Liputan6.com, Jakarta - Lebaran tahun ini akan sangat meriah, begitu prediksinya. Bagaimana tidak, ini merupakan kali pertama sejak pandemi COVID-19 publik bisa merayakan Idul Fitri tanpa aturan ketat. Kondisi ini kemudian berdampak pada banyak hal, termasuk kembalinya euforia beli baju Lebaran.
Pengamat pemasaran, Yuswo Hady, menyebut bahwa ada fenomena pent up demand di Lebaran 2023. "Selama pandemi, karena pergerakannya minim, uang banyak ditabung," katanya pada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat, 31 Maret 2023.
Baca Juga
Ia melanjutkan, "Tiga tahun enggak bisa ke mana-mana itu pengeluarannya rendah. Karenanya, sekarang orang akan spending secara maksimal. Ini momentumnya dapet banget."
Advertisement
Mendapati kondisi tersebut, bukan pekerjaan yang sulit bagi sejumlah jenama fesyen untuk menarik minat membeli baju Lebaran, menurut Hady. "Momentumnya ketemu, ada THR dan bisa pulang kampung. Dalam kondisi seperti ini, konsumen tidak akan sebegitu sensitif terharap harga," sebutnya.
Karena itu, Hady menganggap ini sebagai salah satu momen tepat untuk merilis koleksi busana Lebaran dalam jumlah terbatas. "Ada namanya FOMO marketing dan salah satunya itu limited availability," ia mengatakan. "Hukumnya bilang, ketika ketersediaan itu dibatasi, nilai suatu barang akan meningkat."
"Menurut saya, daripada pricing campaign, seperti diskon yang menekan profit, lebih bagus begitu (menerapkan pemasaran produk dalam jumlah terbatas)," imbuhnya. "Misalnya, hijab diposisikan unik, mungkin bisa collab dengan desainer. Koleksinya pun dikeluarkan khusus untuk Lebaran."
Ada Validasi Sosial di Baju Lebaran Edisi Terbatas
Hady mengatakan, merilis busana Lebaran edisi terbatas ini selaras dengan sifat Lebaran yang "cuma sebentar" dan berlangsung "setahun sekali." "Konsumen juga lagi enggak peduli sama harga, karena ada faktor flexing ke kampung. (Mereka mau baju Lebaran yang) kualitasnya bagus, sehingga bisa jadi alat untuk validasi sosial," ucapnya.
Dalam laporannya, ia menjabarkan bahwa pembelian busana Lebaran biasanya akan dominan terjadi di minggu ke-3 Ramadhan. Ia mencatat, "Fesyen dan pakaian jadi, serta perlengkapan rumah tangga adalah produk unggulan yang ingin dibeli sebagian besar pekerja penuh waktu Indonesia dengan THR mereka."
Karena faktor kultural, menurut Hady, akan sulit menahan keinginan belanja baju Lebaran, apalagi dalam edisi terbatas. Ia berkata, "Lebaran ini selalu jadi momen yang sangat spesial, terutama di kalangan orang punya root di kampung."
Namun demikian, bila ingin tetap bijak dalam mengeluarkan uang, ia menyarankan untuk mengotakkan atas dasar keperluan dan kebutuhan. "THR jangan dihabiskan hanya saat Lebaran," sebutnya.
Advertisement
Minat terhadap Indie Fashion Brands
Bagi konsumen lebih muda, koleksi baju Lebaran dari indie fashion brands diprediksi Hady akan lebih diminati. "Melihat seberapa unik koleksinya," ia berkata.
"Menurut saya, yang relevan sekarang memang bukan pada mass-nya, fesyen lebih ke unik dan campaign yang berbeda, bukan tentang diskon. (Koleksi busana) unik hanya fokus untuk Lebaran, temanya dibuat unik, campaign-nya terbatas untuk Lebaran," tandasnya.
Terkait itu, jenama fesyen lokal, Klamby, telah menggelar pergelaran busana bertajuk "Klamby Ied Series Show 2023 'Chamatarra,'" Februari kemarin, memperlihatkan sembilan koleksi busana Lebaran. "Tahun ini, Klamby sudah mempersiapkan dua kali lipat stok agar para pecinta Klamby tidak kehabisan," Sandy Hendra Budiman, public relations Klamby, melalui pesan, Sabtu, 1 April 2023.
Kendati demikian, sebagaimana koleksi lain Klamby, edisi busana Lebaran mereka juga dirilis secara terbatas. "Menurut kami, momen lebaran ini adalah momen yang sangat di tunggu-tunggu tunggu setiap tahunnya, jadi harus benar-benar mempersiapkan koleksi yang berbeda dan eksklusif, sehingga para konsumen merasa spesial ketika menggunakan koleksi Klamby saat Lebaran," tuturnya.
Sistem pemesanan koleksi baju lebaran mereka dilakukan dengan sistem pre-order. "Bagi yang langsung memesan setelah menonton show Chamatarra, Februari lalu, pesanan mereka sudah dikirim sekarang. Tapi, pre-order masih akan berlanjut sampai akhir April (2023)," ucap Sandy.
Menjaga Keeksklusifan dan Karakteristik Unik dari Setiap Desain
Koleksi busana Lebaran dalam rilisan terbatas juga dipersembahkan SAPTO DJOJOKARTIKO. Dijelaskan bahwa tahun ini, lini mode sang desainer merilis koleksi "One-Off" untuk Ramadan dan Eid Season.
Melalui pesan, Sabtu, 1 April 2023, public relations SAPTO DJOJOKARTIKO, Deasy, menjelaskan bahwa "One-Off" merupakan koleksi spesial dalam jumlah terbatas yang dikemas demikian untuk menjaga keeksklusifan dan karakteristik unik dari setiap desain maupun looks yang tersedia dalam koleksi.
"Koleksi ini dihadirkan melalui motif prints khas SAPTO DJOJOKARTIKO dan koleksi busana berwarna putih (Muslin)," sebutnya.
Ia menjelaskan, "Koleksi One-Off Eid hadir dengan warna khas SAPTO DJOJOKARTIKO, yaitu soft pastel dengan embellishments dan ciri khas embroidery #SAPTOJOPattern, menjadikan koleksi ini salah satu yang paling dinanti dan diminati."
"Melalui koleksi ini, kami juga perkenalkan motif embroidery Kadazan yang terinsipirasi dari budaya Dayak, yaitu seni merajah tubuh, dan Hibiscus yang merupakan pengembangan dari motif primrose yang lebih subtle," tandasnya.
Advertisement