Liputan6.com, Jakarta - Sudah beberapa waktu sejak publik dibuat geram oleh ulah wisatawan mancanegara (wisman) di Bali, terutama turis Rusia. Dari waktu ke waktu, turis Rusia telah mencatat tingkah meresahkan, dengan beberapa di antaranya bahkan berujung dideportasi dari Indonesia.
Di tengah kelakuan tidak terpuji sebagian dari mereka, kabar adanya kampung Rusia di Bali meluas. Terkait itu, dilansir dari Merdeka.com, Kamis (23/3/2023), Konsul Kehormatan Rusia di Bali, Gede Dharma Wijaya, membenarkan adanya kampung Rusia di wilayah Canggu dan Ubud, Bali.
Namun, ia masih merahasiakan lokasi persis kampung tersebut. Menurutnya, kampung berisi Warga Negara Asing (WNA) biasanya muncul karena ketika berlibur ke suatu tempat, mereka senang berkumpul dan mengontrak vila atau rumah, dan itu dilakukan terus-menerus.
Advertisement
"Mereka senang berkumpul, terutama sesama mereka. Jadi orang Rusia itu kalau ke sini atau ke negara lain, mereka pasti mencari orang Rusia. Lalu, mereka mengontrak vila, menyewa vila, tinggal di apartemen, atau mengontrak rumah, nah dia pasti menginformasikan pada temannya. Mereka (akhirnya) ajak-ajakan," kata Wijaya pada Merdeka.com.
Di Bali, wisatawan Rusia biasanya memilih menyewa vila di daerah Ubud dan Canggu. Dari situlah kemudian mereka menyematkan nama kampung Rusia untuk mempermudah rekannya ketika tiba di Pulau Dewata.
"Mereka sendiri yang menyebut kampung Rusia, bukan kita yang menamakan. Mereka yang menyebut bahwa saya tinggal di (kampung Rusia) karena ada orang-orang Rusia di sana, ngumpul di sana, seolah-olah ada kampung Rusia di sana," tuturnya.
Â
Sudah Ada Sejak Lama?
Akhirnya, penduduk setempat atau sekitar wilayah itu ikut-ikutan menyebut bahwa ada kampung Rusia. "Mereka itu, menggampangkan masalah antar-teman mereka," sebut Wijaya. "Nanti juga dia kirim email ke teman-temannya, kamu di mana, di kampung Rusia Ubud, gitu saja (jawabnya) pendek."
Ia menyambung, "Jadi, dikenal para driver setempat atau orang penyewaan sepeda motor dan lain sebagainya menggampangkan juga, menyebut alamatnya di kampung Rusia."
Di Ubud dan Canggu, kata dia, turis Rusia menyewa beberapa vila yang berdekatan maupun berderetan. Jadi, mereka tidak tinggal di satu tempat yang sama.
Bukan baru-baru ini, Wijaya menyebut bahwa kampung Rusia sudah ada sejak lama. Ia juga mengatakan, warga negara Rusia yang hidup di Bali tidak mengeksklusifkan diri. Tapi, ia mengakui, vila yang mereka sewa rata-rata cukup bagus, sehingga mengesankan hidup mewah.
"Kebetulan rumah yang disewa bagus dan kebetulan rumah tetangganya itu biasa (saja), sehingga masyarakat di sana menganggap bahwa kehidupan mereka eksklusif," katanya.
Advertisement
Ada Juga Warung Rusia
Selain kampung Rusia, Wijaya berkata, ada juga penyebutan warung Rusia karena biasanya warna negara Rusia berkumpul di sana. "Istilah itu dari dulu, hebohnya baru sekarang sejak adanya pelanggaran-pelanggaran lalu lintas (termasuk oleh turis Rusia)," katanya.
"Selain ada kampung Rusia, ada juga warung-warung yang sering dikunjungi orang Rusia," imbuhnya. "Padahal, yang punya orang-orang kita. Kan itu menggampangkan saja karena teman-temannya pada kumpul di sana."
Sementara, menanggapi sejumlah turis berulah di Bali yang belakangan viral, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan pembentukan Satuan Tugas alias Satgas untuk tertibkan wisman yang bikin onar di Pulau Dewata.
"Unit-unit di bawah Satgas ini kita harapkan akan memberi narasi yang tegas dalam menegakkan hukum, memberi pengawasan, dan kita pastikan pemulihan pariwisata kita menyasar pada wisatawan yang berkualitas," kata Sandi dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid, Senin, 20 Maret 2023.
Pihaknya juga mengaku akan terus menyosialisasikan apa yang bisa dilakukan dan yang harus dihindari, serta memonitor dan mengevaluasi situasi yang berkembang.
Satgas Fokus di 3 Wilayah
Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, menjelaskan bahwa keamanan dan kenyamanan jadi hal yang utama. Namun, beragam insiden akibat ulah wisman tidak bertanggung jawab telah mengusik ketenangan dan kenyamanan masyarakat Bali, juga wisatawan yang datang ke Pulau Dewata.
Cok Ace mengungkap, berdasarkan rapat koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Polda Bali hingga instansi terkait seperti Satpol PP juga pecalang, akhirnya disepakati untuk pembentukan satgas. "Jadi, satgas ini nanti akan fokus pada ketiga pelanggaran. Pertama, pelanggaran lalu lintas, termasuk pelanggaran etika ketimuran yang kita anut di Indonesia, khususnya di Bali," jelasnya.
Kedua, pelanggaran dalam hal usaha. "Mereka melakukan usah-usaha ilegal dan ketiga adalah masalah izin tinggal," tambahnya. Ketiga lingkup tersebut, dikatakan Cok Ace, akan difokuskan pada beberapa wilayah prioritas dahulu.
"Kita tidak bisa mengambil seluruh Bali, prioritas kami di Nusa Penida," terang Cok Ace. "Sebagaimana kita ketahui, beberapa hari lalu, kita dikagetkan sepeda motor dan mobil di Nusa Penida yang ternyata platnya diganti dengan nama penyewanya, dan itu orang asing."
Wilayah kedua yang jadi fokus adalah Ubud. "Satu negara yang sudah banyak sekali, bahkan orang sering mengatakan 'kampung negara tertentu' karena dia eksklusif sekali, secara tertutup mereka ke sana. Ketiga, adalah daerah Sanur," katanya.
Advertisement