Sukses

Mari Bersantai Sambil Racik Teh Sendiri di Kedai Ojo Megatan Yogyakarta

Kedai Ojo Megatan menjadi salah satu pusat perhatian warga Jogja setelah membuka kedai yang memungkinkan pengunjung meracik tehnya sendiri. Kedai yang baru buka pada Februari 2023 ini dimiliki oleh pasangan suami istri, Fala Pratika (25) dan Bani Nasution (34), yang sudah bersama selama tiga tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Kedai Ojo Megatan menjadi salah satu pusat perhatian warga Jogja setelah membuka kedai yang memungkinkan pengunjung meracik tehnya sendiri. Kedai teh yang baru buka pada bulan Februari 2023 ini dimiliki oleh pasangan suami istri, Fala Pratika (25) dan Bani Nasution (34), yang sudah bersama selama tiga tahun. 

Kedai ini berlokasi di Jl. Harjuna, Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kedai ini juga menjadi satu dengan bisnis Homestay Ojo Megatan milik Fala dan Bani.

Bani berasal dari Solo yang terkenal dengan budaya minum teh yang kuat. "Setiap kampung punya signature teh sendiri-sendiri. Secara kultural teh itu sangat dekat. Cuma ketika aku ke sini, nyari tempat teh tuh agak sulit yang menurutku enak," ujar Bani kepada Liputan6.com pada Senin, 27 Maret 2023. 

Solo juga punya kebiasaan meracik tehnya yang unik, yaitu mencampur berbagai merek teh sehingga menjadi “teh oplosan”. Istilah nasgitel "panas legi (manis) kentel" juga sangat populer di daerah tersebut untuk mendeskripsikan teh

Akan tetapi, Bani dan Fala sempat ragu memfokuskan kedai untuk menjual teh. "Teh buatku biasa aja. Masa bisa dijual? Itu umum banget di Solo," ucap Bani. Namun dengan semakin banyaknya orang berkunjung ke homestaynya, pasangan itu memutuskan untuk membuat kedai juga. 

"Dipikir-pikir lagi nongkrong paling enak tuh di rumah. Karena rumah ini tuh dari awal kami tempatin, idenya tuh udah kayak bikin tempat yang enak untuk orang chill, stay, menikmati momen," jelas Bani.

Kedai Ojo Megatan buka setiap hari kecuali Selasa dari jam 2 sore hingga 10 malam. Karena tempatnya yang sempit, pengunjung yang ingin datang ke kedainya harus reservasi terlebih dahulu demi kenyamanan. Kapasitas kedai itu hanya dapat menampung 15-20 orang saja dalam satu waktu. Akan tetapi, Fala dan Bani berencana untuk segera memperluas area kedai hingga ke dalam rumah, agar kedai dapat benar-benar terbuka untuk umum dan tidak perlu reservasi terlebih dahulu.

2 dari 4 halaman

Menawarkan 22 Merek Teh

Kedai Ojo Megatan menawarkan 22 merek teh yang berasal dari perkebunan teh di Pekalongan, yang kebanyakan jenisnya adalah teh lokal hitam. Beberapa jenis teh yang ditawarkan antara lain teh nyapu, teh sintren, teh poci, teh ceret wangi, dan teh upet. Yang menarik, tidak ada teh yang menjadi best seller di kedai ini, karena semua jenis teh memiliki pasar masing-masing tergantung pada selera konsumen.

"Bahkan yang nggak ada di menu pun kalo kamu mau, aku bikinin. Misalnya teh campur jahe campur kunyit. Itu nggak ada di menu, tapi it’s okay," jelas Bani.

Pengunjung dapat meracik tehnya sendiri dengan bantuan Bani karena banyak pengunjung awalnya kebingungan memilih jenis teh yang ingin dicoba. Bani dengan sabar menjelaskan lewat pertanyaan-pertanyaan soal preferensi mereka.

"Misalnya, apakah mereka lebih suka teh yang rasanya kuat atau ringan, dan apakah mereka terbiasa mengonsumsi kopi atau teh. Dengan begitu, pengunjung bisa menikmati teh yang terpersonalisasi sesuai dengan selera mereka," kata Bani.

Sementara, Fala tertarik dengan cover art kemasan teh yang klasik dan jadul. "Kami men-display dalam bentuk toples lalu kemudian kami tempeli bungkusnya tapi kita juga tambahkan catatan di belakangnya, rasanya seperti apa, karakternya seperti apa, mana yang dominan. Jadi, orang-orang yang datang bisa meng-custom teh sendiri sesuai keinginan mereka," ujar Fala.

Sebelum membuka kedai Ojo Megatan, pasangan ini pernah mencoba bisnis minuman beralkohol. "Fun fact sebelum kita jualan teh tuh kita jualan miras," ujar Bani. "Tapi kita menyadari bahwa itu terlalu segmented gitu. Kalo teh kayaknya semua orang minum teh. Kayak kamu ke UKS jatoh dari motor ditawarinnya kan teh anget," timpal Fala. 

3 dari 4 halaman

Interior Jadul, “Harta Karun” Pasar Loak

Kedai ini juga menyediakan jamu racikan khusus dan makanan sederhana. Termasuk menu andalan mereka adalah Nasi Ponggol, makanan khas Tegal-Brebes berupa nasi dengan oseng tempe yang dimasak dengan santan. Itu adalah makanan yang menjadi nostalgia bagi Fala yang kerap disantapnya saat sarapan selama tinggal di Brebes beberapa tahun lalu.

Selain nasi ponggol, terhidang makanan yang biasa dikonsumsi Fala dan Bani sehari-hari seperti pisang goreng, mi rebus, mi goreng, nasi ayam semur, nasi telur semur dan nasi goreng. Meskipun sederhana, kedai ini menawarkan pengalaman yang intim dan homey dengan ruangan yang hanya berukuran 4x4 meter.

Interior kedai terasa antik karena hampir semua barang di sana adalah barang bekas atau second. Pengunjung akan menemukan meja dan kursi-kursi besi jadul yang biasa digunakan untuk acara hajatan di desa zaman dulu. Fala dan Bani menghindari membeli barang baru dan ingin memanfaatkan barang yang mereka sudah punya. 

Keduanya kerap melancong ke pasar loak, bahkan jauh sebelum berpacaran, dan mencari harta karun tersembunyi di sana. "Barangnya unik-unik. Terus kalau beruntung, bisa dapat barang bagus banget dengan harga murah," ucap Bani. 

"Dan sensasi kejut juga. Kalau kita datang ke mal, kita tau lah apa yang dijual di sana, tapi kalo kita ke pasar loak kita nggak tahu orang-orang itu bawa apa," tambah Fala. Bani bahkan bercanda bahwa jika kedainya mengalami kebangkrutan, koleksi barang bekasnya dapat dijual dengan harga yang sangat mahal karena bernilai cerita dan sejarah yang menarik.

4 dari 4 halaman

Kedai Diwarnai Kegiatan Mengasyikkan agar Pengunjung Betah

Selain menikmati makanan dan minuman teh, pengunjung juga dapat melakukan berbagai kegiatan yang mengasyikkan. Tersedia berbagai buku koleksi Fala untuk dibaca dan kumpulan majalah-majalah antik dari tahun 70-90an peninggalan kakek Fala yang kebanyakan majalah dewasa.

Pengunjung juga dapat memilih lagu untuk diputar di piringan hitam. Meski pilihannya terbatas, hal tersebut membuat pengunjung merasa lebih mudah dalam memilih lagu yang ingin didengar.

Uniknya, Fala juga memiliki bisnis menjual kebaya lawasan dengan nama "Awulan Paradiso". Kebaya yang dijual memiliki beragam warna yang bisa dilihat dan dicoba langsung oleh pengunjung, agar bisa menemukan kebaya yang pas di badan.

Dibandingkan dengan tempat lain yang kebanyakan pengunjungnya membuka laptop dan bekerja, para pengunjung di kedai "Ojo Megatan" lebih banyak datang untuk santai dan mengobrol. 

Kedai Ojo Megatan menyediakan game kartu yang berisi berbagai topik obrolan, permainan ini sangat disukai pengunjung. Ruangannya yang kecil membuat obrolan di setiap meja dapat terdengar. "Yang lucu adalah, karena ruangannya cukup kecil ya, kadang-kadang orang ngobrol tuh bisa denger sampingnya, itu yang menyatukan tongkrongan ini dengan tongkrongan sebelahnya," ujar Fala. 

Sebagai host, Fala dan Bani memiliki misi untuk membuat teman baru setiap hari. Para pengunjung di sini bebas mengobrol dan bertanya tentang apa saja kepada Fala dan Bani, sehingga suasana di kedai ini terasa hangat dan ramah.