Liputan6.com, Jakarta - Busana dan aksesori mewah umumya dibanderol dengan harga fantastis. Tak heran, mereka yang memiliki busana mewah seperti Dior biasanya berasal dari keluarga kaya raya.
Namun, ibu ini berbuat cukup ekstrem. Carissa Spark rela hidup pas-pasan demi sang anak yang baru berusia 7 bulan bisa memakai busana mewah yang bagi sebagian orang mungkin terkesan aneh dan bahkan kurang rasional.
Baca Juga
Dilansir dari Daily Mail, Rabu, 22 Maret 2023, wanita asal Inggris ini lebih memilih membeli baju mewah ketimbang makanan yang layak untuk dirinya sendiri. Carissa adalah seorang ibu tunggal yang hidup dari dukungan pemerintah.
Advertisement
Ia juga ketergantungan dengan bantuan keuangan dari keluarganya, terutama dari kakek dan neneknya. Saat ini, ia tengah belajar untuk menjadi seorang penata rambut.
Separuh dari penghasilannya yang tak terlalu besar ia gunakan untuk membeli pakaian maupun aksesori mewah sang anak. Selain merek Dior, Carissa juga suka membeli produk Louis Vuitton. Sisanya, ia gunakan hanya untuk memakan sup kalengan dan mi instan untuk bertahan hidup.
"Jika aku harus membuat diriku sendiri kelaparan untuk membeli kemewahannya, mungkin aku akan melakukannya," ucapnya dalam sebuah reality show berjudul 'Blinging Up Baby'.
Wanita ini mengaku selalu memastikan kebutuhan putrinya terpenuhi sebelum memikirkan dirinya sendiri, baik itu makanan, pakaian, atau mainannya. Meski tak memiliki apa-apa, ia merasa senang ketika kebutuhan sang anak terpenuhi. Namun, tidak semua orang punya pandangan yang sama dengan Carissa. Ia mengakui bahwa banyak yang menyebut putrinya norak.
Mendandani Bayi dengan Dior
"Saya tidak terlalu peduli dengan mereka, ini adalah tampilan yang saya suka. Katie Price adalah pengaruh terbesar saya," kata Carissa.
Ibu tunggal ini memastikan putrinya sering memakai barang-barang desainer agar harganya yang mahal terasa lebih layak. "Saya berharap saat saya melihat kembali foto bersamanya, dia bisa melihat seberapa banyak usaha yang dilakukan dan dia bisa melihat betapa dicintainya dia," ujar Carissa.
Ia mengungkapkan bahwa keinginannya untuk mendandani bayinya dengan Dior berasal dari hubungannya yang tegang dengan ibunya sendiri. "Saya tidak pernah dekat dengan ibu saya, dan saya tahu ketika saya punya bayi saya ingin sangat dekat dengannya," ungkap Carissa.
Ia juga mengaku memakaikan barang-barang yang ia beli untuk sang anak terasa sangat emosional dan menyenangkan. Ia menyukai perasaan tersebut dan merasa bahwa itu adalah momen berharga bagi dirinya maupun putrinya.
Di sisi lain, godaan untuk membeli produk fesyen mewah juga dialami banyak remaja, termasuk di Korea Selatan. Semakin banyaknya idola K-pop menjadi duta merek, pasar barang mewah meluas ke konsumen yang lebih muda. Para remaja pun merasakan tekanan teman sebaya untuk membeli barang mewah yang didukung oleh bintang K-pop.
Advertisement
Wanita Korea dan Barang Mewah
Seorang ibu berusia 40-an bermarga Yoo baru-baru ini membelikan putrinya tas salib Vivienne Westwood seharga 580.000 won atau setara dengan Rp7 juta. "Putri saya yang berusia 16 tahun sebenarnya meminta tas tangan Prada atau Saint Laurent, yang setidaknya lima kali lebih mahal," ungkap wanita itu seperti dikutip dari The Korean Times, 4 Februari 2023.
Namun, sang ibu tidak menuruti permintaan anaknya, karena merasa harganya terlalu mahal untuk siswa sekolah menengah. "Sekarang saya khawatir dia mungkin ingin barang yang lebih mahal berikutnya," katanya.
Ribuan video tas mewah dari remaja dewasa sebelum waktunya yang membual tentang belanja menunjukkan bahwa pembeli barang mewah semakin muda. Dalam survei 2020 terhadap 783 siswa sekolah menengah dan atas yang dilakukan oleh S'FD, sebanyak 56,4 persen responden mengatakan pernah membeli barang mewah.
Para ahli mengatakan bahwa daya tarik merek-merek mewah bagi konsumen remaja adalah pengaruh media sosial. Konsumen umumnya memilih barang-barang mewah yang sesuai dengan selera dan preferensi mereka yang unik.
Namun, orang Korea cenderung membuat pilihan yang aman dengan membeli barang-barang yang paling populer. "Untuk membuat keputusan yang lebih baik, mereka seringkali mengandalkan selebriti yang diasosiasikan dengan merek-merek mewah," jelas Kwak Geum -joo, seorang profesor psikologi di Seoul National University.
Pasar Barang Mewah Terbesar
Seorang profesor bisnis di Universitas Wanita Sookmyung, Suh Yong-gu mencirikan konsumen remaja pada dasarnya dalam hubungan satu arah dengan bintang K-pop. "Bintang K-pop adalah influencer teratas. Karena penjualan barang mewah dipengaruhi secara digital, unggahan media sosial mereka dan video YouTube tentang merek mewah mengarah ke 'budaya fleksibel' memamerkan kekayaan di antara konsumen yang lebih muda," tuturnya.
Menurut Suh, Korea merupakan pasar barang mewah terbesar ketujuh di dunia. Orang Korea menghabiskan rata-rata 325 dolar per kapita setahun untuk barang-barang mewah yang termasuk angka tertinggi di dunia, menurut Morgan Stanley.
Merek-merek mewah sangat menyadari pengaruh besar artis K-pop dalam menarik pembeli muda dan menciptakan hype media sosial. Dua hari setelah menunjuk Jimin sebagai duta globalnya, harga pasar Dior melonjak ke level tertinggi sepanjang masa yaitu 789 euro.
Dua unggahannya untuk Dior menghasilkan 17 juta dolar AS dalam perolehan nilai media (EMV). Ini menyumbang 54 persen dari total EMV merek selama Pekan Mode Pria Paris, menurut firma analitik Lefty.
Â
Advertisement