Sukses

6 Fakta Menarik Masjid Demak yang Dibangun Raden Patah pada Abad ke-15

Masjid Demak masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dengan dibantu para Wali Songo pada abad ke-15.

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia. Masjid Demak dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak yang saat itu dibantu para Wali Songo pada abad ke-15 Masehi.

Masjid yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah ini masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Masjid Agung Demak berada di alun-alun dan pusat keramaian Demak, sehingga tak sulit untuk ditemukan warga pendatang.

Masih banyak hal tentang Masjid Agung Demak, berikut enam fakta menarik Masjid Agung Demak yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (31/3/2023). 

1. Dulunya Tempat Berkumpul Wali Songo

Mengutip dari laman Pariwisata Kabupaten Demak, Jumat (31/3/2023), menurut cerita di masyarakat, Masjid Demak dahulunya merupakan tempat berkumpulnya Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Inilah asal-muasal yang mendasari Demak mendapat sebutan Kota Wali.

Raden Patah bersama dengan Wali Songo membangun masjid ini dengan memberi gambar serupa bulus. Itu adalah candra sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi. Secara filosofis, bulus menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak, yaitu 1401 Saka.

Bulus yang terdiri atas kepala yang melambangkan angka 1, empat kaki bulus perlambang angka empat, badan bulus yang bulat menyimbolkan angka nol, dan ekor bulus bermakna 1. Hewan bulus disebut menjadi simbol Masjid Agung Demak yang dibuktikan dengan adanya berbagai ornamen bergambar bulus di dinding masjid tersebut. 

2 dari 4 halaman

2. Keunikan Arsitektur Masjid Agung Demak

Dari sisi bangunan, Masjid Agung Demak jadi simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas dan sarat makna. Desainnya secara keseluruhan sederhana, namun terkesan megah, anggun, indah, dan karismatik.

Atap masjid berbentuk limas bersusun tiga jadi gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam Masjid Agung Demak yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Wali Songo. Masing-masing tiang di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut dibangun Sunan Kalijaga.

3. Pintu Bledheg Masjid Agung Demak

Keunikan lain juga ada di bagian pintu Masjid Agung Demak yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg. Pintu itu dianggap mampu menahan petir. Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, yang berarti tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi. Sementara, bagian teras Masjid Agung Demak ditopang delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit. 

3 dari 4 halaman

4. Terdapat Makam Raja di Dalamnya

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut katanya berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. 

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak. Salah satu di antaranya yaitu Raden Patah yang merupakan raja pertama Kesultanan Demak dan para abdinya.

Dalam cerita tradisional Mataram yang lebih populer menjelaskan bahwa Demak didirikan oleh Raden Patah, anak raja Majapahit terakhir. Ada kesimpulan bahwa nenek moyang para penguasa Demak tampaknya merupakan seorang pendatang Muslim asal Tiongkok yang pertama kali mendarat di Gresik dan kemudian menetap di Demak.

Untuk lebih jelasnya, Anda bisa datang ke kompleks Masjid Agung Demak yang di dalamnya juga terdapat Museum Masjid Agung Demak. Terdapat pula berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak yang bisa dipelajari pengunjung.

4 dari 4 halaman

5. Fungsi Menara Masjid Demak

Bagian menarik lainnya di Masjid Agung Demak adalah menara masjid, bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad 20. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, seperti KH. Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R. Danoewijoto, H. Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H. Moechsin.

6. Dinding Berasal dari Keramik Vietnam 

Dinding Masjid Demak didatangkan dari keramik Vietnam. Dari bentuknya yang berasal dari konvensi ukiran kayu dan batu bata Jawa, keramik itu dianggap telah dipesan secara khusus. Penggunaan keramik daripada batu dianggap meniru masjid-masjid Persia. 

Terdapat bagian unik lainnya seperti situs kolam wudhu. Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudhu. Hingga sekarang, situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak dipergunakan lagi. Dengan segala berbagai peninggalan di dalamnya Masjid Agung Demak sempat dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1995, namun tidak diketahui kelanjutannya.