Sukses

6 Fakta Menarik Masjid Raja Baiturrahman, Saksi Kejayaan Kesultanan Aceh yang Pernah Dihantam Tsunami

Masjid Raya Baiturrahman telah melalui berbagai hal, mulai dari tragedi pembakaran oleh kolonial Belanda tahun 1873 hingga hantaman tsunami di akhir 2004.

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu situs bersejarah yang telah ada sejak era kejayaan Kesultanan Aceh. Masjid Raya Baiturrahman telah melalui berbagai hal, mulai dari tragedi pembakaran oleh penjajah Belanda pada 1873 hingga sempat mengalami hantaman tsunami di akhir 2004.

Bagian atap masjid dibuat sesuai ciri khas masjid-masjid di Indonesia pada masa itu, yaitu atap limas bersusun empat. Tapi, kemudian terdapat perubahan karena masjid dibangun ulang setelah banyak tragedi besar.

Maket arsitektur Masjid Raya Baiturrahman merupakan hasil perluasan tahun 1936. Secara keseluruhan, total luas area Masjid Raya Baiturrahman Aceh adalah 16.070 meter persegi.  Fungsi masjid saat ini semakin berkembang seiring penerapan syariat Islam di Nangroe Aceh Darussalam.

Bukan hanya sebagai tempat ibadah dan pendidikan agama, kini Masjid Raya Baiturrahman pun dijadikan sebagai media pengembangan potensi sosial masyarakat setempat. Masih banyak hal lain tentang Masjid Raya Baiturrahman, berikut enam fakta menarik Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di Aceh yang dirangkum Liputan6.com pada Minggu, 2 April 2023. 

1. Berdiri Sejak Era Kesultanan Aceh

Mengutip dari laman dunia masjid, Minggu, 2 April 2023, sejak awal didirikan pada masa Sultan Iskandar Muda (1607--1636) masjid ini sudah memiliki fungsi, selain untuk beribadah. Masjid Raya Baiturrahman juga dipakai sebagai pusat pendidikan ilmu agama, letak Aceh yang strategis memudahkan syiar agama Islam di masa itu dan menjadi masa kejayaan Kesultanan Aceh. Saat itu, banyak kalangan bahkan dari luar negeri seperti Melayu, Persia, Arab, dan Turki yang berdatangan untuk memperdalam ilmu agama.

2 dari 4 halaman

2. Sejarah Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman di Aceh merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini juga merupakan landmark Kota Banda Aceh.

Mengutip dari laman Indonesia Kaya, terdapat dua versi sejarah mengenai kapan dan siapa yang membangun Masjid Raya Baiturrahman. Versi pertama menyebut masjid ini dibangun Sultan Alauddin Johan Mahmudsyah pada 1292 M. Sebagian sumber menyebutkan masjid ini didirikan pada 1292 M oleh Sultan Alauddin Johan Mahmudsyah.

3. Masjid Sebagai Basis Pertahanan Rakyat Aceh

Memasuki era penjajahan Belanda, masjid ini difungsikan sebagai basis pertahanan dan perlawanan rakyat Aceh. Belanda yang merasa kerepotan dengan perlawanan rakyat Aceh dan kehilangan seorang panglima mereka, Major General Johan Harmen Rudolf Köhler memutuskan untuk membakar habis masjid ini pada 1873.

Pembakaran tersebut tidak melemahkan perjuangan rakyat Aceh, namun justru meningkatkan perlawanan. Untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pemerintah kolonial Belanda yang diwakili Gubernur Jenderal Van Lansnerge pada 1879 mulai membangun kembali masjid kebanggaan rakyat Aceh ini. 

 

3 dari 4 halaman

4. Arsitek Masjid Raya Baiturrahman

Maket Masjid Raya Baiturrahman rancangan De Brun dibangun 1879 oleh Hindia Belanda, dilakukan penambahan dua kubah dan lima menara. Bangunan masjid lalu dibangun ulang oleh pihak Belanda atas perintah Jenderal Van Der Heijden. Pembangunan ulang masjid ini adalah bagian dari upaya meredakan resistensi rakyat Aceh terhadap pendudukan Belanda.

Proses pembangunan ulang Masjid Raya Baiturrahman berlangsung pada 1879-1881 M. Arsitektur bangunan yang baru dibuat oleh de Bruchi yang mengadaptasi gaya Moghul (India) seperti terlihat sekarang. 

Masjid Raya Baiturrahman kini dipugar beberapa kali hingga kondisi dan bentuknya seperti sekarang. Kini masjid memiliki tujuh kubah, empat menara, dan satu menara induk. Posisi masjid yang terletak di lapangan terbuka semakin membuatnya terlihat megah karena bentuk masjid tampak secara keseluruhan dari segala arah.

Di bagian depan masjid, terdapat taman yang ditumbuhi rerumputan dengan aksen beberapa pohon kurma. Kolam besar di taman itu pada waktu-waktu tertentu akan memantulkan refleksi bangunan masjid pada depan secara keseluruhan lalu menghasilkan sebuah pemandangan yang indah.

  

4 dari 4 halaman

5. Masjid Mengalami Perluasan

Masjid yang terletak di pusat Kota Banda Aceh ini kemudian mengalami beberapa kali perluasan yang pertama terjadi pada 1936. Berkat upaya Gubernur Jenderal A. PH. Van Aken, dilakukan pembangunan dua kubah di sisi kanan dan kiri masjid.

Selanjutnya, pada 1958--1965, bangunan masjid kembali diperluas. Pada perluasan kedua ini ditambahkan dua kubah dan dua menara di sisi barat (mihrab). 

Pada 1992, dilakukan pembangunan dengan penambahan dua kubah dan lima menara. Selain itu, dilakukan perluasan halaman masjid sehingga total luas area masjid saat ini menjadi 16.070 meter persegi. Saat gelombang tsunami setinggi 21 meter menghantam pesisir Banda Aceh pada 26 Desember 2004, masjid ini termasuk bangunan yang selamat, meskipun terjadi kerusakan di beberapa bagian masjid.

Upaya renovasi pasca-tsunami menelan dana sebesar Rp20 miliar. Dana tersebut berasal dari bantuan dunia internasional, antara lain Saudi Charity Campaign. Proses renovasi selesai pada 15 Januari 2008. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman jadi pusat pengembangan aktivitas keislaman bagi masyarakat Banda Aceh.

6. Interior Masjid Raya Baiturrahman

Memasuki bagian ruang utama masjid akan terlihat hamparan luas ruang berlantai marmer berwarna dominan putih dari Italia. Ruang utama pun dipenuhi tiang penyangga warna putih dengan sedikit aksen hiasan di bagian bawahnya. Dominasi warna putih ini membuat ruang utama masjid terkesan semakin lapang.

Bagian dalam kubah utama masjid yang tepat berada di bagian tengah ruang utama dilengkapi lampu gantung yang memuat 17 titik lampu penerang. Lampu gantung hias juga terlihat di mihrab masjid, tepat di titik tengah bagian depan ruangan.Â