jadi lebih harum dan wangi yang sekaligus membuat gambir sebagai bahan olesan pada gusi balita.
Di sebutkan bahwa Kepulauan Riau sempat menjadi salah satu penghasil Gambir di Indonesia, meskipun bukan sebagai sentra utama penghasil gambir seperti Sumatera Barat. Gambir yang dihasilkan Kepulauan Riau menyokong ekspor Indonesia ke beberapa negara seperti Bangladesh, India, Pakistan, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Prancis dan Swiss. Gambir ikut tercatat dalam sejarah panjang Kepulauan Riau, sebagai komoditas maupun perekat hubungan dengan pulau di seberang.
Advertisement
Bibit Gambir di Kepulauan Riau Pada Abad ke-17
Disebutkan bahwa bibit gambir pertama yang ditanam di Kepulauan Riau asalnya dari Sumatera. Tepatnya pada 1743 saat Daeng Celak sebagai Yang Dipertuan Muda Riau II memimpin.
SEbagai pemimpin saat itu, ia mengutus Punggawa Tarung dan Penghulu Jedun untuk memperoleh bibit gambir dari Pulau Perca atau Sumatera. Lalu bibit gambir ditanam di Pulau Bintan dan Batam.
Suksesnya penanaman gambir membuat perkebunan gambir jadi salah satu penyokong perekonomian Kepulauan Riau di masa lampau. Dalam beberapa literatur dijelaskan pada abad ke-17 gambir telah menarik perhatian pedagang Belanda.
Banyak orang menganggapnya sebagai salah satu jenis tanah dan menyebutnya sebagai tera japonica. Hal ini dikarenakan sebelum sampai ke Eropa gambir lebih dahulu dibawa ke Jepang.
Kejayaan gambir di Kepulauan Riau berlangsung di abad ke-18 dan puncaknya abad ke-19. Hal tersebut terekam dengan jelas di naskah arsip Belanda, baik dalam bentuk surat perjanjian, surat kabar, laporan perjalanan dan juga kitab Tuhfat al-Nafis karya Raja Ali Haji. Tak hanya itu, aktivitas ekspor pada tahun 1820 hingga tahun 1830-an menjadi bukti lain peran gambir untuk kemakmuran Kepulauan Riau.
Antikanker Pada Kombinasi Tanaman Gambir, Sambung Nyawa dan Gaharu
Mengutip kanal Herbal Liputan6.com, 7 Maret 2023, belum lama ini, guru besar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Alfinda Novi Kristianti DEA., menemukan senyawa tanaman untuk menyembuhkan penyakit kanker dan demam berdarah dengue (DBD).
Guru besar yang juga dosen departemen kimia itu mengatakan, senyawa obat antikanker dan DBD tersedia di tanaman gambir (Uncaria), sambung nyawa (Gynura procumbens), dan gaharu (Aquilaria microcarpa). Prof. Alfinda mengungkapkan, ada kandungan chromone yang tampak mirip dengan senyawa golongan 2-styrylchromone pada spesies Aquilarian.
"Kesediaan senyawa ini sangat jarang, sehingga harus dilakukan sintesis organik," sebutnya, dilansir dari Antara.
Kemudian, guru besar ke-275 Unair ini menemukan bahwa sembilan senyawa golongan 2-styrylchrome dari sintesis dengan variasi struktur benzaldehid. Senyawa ini diuji secara in silico, yakni untuk memprediksi interaksi senyawa obat, dengan menggunakan protein sebagai target obat pengembangan kemoterapi.
"Rangkaian penelitian ini menjadi contoh bagaimana alma telah memberikan ide struktur senyawa untuk bisa dilakukan sintesis senyawa dengan potensi yang lebih baik," kata dosen tersebut.
Advertisement