Sukses

Studi: Botox Mengubah Aktivitas Otak yang Berhubungan dengan Emosi

Pemindaian otak menunjukkan bahwa botox yang disuntikkan ke dahi mengubah kimia otak seseorang sehingga dapat memengaruhi cara mereka menafsirkan emosi orang lain, menurut temuan sebuah studi yang diterbitkan dalam Scientific Reports.

Liputan6.com, Jakarta - Pemindaian otak menunjukkan bahwa botox yang disuntikkan ke dahi mengubah kimia otak seseorang sehingga dapat memengaruhi cara mereka menafsirkan emosi orang lain, menurut temuan sebuah studi yang diterbitkan dalam Scientific Reports. 

Dilansir dari New York Post pada Selasa, 28 Maret 2023, botox adalah sebuah cairan yang disuntikkan untuk sementara mengurangi atau menghilangkan garis-garis halus dan kerutan di wajah. Botox banyak digunakan untuk mengurangi munculnya garis kerutan, lipatan dahi dan kerutan di dekat mata.

Menurut American Society of Plastic Surgeons dalam data terbaru di 2020, telah dilakukan 4.401.536 prosedur Botulinum Toxin Type A di Amerika Serikat yang mencakup botox dan produk serupa. Jumlah prosedur suntikan botox telah meningkat sebesar 459 persen sejak 2000, menjadikannya prosedur kosmetik invasif minimal yang paling umum dilakukan. 

Karena semakin banyak orang di seluruh dunia terus mendapatkan botox, peneliti mempertanyakan bagaimana kelumpuhan sementara pada otot wajah akibat perawatan tersebut berdampak pada kemampuan seseorang untuk menafsirkan emosi. 

Para peneliti dari University of California Irvine dan juga AbbVie, sebuah perusahaan biotek yang membuat Botox, melakukan pemindaian pencitraan resonansi magnetik fungsional pada 10 wanita berusia antara 33 dan 40 tahun.

Pemindaian otak dilakukan sebelum para wanita menerima suntikan botox di dahi mereka, kemudian dilakukan pemindaian otak lagi dua hingga tiga minggu setelahnya untuk membandingkan reaksi otak mereka terhadap gambar-gambar emosional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perubahan Aktivitas di Amigdala dan Fusiform Gyrus

Selama dua pemindaian otak itu, para wanita diperlihatkan foto-foto wajah bahagia, marah, dan netral, kemudian diminta untuk menafsirkan emosi yang ada dalam foto itu. Para peneliti menemukan bahwa setelah menyuntik botox, aktivitas otak wanita berubah di daerah amigdala mereka, bagian otak yang terlibat dalam pengalaman emosi, saat mereka melihat wajah marah dan bahagia.

Ketika melihat wajah orang yang bahagia, aktivitas otak juga berubah di fusiform gyrus, struktur penting untuk analisis penglihatan tingkat tinggi seperti persepsi wajah, pengenalan objek, dan membaca. Seperti yang diharapkan para peneliti, temuan ini sejalan dengan hipotesis umpan balik wajah atau facial feedback hypothesis, yang mengklaim bahwa orang secara naluriah akan meniru ekspresi untuk mengidentifikasi dan mengalami emosi yang diekspresikan seseorang di depan mereka.

Para peneliti mencatat bahwa kelumpuhan sementara di otot-otot wajah yang disebabkan oleh botox menghambat kemampuan seseorang untuk mencerminkan emosi yang diekspresikan di depan mereka, sehingga mengubah kimiawi otak mereka saat mereka berusaha menafsirkan emosi.

3 dari 4 halaman

Sulit Merasakan Emosi Orang Lain

Dikutip dari Daily Mail, para ahli mengatakan temuan penelitian menunjukkan bahwa ketidakmampuan untuk tersenyum atau cemberut, yang diakibatkan botox, juga memengaruhi cara seseorang membaca wajah orang lain. Dr Fernando Marmolejo-Ramos, peneliti kognisi manusia di University of South Australia, menjelaskan bahwa meniru ekspresi membantu kita mengenalinya.

Otot wajah secara tidak sadar meniru ekspresi cemberut atau senyuman orang lain sebelum mengirimkan sinyal ke area otak yang bertugas menginterpretasikan emosi. Karena Botox membatasi gerakan otot, maka hal ini terganggu.

"Anda mungkin tidak dapat mengalami emosi orang lain secara intens atau sejelas yang Anda inginkan," tambahnya.

Sementara itu, Dr Tijion Esho, yang menawarkan suntikan di The Esho Clinic berkata, "Tidak diragukan lagi bahwa botox memanipulasi komunikasi emosional. Beberapa orang ingin membuat wajah mereka tidak terlalu ekspresif untuk tuntutan pekerjaan, karena menurut mereka hal itu membuat para seniornya menanggapi mereka secara lebih serius."

"Kita berhubungan dengan orang lain berdasarkan apa yang kita lihat dalam diri kita sendiri. Jika Anda tidak dapat melihat atau merasakan diri Anda cemberut atau tersenyum, sangat masuk akal jika Anda akan kesulitan untuk melihatnya pada orang lain," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Botox Berdampak Signifikan Pada Emosi dan Fisik

Studi terbaru ini datang di tengah semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bagaimana botox memengaruhi proses emosional dan fisik seseorang. Meskipun lebih sering dikaitkan dengan prosedur kosmetik, kemampuan botox untuk mencegah gerakan otot telah digunakan untuk mengobati migrain, kejang leher, berkeringat, kandung kemih terlalu aktif, mata malas, dan kondisi otot lainnya.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa suntikan botox dapat membantu mengurangi depresi dan membantu pria menyembuhkan disfungsi ereksi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa botox memiliki risiko tinggi.

Dengan risiko tinggi, bahaya bagi kesehatan juga cukup tinggi. Untuk botox, salah pengaplikasian dapat menyebabkan bagian tubuh Anda tampak lebih miring dan tidak simetris.

Efek lainnya adalah kelumpuhan pada saraf wajah akibat suntik botox ini sehingga Anda pun tak leluasa menggerakkan wajah. Masalah lain yang timbul dari botox ini adalah Anda akan kehilangan kontrol pada wajah sehingga sulit bicara, menelan dan mengalami gangguan pernafasan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.